PROLOG
Kane memasuki kantin rumah sakit dengan langkah besar. Matanya berkeliling mencari wanita yang ada di layar ponselnya. Foto yang dikirimkan ibunya dua bulan yang lalu, tapi baru Kane buka hari ini. Ketika melihat wanita itu duduk di ujung kantin dekat jendela kaca, Kane berjalan menghampirinya.
Wanita itu menggunakan jas putih panjang dengan segelas kopi yang masih beruap di tangannya. Kepalanya menghadap jendela di sampingnya, membuat Kane kesusahan mencarinya sejak tadi. Wanita itu memaki anting-anting panjang yang hampir menyentuh pundaknya. Rambutnya yang panjang dan lebat dibiarkan terurai dengan indah. Kane bertanya-tanya apakah rambut panjang itu tidak mengganggunya ketika bekerja sebagai dokter. Ketika Kane menarik kursi di depan wanita itu, mata redup perempuan itu menangkap pergerakannya.
"Evelyn?" tanya Kane singkat.
Wanita itu mengangguk pelan, bahkan tidak ada perubahan ekspresi yang ia tunjukkan ketika melihat Kane. Akhirnya Kane berkata lagi, "Maaf membuatmu menunggu lama."
Sebagai anak keluarga William, Evelyn terlihat sederhana di mata Kane. Perempuan itu tidak menggunakan riasan apapun dan tidak ada barang bermerek yang ia gunakan. Evelyn tentu saja cantik, ibunya pernah bercerita bahwa Evelyn pernah menjadi finalis Putri Indonesia. Wanita itu berkulit putih bersih, dengan mata sedikit sipit dan hidung mancung yang mungil. Bibirnya tipis namun mempunyai garis yang indah. Wajahnya tak ada celah. Namun, hanya itu kesan yang didapat Kane dipertemuan pertama mereka. Banyak wanita cantik yang pernah Kane lihat dan Evelyn hanya salah satunya.
"Saya yang seharusnya minta maaf karena mengajak Anda bertemu di kantin rumah sakit seperti ini. Dua puluh menit lagi saya ada operasi, jadi saya tidak bisa bertemu di luar rumah sakit."
Kane sedikit terperangah dengan sikap formal wanita itu. Senyum kecil tercetak di ujung bibirnya. Kane datang menemui Evelyn untuk memberikan batasan di pernikahan mereka nanti, tapi Evelyn sudah dulu melakukannya. Kane tentu saja tidak keberatan. Bersikap formal akan mempermudah segalanya.
"Seharusnya kita bertemu lebih awal. Keluarga kita akan kaget jika mengetahui bahwa kita baru bertemu satu minggu sebelum pernikahan." Kane melirik wajah Evelyn yang masih tak berubah sejak tadi. "Jadi Evelyn, bisakah kita membicarakan pernikahan kita?"
“Apa yang ingin Anda bicarakan?”
“Kau tahu? Aku menerima perjodohan ini karena alasan tertentu yang tidak bisa kukatakan sekarang. Aku hanya ingin bilang, nantinya, jangan berharap aku akan menjadi suami yang baik. Aku mempunyai wanita lain yang aku cintai.”
"Saya akan mengikuti apapun rencana Anda. Anda tidak menolak pernikahan ini sejak awal, jadi saya pikir Anda tidak menikah karena terpaksa. Anda juga baru menemui saya sekarang, berarti Anda memang tidak tertarik dengan saya, bukan? Saya pun begitu, jadi saya pikir kita bisa dengan mudah bekerja sama."
"Aku bisa melakukan apapun untuk kembali ke negera ini dan menikah adalah hal mudah. Entah siapa wanita yang aku nikahi, itu akan sama saja. Jadi, tidak ada alasan saya menolak perjodohan kita."
Evelyn meletakkan gelas kopinya di meja, "Lalu, apa Anda tahu bahwa saya anak haram keluarga William?"
"Aku tahu dan aku tidak peduli. Kau anak haram, tapi kau cucu kesayangan Elizabeth William. Aku dengar Elizabeth memberikan porsi warisan kepadamu lebih banyak dari keluarganya yang lain. Anak haram bukanlah sebuah masalah asal kau memiliki saham Medistra Hospital lebih banyak dari saudaramu."
"Saya tidak tertarik dengan harta William. Jika Anda menikahi saya karena warisan itu, lebih baik kita sudahi semua ini sekarang."
Kane tertawa kecil. Evelyn memanggil pelayan untuk memesan dua gelas kopi.
"Aku juga tidak tertarik dengan uang, Evelyn. Kau tidak perlu khawatir. Hanya satu hal yang membuatku tertarik dan itu bukanlah uang."
"Baiklah. Saya tidak peduli apa yang menarik bagi Anda. Saya tidak peduli apa yang Anda pikirkan tentang saya dan apa alasan Anda menerima pernikahan yang mendadak ini. Tapi satu hal, saya hanya ingin satu hal dalam pernikahan ini." Evelyn mencondongkan wajahnya mendekati Kane, tatapannya yang redup perlahan menajam. "Perlakukan saya dengan baik di depan keluarga William. Hanya itu. Asal keluarga saya tidak tahu, Anda bisa melakukan apapun setelah menikah nanti. Anda bisa menemui kekasih Anda atau berhubungan dengan banyak wanita sekalipun, saya tidak akan memberi batasan untuk Anda."
"Baiklah. Kau memberiku kebebasan, aku juga akan melakukan hal yang sama."
"Kita harus tinggal satu rumah karena nenek saya sudah membelikan rumah untuk pernikahan kita."
Kane mengangguk ringan. Pembicaraan mereka lebih mudah daripada yang ia bayangkan. Kane bersyukur setidaknya Evelyn bukan tipe wanita menyusahkan yang mempunyai banyak aturan. Wanita itu terlihat tidak tertarik dengan Kane, begitu pun juga dengan Kane.
"Evelyn, kenapa kau menerima pernikahan ini?" tanya Kane.
"Nenek yang meminta saya untuk menikah dengan Anda."
"Hanya karena permintaan nenekmu?"
"Ini bukan urusan Anda. Saya harap Anda tidak saling ikut campur dengan masalah saya."
Kane mengangguk cepat. "Kau sangat kaku, Nona Evelyn."
Wanita itu tidak menanggapi sindiran Kane. Sepuluh menit sudah berlalu sejak mereka duduk bersama. Evelyn harus segera naik lima menit lagi, tapi tampaknya Kane tidak berniat untuk pergi. Mereka saling diam cukup lama. Hujan turun dengan deras. Kane menebak Evelyn tidak terlalu suka dengan hujan. Alis tebal wanita itu mengerut, bibirnya terkatup rapat, dan Evelyn tak lagi melihat ke arah jendela kaca kantin.
"Kalau saya pergi lebih dulu, apakah itu tidak sopan?" tanya Evelyn tiba-tiba.
Kane tersenyum kecil, "Tidak ada yang melarangmu pergi, Evelyn."
"Kalau begitu, saya pergi dahulu. Selamat siang, Kane Lazuardhi."
Kane melihat Evelyn menjauh darinya. Langkah wanita itu begitu tegas dan cepat. Dari pembawaan dan Langkah kaki wanita itu, Kane bisa tahu Evelyn adalah wanita pekerja keras. Dia bukanlah wanita manja dari keluarga kaya seperti yang ia bayangkan selama ini. Evelyn berbeda, perempuan itu begitu dingin dan menjaga jarak darinya. Lebih susah untuk membuatnya mendekat daripada menjauhinya. Kane bisa langsung membayangkan bagaimana rumah tangganya nanti bersama perempuan itu.
Tapi semua itu tidak penting. Kane tidak peduli dengan rumah tangganya. Kane hanya peduli dengan satu hal di dunia ini. Hanya satu tujuan Kane bersedia menikah dengan perempuan itu, Kane hanya ingin mengambil kembali wanita yang harusnya menjadi miliknya. Kalau Kane tidak bisa membuat Elena kembali padanya, tak ada alasan lagi untuk Kane mempertahankan pernikahannya dan tetap tinggal di negara ini.
Kane bisa melakukan apapun untuk Elena dan Evelyn tidak pernah menjadi hal penting untuk ia perhitungkan.
Karena untuk Kane, tidak ada tempat di hatinya untuk wanita lain. Selama ini hanya ada Elena dan seterusnya hanya boleh ada Elena. Jika Kane kehilangan Elena, maka ia juga kehilangan satu-satunya hatinya. Tak ada siapapun yang bisa menyembuhkannya - meskipun seorang dokter cantik dan pintar seperti Evelyn sekali pun.