Cinta untuk Rinjani

Derap langkah kaki rinjani yang setengah berlari menuju ruang ICU, membuat beberapa pasang mata menoleh ke arahnya. pasalnya bukan hanya karena rinjani yang terburu-buru membuat mereka menoleh ke arahnya. rinjani datang ke rumah sakit dengan keadaan basah kuyup serta tanpa alas kaki. air matanya tak kunjung berhenti sepanjang langkahnya di lorong rumah sakit. Ya, setengah jam yang lalu rinjani mendapat kabar dari pihak rumah sakit. bahwa suaminya radit permana mengalami kecelakaan. Tanpa pikir panjang rinjani berlari ke luar rumah. Dan mendapati doni sang adik ipar yang baru saja pulang kuliah datang dengan sepeda motornya. Doni yang terlihat bingung akhirnya mengantarkan juga sang kaka ipar ke rumah sakit yang kaka iparnya sebut tadi. Sesampainya di depan ruang ICU, rinjani mencari-cari keberadaan suster atau dokter. Dia ingin tau bagaimana keadaan suaminya di dalam sana. selang beberapa menit seorang dokter wanita keluar dengan wajah yang sedikit lesu. Rinjani tak ingin menduga-duga, bukankah kekuatan doa lebih hebat dari apa pun. setidaknya itulah yang rinjani percaya untuk menguatkan hatinya. "Maaf..." ucap sang dokter menarik kembali rinjani dari berbagai dugaannya. "Apa, ibu keluarga dari bapak radit permana?" "iiya... dokter, saya istrinya? jawab rinjani gugup Dokter itu mendekat ke arah rinjani dan mengelus tangan rinjani. Mungkin hanya sekedar untuk bersimpati atas apa yang terjadi. "Maaf... bu, kami telah berusaha semampu kami untuk menolong pak radit. Namun allah berkehendak lain." Dunia rinjani seakan terhenti. Mendengar apa yang dokter cantik itu katakan. Raditnya telah pergi untuk selamnya, meninggalkannya tanpa tau kini rinjani sedang mangandung anaknya. anak yang selama ini mereka tunggu kehadirannya. Seketika semuanya menjadi gelap entah apa yang terjadi setelah itu, rinjani sudah tak tau lagi. Doni yang baru saja sampai di ruang ICU berlari menghampiri sang kaka ipar. untung saja doni segera sampai jika tidak mungkin tubuh rinjani sudah menghantam salah satu kursi yang ada di lorong itu. **** Satu jam kemudian keluarga radit datang ke rumah sakit. Tentu saja doni yang memberitahu setelah mendapat penjelasan dari dokter yang tadi berbicara dengan kaka iparnya. Rinjani, sudah tersadar dari beberapa menit yang lalu. Terdengar suara pintu di ketuk, lalu terlihat pria setengah baya masuk dan tersenyum padanya.