PART. 5 PERJANJIAN

1053 Words
PART. 5 PERJANJIAN Bu Devina yang sedang berada di butiknya bersama Devira, menerima telpon dari Bu Radea, Bu Radea mengundang Bu Devina sekeluarga untuk makan malam di rumahnya. Tentu saja Bu Devina sangat antusias menerima undangan tersebut. Bu Devina segera memberitahu suaminya. Setelah memberitahu Pak Zul, suaminya. "Vira!" "Ya Mi" "Pilih busana yang paling bagus, untuk Mami, juga untukmu" "Memangnya kita mau ke mana, Mi?" Devira yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya menoleh ke arah maminya. "Calon ibu mertuamu mengundang kita makan malam" "Kapan, Mi?" "Malam ini. Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan Arya, apa ada kemajuan?" Bu Devina menatap wajah putri kesayangannya. "Bagaimana hubungan kami bisa ada kemajuan, dia saja tidak pernah bisa dihubungi" gerutu Devira. "Abaikan saja soal itu, yang penting bukan orangnya, yang penting kita bisa ikut menikmati harta kekayaan mereka, benarkan!?" Bu Devina berdiri di hadapan putrinya. Tatapan ibu dan anak itu bertemu. "Benar sih Mi, tapi apa enaknya menikah kalau diabaikan suami" "Itu hanya awalnya, Mami yakin nanti Arya pasti akan luluh juga. Kamu harus bisa mengambil hatinya, membuat dia jatuh cinta padamu. Lalu bertekuk lutut, dan bersedia menuruti semua keinginanmu, Sayang!" Bu Devina duduk di samping putrinya. "Bagaimana caranya, Mi?" Devira menatap maminya dengan tatapan bingung. "Itu akan kita pikirkan nanti, yang penting sekarang kamu menikah dulu dengan Rama Arya" "Bagaimana kalau Vira tidak berhasil mengambil hati Arya?" Tanya Devira pesimis. "Kamu harus percaya sama Mami, banyak jalan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Kamu lihat papimu, apa pernah papimu menolak keinginan Mami, tidak pernahkan? Arya akan kita buat seperti papimu, bertekuk lutut di bawah kuasamu" ujar Bu Devina optimis. Senyum angkuh terlukis di bibirnya. "Tapi bagaimana caranya, Mami!" "Mami sudah bilang, jangan dipikirkan sekarang. Andaipun cara itu tidak berhasil, kamu bisa minta cerai, dan bisa menuntut separuh dari harta Arya sebagai pewaris tunggal kekayaan keluarga Lazuardi, iyakan!?" "Begitu ya Mi?" "Iya, ayo cari gaun yang paling bagus untuk kita berdua malam ini" Bu Devina menepuk paha putrinya. Serempak mereka berdua bangkit dari duduk mereka, untuk mencari gaun yang mereka inginkan. "Selamat siang!" Sapaan seseorang yang baru masuk ke butik membuat Bu Devina dan Devira menolehkan kepala mereka. "Nak Fahri!" Seru Bu Devina. terkejut setelah melihat pria yang menyapa mereka. "Apa kabar Tante?" Fahri mencium punggung tangan Bu Devina. "Apa kabar Vira?" Ia menyalami Devira. "Mas Fahri tambah gagah, tambah ganteng juga, lama sekali tidak bertemu," sahut Devira, Fahri tertawa mendengarnya. "Iya, Nak Fahri ke mana saja, bisnis travel kita kapan dimulainya? Oh ya duduk Nak Fahri" Bu Devina mempersilahkan Fahri untuk duduk. "Terimakasih Tante" Fahri duduk di sofa yang ditunjuk Bu Devina. "Mohon maaf Tante, Vira, untuk saat ini aku masih fokus pada pengembangan travel yang di Jawa dan Sumatera. Untuk di Kalimantan, belum bisa direalisasikan" jawab Fahri. "Kalau kendalanya adalah dana, Nak Fahri jangan khawatir, Tante siap menyandang semua dana yang diperlukan." "Terimakasih Tante, nanti akan aku atur lagi semuanya bersama teamku," jawab Fahri. "Nak Fahri sudah makan siang?" Tanya Bu Devina. "Belum Tante, aku ke sini ingin mengajak kalian makan siang di luar. Itu kalau Tante dan Vira tidak sedang sibuk" sahut Fahri. "Kami tidak sedang sibuk, ayo kita pergi makan siang" Bu Devina bangkit dari duduknya. "Kita naik mobil siapa?" Tanya Bu Devina sambil melongok ke luar butik. Dilihatnya ada mobil keluaran terbaru yang terparkir di depan butik. "Pakai mobilku saja Tante," sahut Fahri. "Itu mobil Mas Fahri?" Devira menunjuk mobil yang ia tahu harganya cukup mahal. "Iya" Fahri menganggukan kepalanya. "Baru beli?" Tanya Bu Devina. "Iya Tante" Fahri kembali menganggukan kepalanya. "Waah, usahamu sepertinya semakin berkembang pesat ya Nak Fahri" "Ya begitulah, Tante" "Ayo kita berangkat, Tante ambil tas dulu ya" Bu Devina masuk ke salah satu ruangan di butiknya. "Bagaimana kabarmu, Vira?" "Baik" "Jadi menikah dengan Arya Lazuardi?" "Tentu saja" jawab Devira dengan bangga dan senyum sumringah merekah di bibirnya. Fahri tersenyum di dalam hati, mendengar jawaban Devira. 'Apa kamu akan sebangga dan sesumringah ini, jika tahu seperti apa Arya sebenarnya. Aku bersyukur karena bukan Devita yang harus menikah dengan Arya. Meski Adrian tidak sempurna secara fisik, tapi harus aku akui dia pria yang sempurna sebagai seorang suami. Karena itulah aku menyerah dan memilih untuk mundur dari niatku menghancurkan rumah tangga Vita. Devita terlihat sangat bahagia bersama Adrian, kebahagiaan yang aku yakin tidak pernah dia dapatkan selama ini. Dan akupun merasa ikut bahagia bersama Devita. Sedang Arya, berdasarkan penyelidikanku, pria itu bukanlah pria sejati, meski secara fisik dia sangat sempurna, tapi sayang jiwanya menyimpang. Sesuatu yang mungkin akan sulit untuk diluruskan. Kita lihat saja Devira, apa kamu akan bisa bertahan hidup bersama Arya' Makan malam sudah selesai dilakukan, mereka duduk di salah satu ruangan di rumah besar bak istana milik keluarga Lazuardi. "Kami mengundang Pak Zul sekeluarga sebenarnya bukan hanya ingin mengajak makan malam saja, tapi ada hal penting yang ingin kami sampaikan juga" ucap Bu Radea. Pak Zul dan Bu Devina saling pandang, sementara Pak Malik diam saja, dibiarkan istrinya menyampaikan hasil pembicaraan mereka. "Ada apa ya Bu Radea?" Tanya Bu Devina dengan rasa penasaran. Ada rasa cemas di dalam hatinya kalau saja pernikahan akan dibatalkan. Karena batang hidung Arya, yang sama sekali tidak kelihatan. 'Tuhan, ada apa lagi ini, apa rencanaku untuk menikmati kemewahan milik keluarga Lazuardi akan gagal lagi? Semoga saja tidak, jangan sampai keinginanku tidak tercapai' Batin Bu Devina. "Begini, dua hari lalu kami sudah melakukan pembicaraan keluarga, yang juga diikuti kuasa hukum kami. Ada satu hal yang kami minta pada keluarga Malik, sebelum pernikahan dilangsungkan" ujar Bu Radea. "Satu hal apa Bu Radea. Aapun akan kami lakukan, demi kelancaran pernikahan putra putri kita" ucap Bu Devina cepat. Bu Devina tidak ingin harapannya hanya menjadi mimpi baginya. "Sebelum pernikahan dilangsungkan, kami ingin Devira menandatangani perjanjian pra nikah." "Perjanjian pra nikah?" Bu Devina dan Pak Zul saling pandang. "Ya, perjanjian pra nikah, yang salah satu pointnya adalah, bahwa jika suatu hari terjadi perceraian di antara Arya dan Devira, maka Devira tidak berhak menuntut harta milik keluarga Lazuardi yang diperoleh oleh Arya sebelum pernikahan mereka. Devira hanya berhak menuntut pembagian dari harta bersama yang diperoleh selama mereka menikah. Mengertikan maksud kami, Pak Zul, Bu Devina?" Tanya Bu Radea dengan nada yang sulit diartikan oleh Bu Devina. Bu Devina dan Devira saling pandang. Pak Zul hanya diam, ia merasa ada nada ejekan dalam nada ucapan Bu Radea. 'Apa karena mereka lebih kaya, sehingga mereka pantas melontarkan ucapan bernada mengejek seperti itu. Ya Allah, ini salahku, karena tidak mampu meninggikan derajat keluargaku'   BERSAMBUNG
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD