10 : Siapa Dalangnya?

2224 Words
Setelah latihan gabungan hari ini telah usai, banyak prajurit yang terlihat kelelahan dipersilahkan untuk istirahat dan makan malam. Terlihat para koki menyajikan makanan untuk disantap para prajurit, di sana juga sudah ada banyak prajurit berjejer di meja makan yang sedang menyantap makanan yang telah disajikan para koki. Mereka semua terlihat akrab dan saling bercengkerama seperti kawan lama yang bertemu kembali. Hansa yang duduk di salah satu meja makan tampak puas melihat para prajurit dengan lahap menyantap makanan. "Apakah kau merasa puas dengan diadakannya latihan gabungan ini, Putra Mahkota Hansa?" tanya Laksmana sembari menghampiri Hansa yang sedang berada di meja makan. Ia masih mengenakan topeng penutup wajah dan memakai jubah hitam ala-ala ksatria menambah aura kewibawaan Laksmana terpancar. Hansa yang saat itu sedang memandangi prajurit sontak menoleh ke belakang, ia melihat Laksmana menghampirinya. "Ohh, Selamat malam Putra Mahkota Laksmana, ya saya cukup puas dengan diadakannya latihan gabungan ini." jawabnya sembari berdiri menyambut kedatangan Laksmana dan mempersilakannya untuk duduk. Laksmana menerima salam dari Hansa dan duduk di salah satu kursi. Mereka tampak asyik membahas persoalan latihan gabungan kedepannya. Di saat Hansa dan Laksmana membahas persoalan tentang latihan gabungan sampai tak sadar Hara dan Haridra menghampiri mereka. Hara yang terlihat manis mengenakan pakaian berwarna merah muda, rambutnya digerai sepunggung menambah kesan cantik nan anggun, sedangkan Haridra mengenakan jubah ala Pangeran juga tampak gagah saat di pandang. Hansa yang melihat mereka mempersilahkan Hara dan Haridra untuk ikut makan malam bersama. "Duduklah di sini kalian berdua, ayo kita makan bersama." Hara Dan Haridra duduk menengahi kakaknya itu. Setelah mereka duduk Hansa mulai membahas mengenai pertarungan Hara melawan Laksmana. "Bagaimana pendapatmu mengenai pertarunganmu melawan Pangeran Laksmana?" tanya Hansa pada Hara. Hara merunduk canggung seakan tidak ingin membahas masalah ini. "Putra Mahkota Laksmana memiliki ilmu bela diri yang sangat mumpuni, pantas jika dijuluki Iblis Perang." Walau Hara tidak mau mengakuinya tapi ia tak bisa menyangkal hal tersebut. "Aku bangga padamu, walaupun engkau kalah melawan Pangeran Laksmana, tatapi kau bisa menahannya cukup lama, seiring berjalannya waktu kau pasti bisa lebih bertambah kuat." Ucap Hansa memberi semangat sebari tersenyum pada Hara. "Ya, kak Hansa benar, jika tadi kakak tidak kehilangan fokus kakak pasti bisa menahan Pangeran Laksmana lebih lama." Sahut Haridra Mendengar ucapan penyemangat dari sang kakak dan adiknya Hara menjadi lebih percaya diri, Hara melirik ke arah Laksmana yang sedang mengunyah makanannya seakan penasaran bagaimana tanggapan Laksmana tentang pertarungan mereka tadi siang. Merasa sedang di awasi, Laksmana balik memandang Hara, tatapan mereka bertemu, hal itu pun membuat Hara langsung memalingkan pandangannya. "Bagaimana pendapat Pangeran Putra Mahkota tentang ilmu beladiri yang saya miliki?" Hara memberanikan diri untuk bertanya karena ia sangat ingin tahu pendapat dari Laksmana. walaupun dalam hatinya sangat malu untuk menanyakan hal tersebut. "Tidak buruk, ilmu berpedangmu sudah setara dengan kesatria level atas, hanya butuh latihan lebih sering dan kau bisa menjadi lebih kuat." Puji Laksmana. Laksmana juga menjelaskan teknik-teknik berpedang dari kerajaan Janardana kepada Hara, entah mulai kapan perbincangan antara mereka berdua mulai terdengar akrab. Di sisi lain Haridra juga terkagum mendengar penjelasan dari Laksmana. Karena ia mendapatkan ilmu berpedang baru dari Janardana yang belum pernah ia ketahui. Di tengah perbincangan, Laksmana yang menyadari keanehan dalam dirinya tampak bingung karena ia dapat melebur oleh suasana tak seperti biasanya, ia yang bicara bila perlu saja sekarang bercengkrama panjang lebar dengan seseorang, tanpa ia sadari Laksmana merasa nyaman berbincang-bincang dengan Hara. Hal tersebut juga disadari oleh Hara yang awalnya ia sangat kesal dengan sifat plin-plan Laksmana karena masalah pengungsi ilegal, kini ia merasa lebih bisa mengerti sifat Laksmana. Tak sadar dengan waktu karena terlalu asyik mengobrol, malam telah semakin malam. Hansa yang terlihat kantuk tampak ingin segera beristirahat. "Tak terasa hari sudah semakin malam dan para prajurit sudah bergegas kembali ke tenda mereka masing-masing, alangkah baiknya kita sudahi perbincangan untuk malam ini dan segera beristirahat." Ujar Hansa sembari menahan kantuk, karena lelah perjalanan dari istana mengambil pasokan makanan. Hara yang awalnya bersemangat kini tampak sedikit kecewa karena harus mengakhiri perbincangan seru itu. Sedangkan sang bungsu mengangguk mengiyakan usulan kakak sulungnya itu "Kakak benar, hari sudah mulai malam kita harus beristirahat mempersiapkan diri untuk latihan gabungan terakhir esok hari." Balas Sang bungsu sembari menganggukkan kepala. Setelahnya Pangeran Mahkota Laksmana juga pamit undur diri untuk kembali ke tenda dan disusul oleh Hansa yang sudah amat kantuk itupun juga ikut kembali ke tendanya. Sekarang tinggal Hara dan Haridra yang juga kembali ke tenda masing-masing setelah mereka berbincang-bincang untuk beberapa saat. Sesampainya Hara di dalam tenda ia berusaha memejamkan matanya, tetapi kantuk tak kunjung datang. Ia memutuskan keluar sebentar untuk mencari angin malam sejenak, Hara berjalan di antara tenda-tenda, di bawah sinar rembulan yang begitu terang dengan hawa dinginnya malam. "HATCHII!" Tanpa sadar ia bersin disebabkan oleh dinginnya angin malam, tak berselang lama datang seseorang mengenakan jubah pada pundak Hara dari arah belakang. "Pakailah jubah ini untuk mengurangi dinginnya angin malam!" Rupanya suara imut dari bersin Hara mengundang Laksmana yang juga sedang berpatroli. Sontak pipi Hara memerah karena malu. "Te-terima kasih telah meminjamkan jubah ini, padahal Pangeran pasti merasa kedinginan juga." ujar Hara sembari menutupi pipi merahnya. "Tak apa aku sudah terbiasa dengan angin malam, juga kenapa kau berjalan jalan di tengah malam seperti ini?" Tanya Laksmana sembari melirik wajah Hara yang memerah. Pipi Hara yang saat itu sudah tidak lagi memerah, ia malah balik bertanya, "Aku sedang mencari angin, sedangkan Pangeran sendiri? Apa yang anda lakukan malam-malam begini?" "Aku sedang berpatroli, karena was-was jikalau makanan yang berada di gudang penyimpanan akan di curi oleh pengungsi ilegal seperti tadi siang" sontak hal tersebut membuat Hara menjadi kesal karena lagi-lagi Laksmana tidak mempercayai para pengungsi "Apakah anda masih tidak bisa menerima mereka? Walau anda sudah tahu hal apa yang membuat mereka terpaksa menjadi pengungsi ilegal di perbatasan!!" Sahut Hara dengan nada agak kesal. Laksmana menghela napas "Tidak bermaksud untuk tak percaya, tetapi alangkah baiknya berjaga-jaga." Laksmana yang tidak ingin memperpanjang masalah itu pun pamit undur diri dan beranjak pergi meninggalkan Hara. Hara yang tak puas hati hanya mengendikkan pundaknya sambil menggelengkan kepalanya. Ia melanjutkan langkahnya untuk kembali ke tendanya dengan jubah dari Laksmana yang masih ia kenakan. BRAAK!! Baru saja beberapa langkah, terdengar bunyi agak keras dari arah berlawanan, Hara yang mendengar suara itu langsung menghampirinya. Suara tersebut mengarah ke gudang penyimpanan, sebenarnya ia takut dengan apa yang terjadi, tapi rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya. Ia berjalan dengan cukup hati-hati agar tidak ada yang mendengar langkah kakinya. Sesampainya ia di sana betapa terkejutnya ia, ia mendapati para pengungsi ilegal sedang mencuri makanan. "Ssttt ... Jangan membuat suara, dasar bodoh." "Ma-maaf" jawab salah seorang pencuri sembari menoleh kanan kiri. "Jika kita ketahuan maka akan habis kita nanti." Tampak beberapa orang pengungsi ilegal di perbatasan sedang hendak mencuri makanan di gudang penyimpanan. "Apakah kau masih ingin mempercayai para pengungsi itu?" Terdengar suara dari balik semak. Tanpa menoleh pun Hara sudah tahu suara siapa itu. "Apa yang akan kau lakukan setelah melihat semua ini, Putri? Akankah kau masih memercayai mereka?" Tanya Laksmana dengan nada datar. Hara membeku seakan tidak memercayai tindakan para pengungsi, ia terdiam untuk sejenak. "Untuk sekarang kita harus menangkap mereka dan melaporkan kejadian ini kepada kakakku Hansa, tetapi jangan sampai melukai mereka." Lirih Hara Mendengar perintah Hara Laksmana langsung melesat hendak menangkap para pencuri tanpa melukai mereka sesuai permintaan dari Hara, akan tetapi pencuri itu juga melakukan perlawanan yang mengakibatkan pertarungan tak terelakkan. Laksmana memukul mereka dengan gagang pedang dan mengakibatkan ke empat pencuri pingsan. Mereka di tangkap dan kaki tangannya diikat, dengan kain disumpalkan ke dalam mulut para pencuri agar tidak berisik. Setelah mereka berhasil menangkap 4 pengungsi yang hendak mencuri, Hara berencana memberi tahu kakaknya Hansa pada keesokan harinya, karena ia tak ingin mengganggu istirahat Hansa. Hara merasa miris melihat apa yang dilakukan para pengungsi, dalam hatinya Hara bertanya-tanya mengapa mereka menghianati belas kasihan yang diberikan oleh kakaknya Hansa. Hara membawa mereka semua ke tenda tahanan. Tak lama waktu berselang esok pun tiba, mentari pagi terlihat seakan mengintip dari arah timur, Hansa yang sudah mendengar kabar tentang pencurian itu pun segera menuju tenda tahanan para pencuri. Setibanya ia di sana telah disambut oleh Hara, Haridra dan Laksmana. Tampaknya Haridra sudah hadir terlebih dahulu sebelum Hansa. "Selamat pagi kak." Sambut Haridra yang diikuti juga oleh Hara dan Laksmana. "Apa yang sebenarnya terjadi tadi malam?" tanya Hansa penasaran, Laksmana yang menangkap pencuri itu pun menceritakan semua kejadian tadi malam. Reaksinya sama seperti Hara, Hansa juga membeku seakan tak percaya. "Putra Mahkota Hansa, kami minta maaf saya mohon lepaskan kami, kami tak akan melakukan hal ini lagi kami terpaksa melakukannya." ucap salah satu pencuri seakan tak tahu malu untuk meminta belas kasihan. Ternyata salah satu pencuri tersebut berhasil membuka sumpalan kain dimulutnya. Sontak hal itu membuat Laksmana geram, Laksmana dendak mencabut pedang miliknya untuk dihunuskan ke leher mereka akan tetapi dihentikan oleh Hara. "Apa yang mau kau lakukan?" "Aku hanya ingin menghukum para pencuri ini," tegas Laksmana. Laksmana yang sedari kecil sudah biasa di medan perang memiliki watak keras dan tanpa ampun, siapa pun musuhnya tak peduli dari kalangan apa ia akan menghukum mereka dengan cara yang sama. "Sudahlah hentikan, aku tidak mau melihat darah tertumpah selama latihan gabungan ini berlangsung." Hansa melerai pertikaian mereka berdua. Haridra yang mencium kejanggalan tersebut pun menanyakan kepada salah satu pencuri "Hal apa yang mendasari paman nekat melakukan pencurian ini? Bukankah kemarin telah dibagikan makanan yang cukup untuk para pengungsi?" Mereka memalingkan pandangan mereka dari Haridra yang bertanya seolah menyembunyikan sesuatu, sontak hal tersebut membuat Hansa, Hara dan Haridra semakin penasaran sedangkan Laksmana yang tak sabar itu pun mengancam pencuri dengan pedangnya untuk mengatakan yang sejujurnya. "Lebih baik kalian jujur, aku tak sebaik hati Pangeran Hansa." Sembari menodongkan pedang ke arah leher mereka. "Sebenarnya kami dihasut oleh pria setengah paruh baya, berambut panjang yang diikat ke belakang ia juga memakai pakaian serba hitam. Dia berkata bahwa dalam gudang penyimpanan masih terdapat banyak stok makanan." Mereka menjelaskan dengan detail walau sedang merinding ketakutan. "Apakah kalian tahu nama pria itu?" Tanya Laksmana dengan nada tinggi. Sayangnya mereka tak tahu nama pria tersebut. "Maaf, ia hanya memberi kami informasi itu dan selebihnya iya pergi begitu saja." Hara yang menyadari ciri fisik tersebut menyahut, "Apakah dia paman Ankara? Bukankah ia memiliki rambut panjang diikat ke belakang?" "Apa yang kau katakan Hara? Dia adalah paman kita, tak mungkin ia tega berbuat hal semacam itu untuk menjatuhkan namaku, kita tak boleh langsung menuduh paman Ankara." Hansa adalah anak paling tua ia harus memberi contoh baik kepada adik-adiknya, hal itu jugalah yang menyebabkan Hansa memiliki hati tulus dan lembut yang mudah untuk dimanfaatkan oleh para musuhnya. 'Tetapi siapa lagi yang ingin menjatuhkan nama baikmu selain paman Ankara?' ujar Hara dalam hatinya "Baiklah untuk sekarang tetap tahan mereka dan awasi, aku kan memikirkan hal ini lagi kedepannya." Ucap Hansa sembari memegang kepalanya. Hansa yang memberi amanah kepada adik-adiknya itu pun beranjak pergi, begitu juga diikuti oleh Laksamana, ia pamit pergi untuk mempersiapkan latihan gabungan terakhir hari ini, sedangkan Hara tetap berada di sana untuk menjaga para tahanan dan Haridra bergegas pergi ke ruang penyimpanan untuk berjaga di sana. Diwaktu yang para prajurit berbaris dengan rapi setelah sarapan. Terlihat Laksmana juga sedang mengatur barisan para prajurit, mereka tampak antusias mengikuti latihan gabungan hari terakhir ini. Hansa juga terlihat membantu Laksmana dimana ia mengesampingkan sejenak masalah pencurian tadi. "Apa kalian semua sudah siap untuk latihan hari ini." Seru Laksmana dengan nada tegas setelah para prajurit berbaris rapi "Siap," jawab serentak para prajurit Latihan pun dimulai walaupun hari terakhir latihan gabungan, Laksmana masih sama kerasnya dalam melatih para prajurit wajar saja ia disebut sang Iblis Perang. Tetesan keringat para prajurit berjatuhan, kelelahan tampak menghampiri dari wajah para prajurit, mereka masih bertahan sekuat tenaga untuk mengikuti latihan bak neraka tersebut. Tak berselang lama matahari tepat berada diatas mereka, waktu yang ditunggu-tunggu para prajurit telah tiba, istirahat telah tiba Mereka riang gembira ketika diperbolehkan untuk beristirahat. Mereka langsung bergegas menuju sumber air. "Ahhh, akhirnya aku bisa meminum air yang segar ini" "Ya benar aku juga sudah sangat kehausan" Para prajurit yang sedang minum dari sumber air secara bergantian merasa hidup kembali setelah seharian dijemur di bawah terik sinar matahari yang teramat panas. Mereka juga membersihkan diri mereka dari keringat dan tanah yang menempel akibat dari berguling-guling. Setelahnya mereka berbaris mengantre makanan untuk makan siang, tampak diwajah para prajurit sumringah setelah dibagikan makanan. Mereka mulai memakan makanan yang telah dibagikan oleh para koki. Seakan tak terasa, waktu istirahat telah usai para prajurit itu pun kembali dibariskan untuk dilatih kembali sebelum pulang ke kerajaan mereka masing-masing. "Sungguh tak terasa waktu begitu cepat." "Ya aku masih ingin beristirahat lebih lama lagi," bisik para prajurit. Tak lama kemudian Laksmana dan Hansa datang bersiap untuk melanjutkan pelatihan. Tak menunggu lama Laksmana memberi instruksi untuk para prajurit. "Kalian semua berpasangan lah dengan teman-teman baru kalian, siang ini akan menjadi latihan tanding antara prajurit Janardana dan Narayana." Titah Laksmana pada para prajurit. Mereka segera mencari pasangan untuk di ajak bertanding, setelah semua prajurit berpasangan mereka tak merasa takut malahan mereka tampak tak sabar ingin menunjukkan kehebatan ilmu beladiri yang mereka kuasai pada lawan tanding mereka. Pertandingan pun dimulai dari siang hari sampai sore hari, saking mereka bersemangat sampai lupa akan waktu. Sinar matahari tampak redup, latihan tanding dihentikan dan para prajurit dibariskan untuk upacara mengakhiri latihan gabungan hari ini. Sedangkan para koki sibuk menyiapkan makanan. Upacara selesai dan prajurit benar berkemas barang-berang mereka mereka, rencananya prajurit akan dipulangkan esok hari, malamnya mereka semua berpesta kecil untuk merayakan kesuksesan latihan gabungan kali ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD