Agisti sudah hendak menelfon Sela di saat wanita itu sudah lebih dulu muncul di rumahnya. Dengan muka merah dan tatapan penuh kebencian, Agisti melangkah lebar hendak hampiri Sela yang berjalan memasuki ruang keluarga. Tangan Agisti sudah terangkat hendak layangkan tamparan pada Sela, namun.. “Mama nggak perlu khawatir,” ucap Sela dengan raut wajah yang sangat tenang. Tak ada kegetiran ataupun kegelisahan di wajah Sela. Air mukanya seolah menunjukkan bahwa kemarahan Agisti bukanlah sesuatu yang bisa membuatnya khawatir. “Kasih aku waktu tiga bulan. Aku dan Jalen akan berpisah. Mama nggak perlu khawatir. Setelah itu Mama bisa lakukan apapun yang mau Mama lakukan.” Agisti menatap Sela tajam, namun ada secuil ketakutan di hati Agisti. “Kamu serius?” Sela mengangguk tanpa ragu. “Kala