Pagi ini aku bangun agak lambat, rasanya mataku berat dan kebasan. Puas sekali menangis hingga dadaku yang tadinya sesak, kini menjadi longgar dan aku merasa lebih tenang sekarang. "Eeeemh ... ." Aku merenggangkan seluruh tubuhku hingga dari punggung terdengar suara tulang-tulang yang berteriak seru. Perlahan, aku membuka kedua mata yang berat. Sambil menatap ke arah suamiku, aku menegakkan sebagian tubuhku. Sayangnya Anjar sudah tidak ada lagi di atas tempat tidur saat ini. Heeemh hanya ada sepucuk kertas putih yang ditindih dengan setangkai bunga mawar merah tanpa duri dan sudah dibungkus dengan plastik bening yang cantik. "Dari mana Anjar mendapatkannya?" ucapku dengan suara samar-samar, sambil mencium bunga mawar merah yang merekah dan tampak indah serta wangi. Aku membuka surat dar