“Kakak udah suntik Sela. Ini obat dikasih kalau nanti Sela udah bangun. Biar Sela istirahat dulu..” Quin kemudian mengusap lengan adiknya itu. “Kamu baik-baik aja?” tanya Quin seolah ia mengerti kalau situasi sedang tidak baik-baik saja. Quin memang tak tahu apa-apa, tapi melihat ekspresi Jalen membuat Quin yakin sesuatu telah terjadi. 24 tahun menjadi Kakak Jalen, tak pernah Quin melihat adiknya itu seperti ini. Jalen cenderung tanpa ekspresi dalam semua situasi. Selama ini satu-satunya orang yang bisa membuat raut khawatir tergambar jelas di wajah Jalen hanyalah Bunda. Itu pun hanya bisa dilihat sesekali saja. Tapi semenjak menikah dengan Sela, Quin jadi bisa melihat macam-macam reaksi di wajah adik bungsunya ini. “Kak, jangan kasih tau siapa-siapa dulu ya soal ini. Terutama Bunda. A