6. Alex Mimisan

1238 Words
Setelah keadaan mulai kembali tenang, Ara menatap Shahil tak suka. "Kakak eh, maneh!" Tunjuk Ara pada Kakak tunggalnya. "Cieee, awal aja ogah-ogahan. Sekarangmah ngebela sampe abis abisan." Sindir Shahil. "Idiih, kok jadi bahas itu sih. Kesel." Rajuk Ara. "Hahaha, Kakak cuma salut liat temen sekaligus pacar adik kesayangan ini, nih." ucap Shahil seraya menepuk bahu Alex, salut. "Perih kampret." Ujar Alex. "Tadi beneran panik sumpah, adek gue gak ngasih tahu jir." Ucap Shahil sedikit menyesal telah memukul temannya sendiri. "Ara aman sama gue. Dan, HPnya rusak." "Udah ah udah, masuk dulu Lex. Aku mau bawa obat dulu buat bibir kamu." Sela Ara seraya menuntun Alex untuk masuk ke dalam rumah. Namun baru saja Ara hendak pergi tetapi Alex menahan tanganya.. "Obat buat bibir aku cuma satu ra," "Apa?" "Bibir kamu." Jangan tanya wajah ara, merah padam antara malu dan kesal. "Gak di depan abangnya juga, bangke." Timpal Shahil. "Ih apaan sih, Kak Sha juga sama aja! Ayo masuk cepeeet lex!!" Geram Ara. Akhirnya merekapun masuk ke dalam untuk mengobati luka dari di sudut bibir Alex. "Lex sini deketan, biar--” Ucap ara terpotong. "Ra, Kak Sha keluar dulu ya. Eh iya Ra, malem ini Mamah sama Papah gak pulang." Pamit Shahil yang entan hendak pergi kemana. "Iya kak, hati-hati!" Shahil pun melaju dengan mobilnya. Sedangkan Ara, ia kembali pada tujuanya, mengobati Alex. "Alex ayo, deketan!" Pinta Ara. Sreettt.. Alex menggeser duduknya. "Maju lagi lex!" Sreet... "Alex lama ih, bikin kesel tau." Ara pun berdiri dan menghampiri Alex. Dengan sigap Alex langsung menariknya agar duduk di atas pangkuanya. Dukkh.. "Alex ihhh, lepas!" Ucap Ara berusaha melepaskan diri. "Katanya mau ngobatin, heum?" goda Alex. "Tapi gak gin--" "Udah gini aja biar gampang Ra." Ucap Alex manja, kemudian menelusupkan wajahnya diceruk leher Ara. "Alex geli ih, sini liat wajahnya!" Ara pun mengangkat wajah Alex agar mudah mengobati luka di bibirnya. "Ya ampun, Alex. Kok, bentar..." Ara langsung mengarahkan kapas pada hidung mancung kekasihnya. "Kok idung kamu jadi ikutan berdarah sih," heran Ara. Mata Alex langsung membulat dengan sempurna. Ia langsung menurunkan tubuh Ara dari atas pangkuannya dan membersihkan darah yang keluar dari dalam hidungnya sendiri. "Aku pinjem kamar mandi kamu," Alex langsung berlalu ke arah kamar mandi. Ara hanya diam, kemudian mengangkat bahu tak mengerti. Ia pun memutuskan untuk menyusul Alex dan melihat keadaannya. "Kamu gak demam kan? Biasanya kalau mimisan itu karena suhu badannya terlalu tinggi," Alex tersenyum seraya menutup keras westafle. "Kamu boleh cek sendiri suhu tubuh aku," ucap Alex. "Gak perlu. Aku percaya kok. Efek dari pukulan Kak Shahil tadi kali," tebak Ara mengira-ngira. Alex meraih tubuh Ara dan memeluknya dengan lembut. "Iya mungkin." "Tapi Ra, pukulan Kakak kamu itu gak sakit." Sambung Alex. "Tapi bibir kamu berdarah," "Masih lebih sakit denger kamu ngebandingin aku sama mantan kamu." Ucap Alex pelan. Merasa bersalah, itu yang Ara rasakan. Ia tidak bermaksud untuk membandingkan, hanya saja Alex terlalu kasar. Dan Ara harus menghentikan itu. "Aku, aku gak bermaksud. Tapi, maafin aku kalau aku udah nyinggung perasaan kamu." Ucap Ara. Alex melepaskan pelukannya dan menatap Ara dengan penuh cinta. "Aku udah kenal kamu semenjak aku putus sama mantan aku waktu kamu masih kelas 10." Ara mengernyit tak percaya. "Really?" Alex mengangguk dengan pasti. "Aku masih inget waktu kamu di kejar OSIS gegara mau bolos, bandel banget." Ucap Alex terkekeh pelan mengingat kelakuan ajaib dari kekasihnya itu. Mendengar itu, Ara tertunduk malu. "Gila sih aku, sebenernya aku gak mau satu sekolah sama Kak Sha. Tapi Mamah tetep maksa, ya udah aku berontak dengan cara bolos." "Dan gagal. Ck, kasiannya pacar aku." Ucap Alex pura-pura iba seraya mengecup kening Ara dengan perlahan. Ekhem. Mereka berdua terperanjat kaget mendengar sebuah deheman tepat dari arah belakang. "Om--s**t. Reno, ngagetin anjir." Geram Alex saat mengetahui bahwa itu adalah suara dari sahabatnya. Alex langsung membawa Ara kembali ke ruang tengah, begitupun dengan Reno. "Hahaha, kenapa pada kaget? Mau m***m kan? Hayooo..." Goda Reno seraya duduk di sebuah single sofa. "Negatif terus," sahut Ara. "Enggak gitu, sayang..." Ucap Reno bergurau yang langsung dihadiahi sebuah tatapan tajam dari Alex. Ara mencolek lengan Alex, "Reno mau ngapain?" Bisik Ara bertanya. Alex hanya mengangkat bahu tidak peduli. "Gak tau." "Ish," Ara pun langsung melirik Reno yang terlihat tengah mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya. "Ada perlu apa ya, Ren?" Tanya Ara to the point. Reno melempar sebuah kunci pada Alex. "Cara ngusirnya lembut banget dong itu." Ucap Reno. Ara langsung menggelengkan kepalanya. "Gak ngusir kok, nanya doang." Reno terkekeh pelan. "Iya, tau. Itu cuma mau ngasih kunci apartement Alex. Ya udah, abang sayang pulang dulu yah..." Pamit Reno. Alex memutar bola mata sebal. "Manggil nama aja bisa kan? Ara cewek gue." Protes Alex saat Reno hendak berlalu. "Sensitif syekali abang ini, haha..." Canda Reno yang kemudian menghilang dari balik pintu keluar. Ara menyenggol lengan Alex, "kamu itu sama temen sendiri," "Apa? Kamu juga, di panggil sayang sama orang lain diem aja." Sahut Alex. "Dih, gila sih cemburunya gak tau tempat." Ucap Ara. Alex memutar bola mata sebal. "Hati sama perasaan orang itu beda-beda, gak bisa di paksain buat sama. Ya maaf kalau kamu gak nyaman sama sifat aku yang menurut kamu berlebihan itu." Menyebalkan. Ara benar-benar tidak tahu jalan pikiran Alex yang sebenarnya. Ia benar-benar sangat sulit untuk di pahami walaupun mereka sudah cukup lama bersama dan Alex pun sangat terbuka. "Lex, kam-- Alex idung kamu berdarah lagi!" Pekik Ara panik. Ara hendak mengusap darah itu dengan sapu tangannya, namun Alex langsung memundurkan wajahnya. Bersamaan dengan itu, ponsel Alex mendapatkan sebuah panggilan. Drrtt....drrt.... "Hal-- "Alex, aku udah sampe..." "Bentar," Alex langsung beringsut menjauh dari Ara. Ara mengernyit heran. "What's wrong with him?" Pikirnya. "Gak biasanya angkat telphone sampe ngejauh gini," Kemudian Alex kembali dan terlihat terburu-buru. "Aku pulang." Ucapnya dan berlalu begitu saja. "Tapi, kamu mau kemana?" Tanya Ara sedikit berteriak, namun tak ada jawaban. "Eh? Pulang gitu aja? Anjir, bodo amatlah." Kesal Ara yang kemudian berlalu menuju kamar. Di dalam kamar hanya melamun menatap langit-langit seraya berbaring di atas tempat tidurnya. Menyebalkan, satu kata yang selalu Ara gunakan untuk menggambarkan kekasihnya, Alex. "Si monyet," geram Ara karena pikirannya terus melayang mempertanyakan kemana kekasihnya itu pergi, sampai akhirnya ponsel barunya memunculkan sebuah notifikasi. From: My Posesif Yaang, maaf aku buru-buru. Ada urusan, love you. "Ck. Sabodo teuinglah." Sunda kasarnya kembali muncul. Alex benar-benar selalu berhasil mengganggu seorang Arana walaupun hanya dengan pesannya. "Kalo gak di bales bisa ancur lagi nih HP," Ara pun mengetikan sebuah balasan demi keselamatan ponsel dan dirinya sendiri. Hari minggu ini benar-benar memiliki rasa hari sennin, karena waktunya terbilang lama untuk berlalu. Jam baru menunjukan pukul 4 sore, Ara tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan untuk menghilangkan rasa bosan. Sampai akhirnya ia pun menelphone Rere, sahabat yang masih bertahan berada di sampingnya. "Re, jalan yuk!" "Anjir, salam sapa dulu kek." "Ah buruan, gue tunggu." "Gak pa-pa pake motor? Nanti Alex bisa marah anjir," "Ck, dia gak ada. Cepet dah, bosen nih..." "Okay deh, gue OTW... Alias Okeh Tungguin We, hahaha..." "OTW t*i anzeng lu, OTW tapi masih rebahan kan, hilih." "Enggak monyet." Rere pun menutup sambungan telphonenya. Setelah itu Ara langsung bersiap-siap untuk pergi. Di rumah sendirian dalam keadaan kesal tidaklah baik, ia harus pergi keluar dan menjernihkan pikirannya. Bukan hanya itu, ia pun sudah lama tidak menghabiskan waktu bersama sahabatnya. Sejak bertemu Alex, waktunya hanya untuk Alex, ia bahkan tidak bisa melakukan me timenya. "Bi, Ara keluar dulu yah bareng Rere. Kalo Kak Sha pulang, tolong bilangin ya!" Seru Ara seraya berjalan keluar untuk menunggu Rere.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD