Ciuman di kening, juga pelukannya. Dan dia menyayangiku. Apa aku baru saja ketiban bulan? Ih, kok malah itu yang kupikirkan! Jangan baper Ayra! “Ayra!” Aku tersentak. Menoleh ke Uwak Edwin. “Iya, Wak?” “Sudah mulai jatuh cinta sama si Kriwil ya?” “Hah?” “Kok hah! Arga bilang dia sayang kamu. Bukannya jawab, malah terpesona.” “Iiih siapa yang terpesona!” Aku merajuk. Malu luar biasa. Lagian kenapa juga sih aku justru beku dengan pikiran yang me-rewind ciuman tadi. Cium kening, Ayra! Itu bukan apa-apa! Tapi rasanya nyaman. Ya ampun! Ada apa sih dengan diriku? “Ayra!” “Iya, Wak.” “Kenapa sih kamu?” tanya Uwak lagi, kini terkekeh. Aku pun ingin menertawakan diriku sendiri. Konyol sekali! “Lagian Abang sih! Ditanya apa jawabnya apa. Jaka Sembung tau ngga! Ngga nyambung!” omelku