Sejak kembali ke tanah air, penampilan Abyan banyak mengalami perubahan dan semuanya membuat kaum hawa betah berlama-lama untuk sekedar memandang dan melihatnya tersenyum saja.
Pesona Abyan bukan saja menjadi milik pegawai HSP melainkan para tamu wanita hingga kabar Abyan yang memiliki penampilan lebih dari idola menarik beberapa kaum selebritis.
Namun, tidak semuanya mereka mendekati Abyan dengan niat yang tulus. Mereka hanya mencari sensasi tanpa benar-benar tertarik dan bermaksud menjalain hubungan yang serius.
Di jaman ini, uang lebih berarti daripada wajah yang tampan tanpa ada koneksi yang bisa dimanfaatkan.
Mereka yang berlahan-lahan mendekati Abyan dan berusaha menjadi kekasihnya mundur secara teratur begitu tahu yang dimiliki oleh Abyan hanya wajah tampannya saja sementara untuk uang? Abyan sudah memberikan kepada Karla untuk mendukung penampilannya.
Tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Abyan hingga dia rela memenuhi kebutuhan Karla tetapi pada keluarganya Abyan hanya mengatakan kalau dia hanya ingin menolong Karla.
“Tapi kau bodoh, By. Kalau kau tidak tertarik padanya kenapa kau memberikan dukungan yang menurutku sangat berlebihan?” cecar Zeny yang sejak awal tidak pernah menyukai Karla.
“Aku setuju dengan Zeny. Karla, menurutku hanya memanfaatkan dirimu saja. Dia tahu kau memberikan perhatian yang lebih padanya, tapi dia terus membuatmu harus mengeluarkan uang untuknya,” tegur Tania tidak rela.
Namun, yang dihadapi mereka adalah Abyan Benua Pravitel, seorang lelaki yang tidak mudah dibujuk dan dirayu. Abyan adalah lelaki yang memiliki kemauan keras.
“Dan, hanya Karla yang tetap berada di sampingku walaupun dia tahu aku bukan berasal dari keluarga kaya,” sahut Abyan dengan mata terpejam.
“Dia tetap berada di dekatmu karena kau selalu memberikan yang dia inginkan. Kau sudah dimanfaatkan oleh-nya, By. Dia akan tetap berada di sampingmu tapi hatinya sendiri, aku tidak tahu,” ucap Zeny ketus.
“Untuk apa cari tahu dimana hatinya Karla berada. Hanya Abyan yang tutup mata melihat tingkah Karla yang semakin hari membuatku merasa menyesal,” ucap Tania.
“Menyesal, maksudmu?” kernyitan di dahi Zeny terlihat.
“Menyesal sudah memberikan persetujuan pada tim penilai yang lebih berpihak padanya,” gerutu Tania membuat senyum Zeny terlihat.
“Mana mungkin kau menyesal sementara aku melihat kau sangat menikmatinya. Kau tidak nyaman bila pegawai HSP tidak ada yang mendapatkan nilai sempurna dari beberapa juri yang sudah kita undang,” ungkap Zeny menghasilkan cengiran di bibir Tania.
“Walaupun aku tidak setuju dengan cara kakak, tetapi penilaian kemarin terlalu merugikan karyawan HSP. Mereka adalah para karyawan dan bukan model professional jadi sangat tidak masuk akal bila juri memberi mereka pr yang bagiku sendiri sangat sulit dilakukan oleh karyawan kita. Mereka tidak memiliki yang diinginkan oleh juri karena mereka tidak berasal dari sekolah modelling yang ternama,” ucap Abyan membela Tania.
“Kau dengar, Zen? Ahli-nya saja tahu kok,” kata Tania diringi oleh suara tawanya.
Karla, yang berhasil memenangkan penjaringan bakat yang diadakan oleh HSP mulai mendulang hasil yang lebih dari impiannya.
HSP memberikan dia peluang yang lebih baik dengan menawarkan kepada agen modelling sehingga dia bisa dikontrak secara ekslusive.
Tidak ada yang tahu kalau Abyan adalah lelaki yang paling berpengaruh pada perkembangan kariernya karena mereka tidak ada yang mengungkapkan hubungan mereka ke media.
Alasan yang diberikan oleh Karla karena dia baru mulai dan tidak ingin media tahu dan menghentikan perjalanan kariernya bila tahu kalau dia sudah mempunyai kekasih yang pegawai hotel. Karla, seperti yang di duga Zeny maupun Tania adalah wanita yang memiliki watak yang kurang baik.
Sedangkan Abyan, dia tidak akan mengungkapkan hubungannya dengan Karla karena dia sendiri masih menilai Karla apakah wanita itu pantas untuk diperjuangkan atau tidak.
Cukup lama hubungan Karla dan Abyan hingga sebuah media mengungkap kedekatan mereka tepat 2 tahun hubungan mereka.
Bantahan sudah diberikan oleh Karla kalau Abyan adalah pemuja dirinya sejak mereka masih bekerja di tempat yang sama. Karla melupakan kerja keras dan bantuan yang sudah diberikan oleh Abyan setelah kariernya berada di puncak.
Siang itu, Karla meminta Abyan bertemu dengannya di salah satu café yang lebih banyak dikunjungi oleh pelajar SMA karena letaknya yang tidak berapa jauh dari sekolah SMA.
Tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Karla dengan menyuruhnya datang lebih cepat sementara dia sendiri belum datang hingga wajah Abyan mulai kesal dan jengkel. Baginya hari ini adalah penilaian seorang Abyan terhadap Karla berada di titik paling rendah.
“Permisi, Om. Maaf, kakinya bisa ditekuk, soalnya menghalangi jalan,” sebuah teguran terdengar dari arah belakang Abyan hingga wajahnya semakin terdengar jengkel.
“Usiaku memang sudah tidak muda lagi, tapi apa harus mendengar panggilan Om,” grutu Abyan jengkel.
Wajahnya semakin terlihat sebal pada saat dia melihat siapa yang sudah menyapanya dengan sebutan Om.
Kernyitan terlihat jelas di wajahnya karena dia seperti mengingat wajah gadis yang sudah menyapanya dengan sebutan ‘Om’ sementara gadis yang menyapanya hanya tersenyum lebar. Seperti mengingat momen yang pernah membuatnya berada pada situasi yang sama.
“Eh, ini…si Om yang dulu, ya?” katanya dengan mata terbelalak kaget.
“Silahkan lewat, kau sudah bisa lewat, kan?” sahut Abyan kembali dengan kegiatannya melihat layar ponselnya.
“Ya, elah, susah amat bilang iya atau bukan. Aku juga gak bakalan maksa,” sahut Emma sewot.
Dengan bibir yang bergerak-gerak mengucapkan beberapa kata yang sengaja biar di dengar Abyan, Emma melewatinya dan sengaja duduk di kursi yang tepat berada di belakang Abyan.
“Segitunya. Aku juga gak perlu banget kali kenal sama om-om walaupun situ Om ganteng,” cetus Emma.
Abyan seolah menulikan telinganya karena tidak berapa lama, temannya Emma datang dan mereka bicara begitu berisik yang semuanya mengarah padanya.
“Emma, aku lihat kamu seperti punya dendam kesumat sama si Om ganteng, ya. Emang punya story apaan?” tanya Baina ingin tahu.
Dia tidak sempat memperhatikan wajah Abyan karena dia duduk membelakangi Abyan dan dia juga mulai pegal karena terus berusaha melihat wajahnya yang coba di sembunyikan oleh Abyan.
“Story pesawat terbang,” jawab Emma ketus.
Namun hanya sesaat karena dia langsung tertawa geli.
“Story pesawat terbang? Maksudmu dia pilot atau salah satu penumpang pesawat? Cerita dong, kamu kok gak pernah cerita, sih?” tuntut Baina tidak sabar.
“Cerita apaan, orang aku-nya tidur. Jadi gak ada story seperti yang ada di dalam pikiranmu.”
“Serius? Aku kenal kamu dan aku tidak percaya kalau kamu bilang gak ada story sementara kamu tertawa geli seperti itu,” kata Baina tidak percaya.
“Ya, geli aja karena aku ingat bagaimana dia gak suka aku panggil Om,” jawab Emma sengaja dengan suara yang agak keras.
Senyum Emma semakin lebar karena dia melihat kepala Abyan yang sedikit miring. Penasaran, Emma bangun dari duduknya bermaksud berjalan melewati Abyan tetapi matanya melirik Abyan ingin tahu.
Kali ini tidak ada pemberitahuan yang diucapkan oleh Emma karena dia sendiri tidak sempat mengucapkannya.
Mata kaki Emma tidak merespon kalau di depannya terhalang kaki Abyan yang terjulur keluar. Emma tahu kalau tempat duduknya telah membuat dia tidak nyaman sehingga memilih menjulurkan kakinya.
Sayangnya, Emma mengalami nasib sial karena matanya melirik Abyan pada saat yang kurang tepat.
Seandainya saja Abyan tidak memiliki gerak reflex yang cepat, tubuh Emma mungkin sudah tersungkur di lantai, beruntung Abyan menangkap pinggangnya dengan bangun dari duduknya.
Punggung Emma melekat dengan erat ke daeda Abyan dan nafasnya tersengal dengan detak jantung yang lebih cepat.
Posisi mereka sekarang sangat memalukan setidaknya menurut ukuran Emma.
Kedua kaki Abyan terbuka lebar sementara tangannya berada di pinggang Emma dengan erat dan Emma dapat merasakan hangat nafas Abyan di lehernya.
“Eh, lepasin. Aku bisa berdiri, kok,” kata Emma mencoba melepaskan dirinya dari pegangan Abyan.
“Makanya kalau jalan itu matanya ke depan bukannya kemana-mana,” tegur Abyan melepaskan tangannya dari pinggang Emma.
Dengan gerakan cepat Emma berbalik melupakan kulit wajahnya yang masih memerah.
“Hallooo, semua itu bukan kesalahanku dan aku tidak akan tersungkur kalau kaki Om dikondisikan. Enak banget lempar kesalahan sama orang,” kata Emma jengkel.
Apa yang dirasakan oleh Emma sama sekali tidak menarik Abyan karena dia melihat Karla berjalan masuk dengan keanggunan seorang model.
“Apa yang dia lakukan, kenapa gayanya seperti itu. Apa dia sengaja agar semua orang memperhatikannya. Aku tidak percaya ternyata Karla tidak semenarik yang aku pikirkan sebelumnya,” pikir Abyan di dalam hati.
Emma tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Abyan, tetapi dia berbalik kembali dan melihat yang menjadi pusat perhatian Abyan.
“Ternyata sama saja, lelaki sukanya sama yang semok dan bahenol,” ucap Emma membatalkan niatnya menuju wastafel.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Baina dengan seringai jahat.
“Baik. Kamu gak lihat aku tadi dipermalukan sama si Om?” jawab Emma ketus yang mendapat reaksi dengan Abyan yang menoleh padanya.
“Apa? Emang benar, kan?” tantang Emma berani.
Abyan hanya menggelengkan kepalanya sebelum dia kembali melihat Karla yang sudah semakin mendekati tempat duduknya.
“Emma, bukankah dia perempuan yang ada di HSP? Maksudku perempuan yang mandang kamu seperti musuh,” bisik Baina.
“Maksudmu?”
“Itu! Yang ikut lomba model itu. Sebelumnya dia sangat ketus sama kamu, tapi begitu dia tahu kamu tidak ikut, dia langsung bersikap ramah sama kamu,” beritahu Baina mencoba mengingatkan Emma.
“Oh, berarti bukan manusia penting, kan?” tanya Emma kembali membuat Baina harus menahan sabar karena Emma selalu tidak peduli pada apa pun yang membuat mereka pernah berada di situasi yang tidak menyenangkan.