bc

Selingkuh Dengan Mantan

book_age18+
882
FOLLOW
4.4K
READ
badgirl
drama
bxg
city
affair
wife
like
intro-logo
Blurb

Pagi ini tiba-tiba saja Camila mual-mual. Entah kenapa seluruh tubuhnya terasa aneh. Seperti ada sesuatu di dalam tubuhnya.

Tunggu dulu!

Jangan-jangan...

Jantung Camila berdebar saat mengamati alat kecil ditangannya. Makin lama makin terlihat dua garis merah di sana.

Tidak mungkin!

Janin dalam tubuhnya pasti akan jadi masalah karena suaminya jelas-jelas mandul.

chap-preview
Free preview
A Long Night
Camila berhenti di sebuah tempat parkir sebuah gedung apartemen kelas atas tak jauh dari pusat kota. Ia segera memasuki gedung dan menuju lift, menekan tombol lantai 7 yang akan mengantarnya ke sebuah kamar yang selama ini menjadi saksi sebuah pengkhianatan. Tak berapa lama lift akhirnya sampai di lantai 7 dan Camila pun melangkah menuju sebuah kamar. Ia hanya tinggal menekan tombol password untuk masuk dan tak perlu menekan bel karena si pemilik apartemen memberikan akses yang luas agar Camila bisa dengan mudah masuk. Begitu masuk seorang pria tinggi tegap menyambutnya dengan senyum hangat. “Halo, sayang, kau rindu padaku?” Camila langsung menggelendot melingkarkan kedua tangannya di leher pria itu, “setiap hari aku rindu padamu, Leon,” ujarnya manja. Leon tanpa basa-basi langsung menghujani Camila dengan kecupan di mana-mana. Di bibir, pipinya, keningnya dan tengkuknya yang selalu beraroma wangi. Aroma semerbak itu selalu membangkitkan gairahnya sebagai lelaki. Camila pun menjatuhkan tasnya ke lantai dan semakin merapatkan dirinya dalam dekapan Leon. Ia mengikuti nalurinya untuk pasrah pada apa pun yang dilakukan Leon padanya. Hingga entah bagaimana mereka sudah berada di atas ranjang yang empuk dan nyaman. “Aku sudah lama menunggu malam ini, Camila,” ujar Leon setelah meninggalkan jejak-jejak panas ditubuh Camila. “Kita akan nikmati malam ini sampai habis tak bersisa, sayang,” jawab Camila yang pasrah dengan apa pun yang dilakukan Leon. Entah sejak kapan benang-benang yang membalut tubuh Camila semuanya menghilang dan kini berserakan di lantai. Malam ini akan jadi malam-malam panjang berikutnya yang akan ia lalui bersama Leon, pria simpanannya. Pria itu menyerang Camila dengan membabi buta. Malam ini Leon amat sangat menginginkan Camila karena mereka tidak bertemu sampai berminggu-minggu. Hanya bisa saling menabur rindu lewat telepon. “Ah, sayang, malam ini kau sangat cantik dan menggoda, aku sangat menginginkanmu,” ujar Leon dengan matanya yang berkabut. “Apa pun yang kau inginkan, lakukan saja, malam ini aku milikmu sepenuhnya,” jawab Camila. Camila pun sangat menikmati permainan panasnya bersama Leon. Rasanya sangat manis, lebih manis dari madu paling manis yang pernah ada. Seperti rasa haus di dalam diri Camila tersiram oleh air segar dari Leon. Seolah sesuatu yang liar dalam diri Camila terbebas dari kurungan. Setelah bermain dengan begitu liarnya Leon dan Camila masih saling mencumbu dan mendekap seakan mereka tak ingin terlepas satu sama lain. Kedua berpagut dalam kecupan yang semakin membuat hawa dingin di luar sama berubah menjadi panas di dalam apartemen. “Kau selalu membuatku ketagihan, Camila, aku suka semua yang ada pada dirimu,” puja Leon dengan nada sensual ditelinga Camila. “Aku akan membuatmu senang, sayang,” jawab Camila. Camila dan Leon pun mengulang permainan mereka dengan menambah berbagai macam gaya yang seru dan tentu saja ini tak akan terlupakan. Leon benar-benar membuai Camila dalam gelora asmara yang membara hingga Camila melupakan kisah hidupnya yang tak semanis malam ini. *** Paginya Camila membuka mata. Ia menggeliat seraya melihat ke jam tangan yang masih melingkar di pergelangan tangannya. Jarumnya sudah menunjuk angka 9. Ia menoleh ke arah Leon yang masih lelap di sampingnya. “Sayang, ini sudah jam 9, kau tidak ke restoran?” tanya Camila seraya menepuk-nepuk lengan Leon. “Hm, aku masih ngantuk,” gumam Leon seraya mengubah posisinya menghadap ke arah Camila dan memeluknya. “Kau yakin, kau bilang kau tidak bisa kalau tidak pergi ke restoran?” tanya Camila lagi. Leon lalu membuka matanya dan tersenyum nakal, “yang tidak bisa adalah melewatkan waktu denganmu,” jawabnya kemudian menggigit bibir Camila. Camila tersenyum sipu, “kau sangat nakal,” katanya. “Tapi, bukankah kau menyukai kenakalanku?” goda Leon. Camila hanya tersenyum dan beranjak dari ranjang. Matanya mencari-cari di mana saja ia melemparkan pakaiannya. Tetapi, baru saja Camila bangun ia ditarik kembali oleh Leon sampai jatuh ke ranjang dan langsung ditindih oleh pria berotot itu. “Jawab aku dulu, kau suka kenakalanku kan?” tanya Leon penuh arti. Camila setengah tertawa, “kau ini, apa yang mau kau lakukan?” “Aku akan melakukan ini,” jawab Leon kemudian dengan cepat menurunkan tubuhnya dan menyerang Camila lagi. “Astaga, Leon, kau mau lagi?” tangan Camila bergerak menghalangi Leon meski sebenarnya ia tidak menolak. Leon tersenyum nakal lagi, “kau tahu masalah pria di pagi hari bukan?” Pagi ini Camila dan Leon menyambut dinginnya embun dengan sentuhan kehangatan. Di balik selimut dengan aksen warna abu-abu itu gerakan mereka tampak dinamis dan makin lama makin cepat. Meski durasi waktunya tak selama seperti semalam tapi pagi ini sangat cukup sebagai bekal memulai hari. Hingga permainan itu pun berakhir dan tiba-tiba Camila merasakan rasa tak nyaman di perutnya. “Ada apa denganmu?” tanya Leon. “Entahlah, aku merasa tidak nyaman di sini,” jawab Camila seraya memegangi perutnya. Ia pun beranjak dari tempat tidur dan merasa mual, “rasanya aku mau muntah,” katanya kemudian cepat-cepat berlari ke toilet. Leon segera menyusul karena khawatir. Ia melihat Camila memuntahkan isi perutnya ke dalam closet. “Apa sebaiknya kita ke dokter saja?” tawarnya. Camila tertegun dan teringat sesuatu. Matanya pun mendelik, “sekarang tanggal berapa?” tanyanya. “Tanggal 23,” jawab Leon. Mata Camila semakin terbuka lebar seraya kedua tangannya bergerak memegangi perut yang masih saja terasa tak nyaman itu. “Tidak mungkin,” gumamnya. “Ada apa, apa terjadi sesuatu dengan tanggal 23?” tanya Leon penasaran. “Bisa kau belikan aku tespack di apotek?” pinta Camila. Leon sedikit terkejut tetapi kemudian wajahnya berubah penuh harapan bahagia. Ia menganggukkan kepala, “baiklah, tunggu di sini, atau aku buatkan kau minuman hangat dulu?” tawarnya. “Tidak, cepat, belikan saja,” tolak Camila dengan hatinya yang tiba-tiba dipenuhi rasa takut. Leon pun bergegas pergi ke apotek yang untungnya berada cukup dekat dengan apartemen tempat tinggalnya. Karena waktu sudah lebih dari jam 9 pagi sehingga sudah ada banyak penjual makanan yang sudah mulai menjajakan dagangannya. Leon pun membeli dua porsi bubur dan juga jus buah untuk ia dan Camila sarapan. Beberapa menit kemudian Leon pun sampai dan Camila langsung menghambur padanya. Mencari-cari benda bernama tespack dalam bungkusan yang Leon bawa. Cepat-cepat ia kembali ke toilet dan menggunakan alat kecil itu. Leon pun menyusul karena penasaran dengan hasilnya. Camila mengamati alat itu dengan jantung yang sudah mau meletus sementara Leon menatapi alat itu dengan senyum penuh harapnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook