ANULIKA : Hati yang Luka

Hiruk pikuk pesta sudah usai meninggalkan Bara dan Anulika dalam keheningan. Mereka hanyut dengan fikiran sendiri. Gaun pengantin masih melekat ditubuh Ika, begitu Anulika biasa dipanggil. Bara sendiri juga masih memakai tuksedonya. keduanya tidak punya niatan untuk segera berbenah untuk menyambut malam pertama mereka. Pernikahan karena perjodohan tentu berbeda dengan yang dilandasi oleh cinta. tidak ada cinta diantara Ika dan Bara. mereka bertemu cuma dua kali sebelum pernikahan berlangsung. orang tua Bara yang mengaturnya. Ginanjar wirama menikahkan Bara dengan Anulika karena dua alasan yang mendasar. pertama karena Ika adalah anak Almarhum sahabatnya yang telah banyak membantunya semasa mereka muda. kedua karena Bara yang tidak kunjung menikah. anak semata wayangnya itu terlalu asyik bekerja sehingga mengesampingkan keinginan untuk berumah tangga. Anulika tidak pernah membayangkan akan kehilangan Ayahnya secepat ini. setelah ditinggal oleh sang ibu saat masih SMP, Ika fikir akan ditemani oleh sang Ayah sampai ia menikah dan punya anak. yang artinya akan sangat lama, karena Ika baru saja diwisuda saat Ayahnya meninggal karena serangan Jantung. Ditinggal oleh sang Ayah sendirian tentu membuat Ika terpukul tapi yang lebih membuatnya terpukul adalah kenyataan bahwa setelah sang Ayah meninggal yang akan menjadi walinya adalah Om Ginanjar sahabat ayahnya. Ika merasa tidak butuh wali lagi diusianya yang sudah dewasa. namun pesan Ayahnya yang memaksa Ika untuk menerima kehadiran keluarga baru. Meski sang Ayah tidak meninggalkan warisan selain rumah sederhana yang selama ini mereka tempati sebagai bekal hidupnya tapi Ika yakin akan mampu bertahan seorang diri. Ika akan melamar pekerjaan dengan bekal ijazahnya. namun takdir berkata lain. Ika tidak perlu mencari pekerjaan karena Ika akan menjadi seorang isteri. " Kemasi barang - barangmu kita langsung pulang saja " kata Bara menyadarkan Ika dari lamunannya. apa Bara serius mau pulang sekarang. apa dia tidak takut ditanya macam - macam oleh keluarganya. " Kita pulang ke rumahku ... " sambung Bara memperjelas. Ika mengangguk. lantas berdiri menuju kamar mandi untuk berganti pakaian. Bara menatap kepergian Ika dengan tatapan datar. entah akan seperti apa pernikahan mereka nantinya. *** " ini kamar kamu, kamar aku yang itu " tunjuk Bara setiba mereka dirumah Bara yang ia akui baru dibeli saat mengetahui pernikahan mereka tidak bisa dielakkan lagi. tidak bisa menolak pernikahan setidaknya Bara bisa menolak saat orang tuanya memaksa agar mereka tinggal serumah. " taruh dulu barangmu di kamar, setelah itu kita bicara " suruh Bara sebelum masuk ke kamarnya sendiri. Ika menuruti perintah Bara tanpa bicara. Kamar yang akan Ika tempati cukup luas dan bersih. sudah dilengkapi dengan furniture juga. ternyata Bara sudah mempersiapkan segalanya. Ika sendiri tidak berharap akan tidur sekamar dengan Bara. pasti mereka akan sangat canggung sekali jika harus sekamar. Jadi pisah kamar adalah pilihan terbaik bagi mereka. Ika meletakkan kopernya didepan lemari. nanti saja ia susun baju - bajunya. masih banyak waktu untuk menata kamar sesuai dengan keinginannya sendiri. tidak ingin membuat Bara menunggu lama Ika segera keluar menemui Bara yang sudah menunggu di ruang keluarga. Ika duduk disamping Bara. Bara menoleh sejenak sebelum kembali memandang lurus kedepan. " Kita harus membuat batasan yang jelas dalam hubungan kita ini " ujar Bara memulai pembicaraan. Ika diam menyimak. " Aku ingin kita tidak saling mencampuri urusan pribadi, meski kita sepasang suami isteri tapi pernikahan kita cuma sebagai status diatas kertas saja jadi tidak berlaku dikeseharian kita " tegas Bara membuat batasan. " Apa itu artinya kita boleh punya hubungan dengan lawan jenis diluar sana ?" tanya Ika . Lebih baik memperjelas sesuatu yang krusial sekalian daripada baper dikemudian hari. Bara menatap Ika lekat, tidak menyangka akan mendapat pertanyaan seperti itu dari wanita yang belum genap sehari menyandang status sebagai isterinya. " kamu punya pacar ? " " tidak " jawab Ika cepat " tapi punya Pacar termasuk urusan pribadikan? karena kita sudah menikah punya pacar berarti selingkuh jadi aku ingin kamu lebih memperjelas batasan yang ingin kamu terapkan " Bara menimbang sejenak batasan yang ia inginkan karena sejujurnya Bara sendiri tidak tahu konsep pernikahan seperti apa yang cocok untuk mereka. " Aku punya wanita yang aku cintai " Ika sudah menduganya. pria normal diusia Bara pasti akan memiliki seorang kekasih. Jika Bara mengaku tidak punya Wanita yang Ia cintai Ika akan meragukan orientasi seksual suaminya. " Kenapa Kalian tidak menikah ? " " Masih menunggu dia selesai kuliah " Ika mengangguk mengerti " jadi apa yang akan kamu lakukan saat dia lulus kuliah nanti ? apa kita akan bercerai ? " tanya Ika. Ika ingin tahu agar kedepannya juga punya rencana sendiri untuk masa depannya. " Mungkin " " Mungkin ?? " Bara mengangguk. " kenapa cuma mungkin ?? kamu harus tentukan dari sekarang . aku tidak mau membuang waktu dengan percuma " Ika geram dengan jawaban Bara. bagaimana mungkin pria matang sepertinya tidak punya visi yang jelas dalam hidupnya. " Jadi apa saja batasan yang akan kita sepakati ? " Ika kembali ke pembahasan awal. " Hanya bila didepan keluarga atau kenalan, kita harus bersikap selayaknya suami isteri. di luar itu kita adalah orang lain jadi bebas melakukan apapun " " Oke ! " Ika mengangguk semangat. Ternyata menikah karena perjodohan tidak terlalu menyeramkan. Setidaknya sejauh ini terlihat seperti itu... Tbc