Kening Devon mengernyit kala kakinya memasuki museum Roma yang akan dibuka oleh Yayasan keluarga Caesar bulan depan. Aldrich Caesar, sang pendiri museum tersebut kemudian datang menghampiri. Baru kali ini Devon masuk ke museum. Mungkin terakhir kali adalah saat ia masih duduk di bangku sekolah dasar. “Bagaimana? Dia luar biasa kan?” sahut Aldrich sama-sama menghadap replika patung terkenal Apollo dan Daphne. “Apanya?” Devon balas menjawab polos. “Apollo dan Daphne ....” Aldrich menunjuk pada patung di depan mereka. Beberapa detik kemudian barulah Devon menyadari yang dimaksudkan oleh sahabatnya itu. Ia membulatkan mulutnya dan mengangguk. “Oh, maksudmu patung ini ada namanya?” Devon bertanya makin bodoh. Ia memang paling benci pelajaran sejarah. Tidak seperti Aldrich yang menganggap s