Prolog

399 Words
Angin berembus kencang, seolah berusaha untuk mendorong tubuhnya ke dalam jurang yang gelap. Matanya tidak henti memerah, terus mengeluarkan air mata yang menandakan betapa perih sakit yang dirasakannya sekarang ini. Tubuhnya yang hanya berlapiskan mantel cokelat tidak mampu menghangatkan hatinya yang beku ini. Ini sebuah keajaiban dia dapat bertahan hidup selama beberapa jam ini. Rasanya menyakitkan, mengerikan dan memuakkan. Dia ingin melenyapkan perih yang dia derita, menggantinya dengan bahagia, meskipun itu hanya bertahan sepersekian detik. Batinnya tersiksa, fisiknya lemah, dan pikirannya serasa dibelenggu. Dia jatuh tersungkur ke bawah, merasakan bebatuan membuat tubuhnya semakin sakit. Dia menggigit bibirnya, sedangkan tangannya terus mencengkram erat selembar foto dan surat yang baru didapatkannya beberapa saat yang lalu. Suaminya berselingkuh. Pria yang ada di foto ini adalah suaminya. Sedangkan perempuan jalang itu, tidak dia ketahui, karena wajahnya yang tertutup. Dia rasanya ingin menjambak keras rambut si jalang itu dan membuangnya ke dalam jurang. Sampai akhirnya dia sadar bahwa itu hanya akan merugikannya. Drt... Getaran ponsel mengalihkan pikirannya. Dia buru-buru merogoh ponsel yang ada di sakunya dan melihat nama yang tertera di sana. Suaminya mengirimkan sebuah pesan. [Kamu di mana?] Sudut bibirnya terangkat. Masih bisa menanyakan kabarku? Dia bodoh. Sangat bodoh. Seharusnya dia mengunjungi suaminya sekarang, menamparnya dan meminta penjelasan dari foto dan surat yang dia dapatkan ini. Jika berbohong, dia akan menamparnya lagi. Akan tetapi, jika jujur, mungkin dia akan pergi. Merenungkan segala macam pikiran yang menghantuinya. Pernikahannya dengan Ryan Ganendra sudah berlangsung selama lima tahun. Dan siapa yang menyangka bahwa usia kelima itu menjadi bumerangnya. Tepat di ulang tahun pernikahan mereka, yang seharusnya mereka rayakan dengan bahagia di Paris malah berujung malapetaka. Drt... Ponselnya kembali berdering, memunculkan pesan terbaru dari suaminya. [Aku tunggu di hotel. Cepatlah pulang.] Dia mengembuskan napasnya, menggigit bibirnya dan segera menghubungi seseorang yang dikenalinya. Dia membutuhkan seseorang saat ini dan suaminya bukanlah seseorang itu. Cukup lama dia menghubungi sahabatnya itu, sampai lima menit kemudian, panggilannya terangkat. "Kayla, ada apa?" Suara itu. Dia sangat merindukan suara itu. Dia benar-benar ingin membutuhkan usapan tangannya yang lembut dan menenangkannya dengan kalimat-kalimatnya. "Aku ada di Verdon Gorge." "What?! Wait, kamu ada di Verdon Gorge? Serius?" Kayla diam saja, tapi napasnya berembus, seolah memberikan keyakinan kepada perempuan bernama Allisa itu bahwa dirinya benar ada di Verdon Gorge. "Ada apa, Kayla? Kamu bilang, kalian hanya akan ada di Paris." "Memang,” jawab Kayla. "Tapi ada hal yang ingin kukatakan, Allisa..." "Apa?" "Ryan selingkuh."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD