Sesuai dengan rencananya semula Saara muncul di atas permukaan tanah di atas laboratorium dan mengawasi sekitarnya. Hanya saja ia begitu bingung saat tidak melihat zombie yang berkeliaran di sekitarnya, seharusnya ada banyak zombie di jalan - jalan dan belum sempat melarikan diri. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, para zombie itu seolah sudah musnah.
Saara memutuskan untuk menuju kota dan melompat ke gedung tinggi untuk mencari zombie lagi mereka. Dia berpikir jika tidak mungkin zombie tingkat pertama langsung menghilang meski mendeteksi keberadaannya.
Akan tetapi hasil yang ia dapatkan juga sama, tidak ada satupun zombi yang berkeliaran di bawah gedung yang ia naiki. Semua masih sama yaitu seperti kota mati.
Saara berpikir jika mungkin saja kehadirannya sudah terdeteksi oleh para zombie mutasi ketiga sehingga mereka memperingatkan zombie tingkat pertama dan mutasi kedua. Jadi mereka tidak mau menampakan diri karena takut padanya. Saara akhirnya mengambil keputusan dengan mengubah dirinya menjadi partikel nano lalu menyebar ke seluruh gedung yang kemungkinan besar dihuni oleh para zombie atau dipakai oleh zombie untuk bersembunyi.
Setelah sekian lama mencari tetap saja Saara tidak menemukan satupun zombie yang berkeliaran. Hal ini membuat Saara bertanya - tanya kemana perginya para zombie yang yang pernah mengejarnya dulu. Saara pun melanjutkan perjalanannya menuju ke arah markas selatan. Dia ingat jika ada zombie mutasi kedua yang berada di hutan sebelum menuju ke markas Selatan.
Yang mengejutkan bukannya zombie mutasi kedua yang muncul dan menyerang, akan tetapi justru seorang monster dengan bentuk yang mengerikan tiba - tiba datang di depannya. Saara hanya mengernyit sebagai satu - satunya ekspresi yang pernah ia buat selama ini. Sebab Saara tahu jika makhluk di depannya itu adalah bukan sembarang zombie. Makhluk di depannya bukan zombie mutasi pertama, kedua maupun ketiga. Dia justru seperti tiga zombie tingkat pertama yang menyatu menjadi satu, sebab mereka memiliki tiga kepala enam lengan namun hanya dua kaki.
"Makhluk apa kalian?" tanya Saara.
Saara tidak tahu jika makhluk itu adalah hasil eksperimen dari Draco dan juga Ben yang menjadi zombie mutasi ketiga. Mereka memiliki kecerdasan seperti manusia karena sudah memakan kristal zombie dengan jumlah yang cukup banyak. Sayangnya mereka berubah menjadi zombie karena kesombongan masing - masing. Dan ternyata meskipun mereka menjadi zombie, keduanya tetap membuat ulah dengan melakukan hal yang mengerikan. Entah bagaimana caranya ketiga zombie itu bisa menyatu menjadi satu dan membentuk monster apocalyps seperti ini.
"Graaa..."
Monster Apocalyps yang diciptakan oleh Draco langsung menyerang Saara dengan kecepatan yang tinggi dengan tinjunya. Membuat Saara terkejut karena belum pernah ada zombie yang menyerang bisa secepat itu selain Devos. Saara pun menahan tinju Apocalyps dengan lengannya yang disilangkan di depan d**a.
Duag!
Akan tetapi itu tubuh Saara terdorong ke belakang karena kuatnya tinju yang datang ke arahnya. Saara mengambil kesimpulan jika Apocalyse yang tercipta dari tiga zombie tingkat pertama yang disatukan tersebut memiliki kekuatan tiga kali lipat dari semula. Dan Saara pun tahu jika harus berhati - hati.
Saara segera memutar tubuhnya dan menendang Apocalyse. Membuat monster itu terlempar beberapa langkah.
'Apa aku coba vaksin ini pada dia?' batin Saara.
'Tidak, apa jadinya mereka jika sembuh dari virus Em0. Tubuh mereka sudah tak berbentuk.'
Saara pun mengambil keputusan untuk memusnahkan Apocalypse yang bersiap untuk menyerangnya. Apocalypse itu pun berminat menyerang Saara kembali dan sedang mengambil sebuah mobil rusak yang tergeletak disampingnya. Dia mengangkat dan melemparkannya ke arah Saara. Suatu kekuatan yang luar biasa mengingat jika zombie tingkat pertama yang biasa tidak akan bisa melakukan hal tersebut.
Saara yang sudah tidak ingin berbasa - basi langsung mengarahkan energi telekinesis nya ke arah mobil. Membuat mobil tadi terdorong kembali ke arah Apocalyps hingga membuatnya terpental jauh.
Wuzz.
Bruak.
Nampaknya urusan Saara tidak berhenti di sini, sebab Apocalyse tadi meskipun terlempar sangat jauh tapi dia sama sekali tidak terluka. Dia bahkan berlari ke arah Saara dengan kecepatan yang tinggi untuk menubruknya.
Saara segera menghindari peluru yang berupa Apocalypse itu. Namun serangan Apocalypse tidak berhenti di sana, dia terus - menerus melempar Saara dengan benda- benda yang berada di sekitarnya.
Saara yang tadi menghindar tidak sempat mengeluarkan energi telekinesis nya dan hanya bisa melompat ke sana ke mari menghindari benda -benda yang dilempar oleh Apocalypse.
"Aku tidak memiliki waktu untuk ini..." gerutu Saara yang masih menghindari serangan Apocalyse. Dia terus dihujani barang - barang yang dilempar oleh Apocalyse. Saara pun memutuskan bersembunyi di balik pohon. Dan menunggu kesempatan untuk mengelurkan energi telekinesisnya.
Brak.
Bruk.
Barang - barang tadi terus menabrak pohon tempat Saara bersembunyi. Saara tahu jika pohon besar tempatnya bersembunyi lama kelamaan akan roboh.
Tidak menunggu lama, suasana menjadi hening.
Rupanya Apocalyse tadi kehabisan barang untuk menyerang Saara. Dia pun kembali berlari menuju ke arah Saara untuk menghancurkan pohon sekaligus Saara. Akan tetapi langsung disambut dengan hantaman energi yang luar biasa dari Saara.
Karena begitu hebatnya hantaman energi dari Saara, kristal yang berada di mulut mereka juga terlepas. Membuat Apocalyse tadi langsung tidak bergerak dan tewas.
"Akhirnya selesai juga..." gerutu Saara.
Saara mengambil kristal zombie yang terlempar dari mulut apocalyps tadi. Dia juga melakukan hal yang serupa pada tiga kepala Apocalyse. Saara tidak akan menyia - nyiakan kesempatan untuk mengambil kristal zombie yang bisa ia dapatkan untuk membuat vaksin.
Selesai berurusan dengan tubuh Apocalyse, Saara kembali melakukan pencarian menguji vaksin pada zombie tingkat pertama dan juga zombie mutasi kedua. Saara masih tidak menyerah untuk menguji coba vaksin hasil penemuan Aaron kepada mereka meski kesulitan menemukan zombie.
Setelah sekian lama mencari akhirnya Saara menemukan sekumpulan arah zombie mutasi kedua dan tingkat pertama yang berdiam di depan sebuah gedung. Mereka tidak bergerak karena mereka tidak mendapatkan rangsangan dari pendengarannya maupun penglihatan. Yang membuat Saara bertanya - tanya adalah bagaimana para zombie berkumpul di lokasi yang ternyata tidak di wilayah markas Selatan.
Akan tetapi begitu menyadari kedatangan Saara, mereka semua langsung membubarkan diri untuk berlari menyelamatkan diri. Saara pun seperti elang pemangsa yang menyambar zombie tingkat pertama dan zombie mutasi kedua. Lalu membawanya ke tempat yang aman.
Grrr.
Gah.
Saara kemudian mengikat mereka ke tiang sama seperti yang dia lakukan pada Ken. Setelah itu menyuntikkan pada zombie tingkat pertama dan mutasi kedua.
Saara dengan wajah dinginnya memperhatikan reaksi vaksin yang dia suntikan pada kedua zombie tersebut. Sama seperti reaksi Lusiana mereka berdua mengerang kesakitan dan menjerit- jerit. Akan tetapi semakin lama teriakan mereka semakin keras bahkan tubuh mereka tidak membaik seperti yang terjadi pada Luciana. Kulit mereka yang hijau mengeluarkan darah dan nampak seperti luka baru pada manusia. Dan setelah lima jam mereka menjerit dan menggelepar di tiang, akhirnya mereka berhenti bergerak dan tewas. Saara menyimpulkan jika vaksin ini hanya bisa bekerja pada zombie mutasi ketiga. Dia pun meninggalkan kedua zombie itu dan kembali ke gedung di mana zombie mutasi pertama dan kedua ia temui.
Karena zombie tingkat pertama dan zombie mutasi kedua tidak ada harapan untuk disembuhkan maka Saara berniat untuk mengambil semua kristal zombie di kepala mereka. Dengan demikian kristal itu bisa dibuat vaksin untuk menyuntik manusia agar tidak berubah menjadi zombie. Meskipun kejam tapi ini adalah satu - satunya cara untuk menghentikan kehancuran bumi dan menyembuhkannya.
Duuarr!
Seperti diserang rudal, gedung yang dijadikan para zombie untuk bersembunyi itu dihancurkan oleh Saara. Wanita itu terus meluluh lantakkan gedung tersebut hingga rata dengan tanah. Lalu melompat ke bawah dan mencari kristal zombie dari reruntuhan gedung yang hampir ia buat menjadi serpihan batu.
Di sisi lain Devos juga mengalami kesulitan untuk mendapatkan kristal zombie. Padahal dia sangat butuh kristal tersebut untuk memulihkan dirinya dari luka karena pertempuran antara dirinya dan juga kelompok Saara. Devos mencurigai jika ada orang lain yang berburu zombie selain dirinya.
Oleh karena itu dapat memutuskan untuk mengamati apa yang terjadi pada lingkungannya. Kenapa jumlah zombie akhir - akhir ini sangat langka.
Ternyata tidak menunggu lama untuk mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Salah satu pasukan Jenderal Mayer ternyata sedang mengambil kristal zombie di kepala zombie. Melihat hal tersebut Devos sangat marah dan segera memburu pasukan Jenderal Mayer yang sedang mengambil kristal zombie. Dia ingin menyerang pasukan Jenderal Mayer dan mengambil kristal di tangan mereka. Hanya saja usaha Devos mendapatkan perlawanan yang cukup keras dari pasukan Jenderal Mayer. Mereka mati - matian melawan Devos yang terluka.
Ctar.
Ctar.
Rupanya kemampuan istimewa mereka adalah petir, sama seperti dirinya. Devos tertawa senang karena bisa mendapatkan elemen petir jika mengubah mereka menjadi zombie. Akhirnya Karma pun berbalik kepada pasukan Jenderal Mayer. Dulu mereka mengubah para pengungsi markas selatan untuk menjadi zombie, sekarang mereka diubah oleh Devos menjadi zombie untuk diambil kristalnya.
"Tidak!"
Kengerian melanda para pasukan Jenderal Mayor yang melihat Devos yang menyerang mereka dengan brutal. Baru kali ini mereka melihat zombie sekuat ini. Apalagi dia langsung menggigit rekan-rekannya dan membiarkan mereka berubah menjadi zombie. Hal ini membuat pasukan Jenderal Mayer langsung melarikan diri untuk menghindari Devos.
Devos merupakan zombie mutasi keempat yang sangat cerdik. Dia tahu jika dengan membiarkan salah satu orang selamat maka akan memancing manusia lainnya yang memiliki kemampuan petir untuk mencarinya. Dan tentu saja hal ini merupakan awal pertempuran antara dirinya dengan Jenderal Mayer.
"Ahaha katakan pada rekan kalian aku akan datang dan menyerang kalian. Ahaha!" ancam Devos pada sisa pasukan yang berlari.
Devos yang melihat banyak diantara mereka yang memiliki kemampuan istimewa petir, menyimpulkan jika zombie yang berada di markas selatan sudah diburu oleh para manusia itu untuk mendapatkan kemampuan. Dia kini berpikir harus mencari kristal emas untuk dijadikan elixir secepatnya. Dia tidak ingin jika para manusia itu mendahuluinya mendapatkan kristal emas.
Di markas pusat, pasukan Jenderal Mayer yang tersisa tiga orang melaporkan jika ada zombie yang sangat kuat di luar markas selatan. Kembali Jenderal Mayer menerima kabar buruk, setelah dia menerima pernyataan jika tidak bisa meningkatkan kekuatannya lebih hebat lagi, dia sekarang harus menerima jika pasukannya hanya tersisa sedikit karena dibantai oleh zombie yang kuat. Selain itu dia juga orang yang paling dibenci di markas Selatan karena mereka semua tahu jika dirinyalah otak di balik menghilangnya para pengungsi di markas Selatan. Kini semuanya semakin sulit bagi Jenderal Mayer jadi dia pun berencana untuk meminta bantuan pada komandan Kendal.
Tbc.