Aku melihat Mama terbaring lemas di atas tempat tidur. Sepertinya beliau baru saja mendapat pukulan keras sehingga membuat sakit yang sudah lama ia derita dan lupakan, kambuh dan kembali menyakiti dirinya. Papa berbaring di samping kiri Mama, Anjar duduk di samping kanan Mama. "Ada apa? Bukannya tadi baik-baik saja?" tanya Papa sambil menatap Mama dan Anjar secara bergantian. Anjar menggeleng-gelengkan kepalanya berulang kali. Sedangkan Mama, arah pandang mata Mamat lurus ke atas langit-langit kamar seakan menelisik jauh entah kemana. "Ambil lagi obat Mama di dalam lemari, tablet berwarna biru!" "Iya, Pa," sahut Anjar. Saat Anjar hendak beranjak dari tempat tidur, Mama menahan tangan kanan Anjar dan mengatakan, "Tidak perlu. Mama hanya perlu sendiri saat ini," kata Mama dengan su