selamat membaca..
_____
Pagi hari berada dipuncak itu suasananya sangat dingin aku bahkan memakai jaket dobel sanking dinginnya bahkan masih memakai selimut lagi sebagai lapisan luar. Waktu baru menunjukkan pukul lima pagi kedua sahabatku memanggilku dari luar tenda bergantian mau tidak mau aku pun keluar menemui mereka.
“Masih malam dingin banget tau kenapa kalian bangunin aku sih” Gerutuku dengan gigi bergemelutuk karena kedinginan.
Danial memakaikan aku topi rajut sepertinya masih baru dan Gim memakaikan headphone ketelingaku sehingga kepalaku terasa tidak begitu kedinginan lagi.
“Bentar lagi matahari mau terbit kamu gak mau liat?” ucap Danial.
Cowok ini benar masa jauh jauh ketempat ini mau melewatkan pemandangan indah kayak gitu tapi suer tak kewer kewer ini udara dinginnya kebangetan.
“Tapi kalau kamu merasa kedinginan kamu masuk aja kedalam tenda” Kali ini Gim yang berucap dengan nada kalemnya kayak biasa. Aku menggeleng karena aku lebih setuju usulan Danial untuk melihat matahari terbit lagian kan tidak tiap hari juga kayak gini.
Gim sepertinya berusaha menyalakan kembali sisa api semalam dengan ranting ranting yang tinggal sedikit untuk menghangatkan tubuh kita saat ini sambil menunggu mataharinya muncul. Gim memeluk pundakku dan mengarahkan aku didepan api yang sudah kembali menyala. Aku tersenyum manis kearah sepupuku yang paling ganteng ini.
“Terima kasih sayangku” Kataku pada Gim.
“Eh liat cahayanya udah muncul” Seru Danial, aku dan Gim pun menoleh kearah yang Danial tunjuk dan benar saja cahaya menakjubkan itu mulai terlihat. Sampai disini aku paham kenapa para pendaki sangat suka melihat matahari terbit karena pantulan warna yang dihasilkan membuat perasaan terasa lebih tenang.
Tentunya ini momen sekali setahun bagiku, aku langsung mengeluarkan kamera ponsel dan mengabadikan cahaya itu dengan cukup baik tapi tak sebaik kamera mahal studio foto setidaknya ada yang aku simpan dalam momen ini.
“Indah banget ya” pujiku sambil mengantungi ponsel disaku jaket dan mengeratkan selimut dileherku.
Kami bertiga memperhatikan cahaya matahari yang semakin lama cahayanya semakin meluas kesegala arah menyinari sesuatu yang tidak terlihat jadi terlihat karena sinar mentari pagi.
Suasananya sangat tenang meskipun dingin aku memilih masuk kembali kedalam tenda untuk tidur beberapa menit lagi saat matahari mulai meninggi tapi rencanaku digagalkan oleh kedua sahabatku yang membopongku secara paksa kesuatu tmpat yang tidak aku tau.
“Hei hei turunin gak aku masih ngantuk nih” Aku memprotes, tentu saja siapa yang gak protes kalau pengen tidur malah digotong royong kayak gini.
Danial terkekeh pelan sedangkan Gim ya tetep aja gak ada ekpresi, kedua cowok itu kompak membawaku entah kemana sedangkan aku pasrah aja dari pada jatuh kan aku yang sakit. Sebenarnya mereka merencanakan hal apa yang tidak aku tau.
Tapi tak lama mereka berhenti tepat disebuah sungai dengan air terjun yang tidak terlalu tinggi, aku menatap kedua sahabatku ini dengan kesal.
“Gimana Sun bagus gak?” Tanya Danial. Aku memukul Danial dan Gim bergantian “Kalau kalian ngajaknya agak siangan mungkin aku bakalan seneng tapi ini masih pagi ya ampun... pagi-pagi ditempat kayak gini tuh tambah dingin” jawabku menahan kesal.
“Tapi kalau siang banyak orang” Gim menyahut, ada benarnya juga sih tapi kali untuk apa keair terjun kayak gini mana dingin banget lagi. Aku berjongkok untuk menyentuh airnya yang sukses membuatku lari karena air disungai itu udah mirip es di antartika meski aku gak pernah kesana sebelumnya. Tapi airnya dingin banget, sumpah.
“Ngapain lari sih Sun kan aernya kagak bakalan makan kamu kok. Sini ambil spot yang bagus buat dipost dimedia sosial” Danial memberikan ponsel kearah Gim untuk menjadi fotografer dadakan lagi. Danial mendekatiku aku langsung lari dan bodohnya lagi Danial malah mengejarku.
“Dan aku gak mau! Dingin tau mana belum mandi, belum cantik cantik udah ngajakin foto. Banyak beleknya ih malu diliat orang kalau difoto terus dipost” Aku memprotes disaat Danial berhasil menangkap tanganku dan menariknya mendekati Gim yang siap untuk jadi fotografer.
“Orang gak bakalan tau kalau kamu belum mandi. Sun bayiku kan udah cantik biar gak mandi setaun pun tetep wangi” jawab Danial setelahnya.
“k*****t lu” Umpatku, Danial justru tertawa “Bukannya temen kamu kempret semua?” katanya. Beneran ngeselin nih anak apa lagi saat Danial menyuruhku melepas salah satu jaket yang aku pakai karena memang aku pakai jaket dobel.
“Danial dingin!” Aku mendelik menatap cowok itu.
“Bentar doang etdah. Cekrek cekrek beberapa kali baru kamu pake lagi tuh jaket kalau perlu selusin pake semua” Danial melingkarkan tangannya dileherku lalu Gim mengambil gambar kita berdua, Ck udah kayak pasangan prewedding aja.
Udahlah mau ngelawan Danial kayak gimanapun gak bakalan menang apa lagi soal foto foto nih anak jagonya. Anehnya Gim kok mau ya jadi tukang fotonya? Kedua sahabatku ini memang plek istimewa.
Aku memakai jaketku lagi kali ini aku memaksa Danial untuk melepaskan jaketnya dan sekarang aku memakai tiga jaket sekaligus. Keren kan? Iya aja lah dari pada aku marah kan.
Danial pasrah aja tuh aku pake jaketnya bahkan tuh cowok malah sibuk liat hp buat mastiin jepretan gambar tadi hasilnya bagus atau enggak. Narsis banget dah temanku yang satu ini.
“Woy balik tenda yuk makin dingin nih!” Seru ku memanggil dua cowok ganteng yang masih berdiri tepi sungai itu. Sialnya aku dikacangin oleh mereka berdua dimana Danial gantian memaksa Gim untuk foto berdua. Aku tertawa kecil karena Gim sangat susah berekspresi terlihat bagaimana Danial memaksa Gim untuk sekedar tersenyum sampe nyaris marah marah. Tapi Gim malah terlihat terlalu santai bahkan santainya kebangetan.
Aku berjalan kearah dua cowok itu mengambil ponsel Danial dan melakukan sesi foto bertiga dengan aku ditengah mereka seperti biasa. Aku dan Danial tersenyum lebar tapi Gim? Ah sudah lah capek aku bilang kalau Gim itu robot.
“Oh ya nanti kita balik jam berapaan?” tanyaku sembari memberikan ponsel yang ku pegang pada pemiliknya. Danial menyimpan ponselnya kesaku celana.
“Nanti siang soalnya bus datang jam 2 biasa” Jawab Danial. Aku mangguk mangguk aja lalu menatap Gim.
“Om kumis masih dinas?” tanyaku.
Gim menoleh “Gak tau tapi kayaknya pulang entar sore juga kenapa gak sekalian barengan?” katanya.
“Gak enak ngerepotin om kumis” Aku berjalan lebih dulu didepan dua cowok itu. “Sun jaket aku dong” minta Danial. Aku berbalik lalu menjulurkan lidah “Baru tau kan kalo dingin” jawabku.
Danial berdecih sambil memutar bola matanya sebelum cowok itu kembali mengejarku untuk merebut jaketnya kembali. Tapi bekas embun yang jatuh semalam membuat rumput terasa licin aku terpeleset oleh rumput yang membuatku jatuh terguling guling. Danial menertawaiku bukan malah menolong.
Aku buru buru berdiri lalu membersihkan rumput yang menempel setelah itu menatap Danial dengan kesal tapi saat danial kembali mendekatiku cowok tinggi itu juga terpeleset dan guling guling seperti aku tadi. Tentu aku juga tertawa melihat Danial terjatuh seperti itu.
“Tuh karma itu nyata kan” ucapku. Aku menoleh kearah Gim yang berkacak pinggang melihat aku dan Danial sambil geleng geleng tak habis pikir. Danial segera bangun dan mengejarku lagi sampai cowok itu belum berhasil mendapatkan jaketnya dia tidak akan berhenti dan aku sangat suka menggoda teman-temanku sampai mereka capek baru deh aku kasih dengan senyum lebar.
Tapi yang ada Danial justru merelakan jaketnya tetap aku pakai sambil berkata “terima kasih sudah mau nemenin olah raga” katanya sambil cengap cengap kayak ikan didaratan.
“Hah?”
______
bersambung..
sudah bab sepulu aja gaes. masih nungguin gak?.