Seperti yang sudah disampaikan oleh Keanu sebelumnya tetapi dilupakan oleh Hanna. Pria itu datang menghampiri Hanna yang tengah menikmati makan siang bersama dengan anggota klub yang lain.
“Selamat siang, apa aku boleh duduk bersama dengan kalian?” tanya Keanu dengan mata tertuju pada Hanna.
“Kalau masih ada tempat duduk, tentu saja boleh. Tapi seperti yang Anda lihat, di sini sudah penuh,” jawab Agnes heran.
Bagaimana bisa pria itu meminta bergabung bersama mereka sedangkan dia tahu tidak ada kursi kosong di meja mereka. Agnes memperhatikan pria itu dengan kening berkerut. Ia dapat melihat langsung karena posisi duduknya yang berhadapan langsung dengan Keanu. Pria itu menatap dan memperhatikan Hanna dan tidak yang lainnya.
“Maaf. Aku tadi berpikir kalau di antara kalian ada yang berjanji makan siang bersama denganku,” jawab Keanu tanpa melepaskan pandanganya pada Hanna.
“Dek, kamu sudah janji makan siang bersamanya?” tanya Melia berbisik pada Hanna.
“Maaf Ken. Aku lupa kalau tadi sudah berjanji padamu. Lalu bagaimana enaknya?” tanya Hanna menghentikan makan siangnya.
“Ken. Siapa Ken?” tanya Keanu heran.
“Tentu saja kamu. Bukankah nama kamu Keanu? Jadi aku cari yang termudah saja. Kau tidak marah, kan?” Sahut Hanna membuat mata Keanu melotot sementara yang lainnya menahan tawa karena ucapan Hanna yang tanpa dosa.
“Terserah kau saja. Jadi aku ada kursi kosong yang bisa kau tempati, kecuali kau mengingkari janji yang sudah kau buat,” jawab Keanu sambil mengedikkan bahunya.
“Pergilah, kau sudah berjanji jadi harus ditepati,” kata Agnes mengedipkan matanya pada Hanna. Melia
“Sana pergi dan penuhi janji kamu,” goda Melia tertawa.
Dengan wajah cemberut, Hanna bangun dari duduknya dan membawa baki makannya mengikuti Keanu menuju salah satu meja yang berada di sudut.
“Aku minta maaf kalau sudah berjanji padamu,” ucap Hanna sambil mengunyah makanan setelah ia duduk di kursi di depan Hanna.
“Terlalu gembira hingga lupa dengan janjimu?” tanya Keanu dengan matanya yang tersenyum.
“Tentu saja aku gembira dan aku benar-benar minta maaf sudah lupa dengan janjiku,” jawab Hanna tertawa.
Mereka menikmati makan siang bersama di cafe yang berada digedung tempat kejuaraan berlangsung.
“Selamat. Kalian sudah sukses memberikan yang terbaik untuk klub dan negaramu,” kata Keanu tulus dengan memberikan selamat pada Hanna.
Hanna kembali tertawa karena ia juga tidak menduga bahwa mereka bisa mendapatkan selot yang bisa membuat mereka bisa maju ke babak berikutnya.
Keanu tidak mengerti mengapa ia tertarik pada Hanna yang menurutnya memiliki ketenangan luas biasa.
“Bagaimana dengan tim kamu?” tanya Hanna setelah mereka sibuk dengan isi piringnya.
“Sama sepertimu. Kami masih berlanjut.”
“Selamat.”
Makan siang antara Keanu dan Hanna adalah makan siang pertama dan terakhir bagi mereka karena kegiatan mereka yang sangat padat di susul dengan kegagalan Hanna untuk melanjutkan perjuangannya hingga ia harus pulang lebih cepat.
Hubungan Hanna dan Keanu lebih mirip dengan pertemanan yang didasarkan oleh rasa kagum Keanu pada Hanna. Mereka berpisah tanpa ada kesan yang mendalam karena klub Keanu terus melaju kebabak selanjutnya begitu juga dengan klub yang diikuti oleh Hanna, hanya saja Hanna pulang lebih cepat karena gagal mendapatkan point yang cukup.
Sedih dan marah sudah pasti dirasakan oleh Hanna. Wajahnya begitu muram dan matanya memerah karena menangis. Gagal di kejuaraan Internasional yang dia ikuti membuat penyesalannya begitu dalam.
“Adek, kenapa nangis? Adek sudah hebat karena berhasil sampai kebabak ini,” kata Agnes memberi semangat.
“Tapi Hanna tidak bisa menunjukkan kalau Hanna bisa berhasil dn memberikan yang terbaik,” kata Hanna dengan sambil terisak-isak.
Agnes tersenyum. Ia tahu dan cukup mengenal siapa Hanna. Seorang gadis remaja yang bulan depan baru berusia 17 tahun. Agnes sangat mengagumi Hanna sebagai remaja yang pintar dan berbakat. Pada usia dini ia memiliki prestasi yang sangat gemilang.
Sebagai gadis yang berasal dari keluarga mampu dengan orang tua berpangkat perwira tinggi di kesatuan militer tidak menjadikan Hanna sebagai remaja yang sombong dan manja, tetapi gadis itu terlihat sangat mandiri. Dan kini Agnes baru mengetahui dibalik sikap mandirinya, Hanna tetaplah gadis remaja yang manja, yang marah dan kesal karena gagal dalam kejuaraan.
“Adek, hari ini adek gagal, tetapi adek masih bisa melakukannya di tahun-tahun mendatang. Adek lupa kalau saat ini, nilai yang adek kumpulkan sudah membuat kami semua bangga. Adek adalah pemula tapi adek mampu mengalahkan yang lainnya yang sudah sering mengikuti kejuaraan ini.”
Hanna memandang Agnes dari bulu matanya yang basah. Dengan masih terisak ia mencoba berbicara walaupun ia harus membersihkan hidungnya berkali-kali.
“Jadi Hanna tidak akan disalahkan karena gagal?”
“Tentu saja tidak. Hanna sudah membuat kami bangga. Sekarang semangat dan adek bisa kembali berjuang dua tahun lagi. Saat itu buktikan kalau adek bisa menampilkan yang terbaik demi Negara.”
Hanna segera memeluk Agnes, Melia dan Rysa, ketiga seniornya yang selalu mendukung dan memberinya semangat.
“Permisi…acara menangisnya sudah selesai belum?” sapa Angga dari belakang punggung Hanna membuat yang mendengarnya terkekeh sementara Hanna berwajah cemberut.
“Heh, kenapa nangis? Sejak kapan adik kakak cengeng begini?” goda Angga membuat Hanna memukul kakaknya sebelum menyembunyikan wajahnya di dalam pelukan Angga.
“Dek, awas kalau baju kakak kotor dengan air mata kamu dan l3nd1r dari hidung kamu ya,” ancam Angga membuat Hanna semakin kesal.
“Kami pergi dulu ya,” kata Angga pada yang lainnya masih sambil memeluk Hanna.
Hanna menghentikan langkahnya sebelum keluar dari tempat peserta dan menatap Angga dengan pandangan bertanya, “Mom dan daddy marah tidak Kak?”
“Marah kenapa?” tanya Angga dengan mata yang tidak lepas menatap wajah adiknya yang masih memerah.
“Karena Hanna gagal mempersembahkan yang terbaik padahal Hanna sudah meninggalkan sekolah,” jawabnya menunduk.
“Mereka bangga karena Hanna sudah maju ke kejuaraan tingkat Internasional. Kejuaraan ini adalah yang terbaik untuk Hanna. Gagal, semua orang pasti tidak menginginkannya, tetapi Hanna pasti bisa melakukan yang lebih baik di tahun-tahun mendatang.”
“Jadi mom dan dad tidak akan marah?”
“Tidak sayang…siapa yang akan marah sama anak secantik ini?” terdengar suara berat dari samping mereka.
Hanna segera berbalik dan melihat ayahnya datang bersama dengan ibunya masih dengan memakai baju kerja mereka.
Melepaskan kerinduan sekaligus penyesalannya, Hanna berlari memeluk Ardian dengan erat sebelum beralih ke pelukan Narasita.
“Mom tidak marah karena Hanna gagal, kan?” tanya Hanna memastikan kembali masih dalam pelukan Nara.
“Mom akan marah kalau Hanna terus-terusan cengeng dan menyesali kegagalan. Hanna harus kembali berlatih lebih giat, tetapi jangan melupakan jadwal belajar Hanna. Ingat saat ini Hanna sudah harus mempersiapkan ujian. Hanna tidak mau gagal di bidang yang lainnya bukan?”
Hanna menggelengkan kepalanya. Hari ini ia sudah cukup menangis karena gagal di kejuaran Internasional yang baru pertama ia ikuti, tetapi ia berjanji selanjutnya ia akan menjadi yang terbaik dan memberikan medali emas untuk klub dan juga untuk negaranya.
“Hanna akan membuktikan kalau Hanna bisa mendapatkan nilai yang baik di bidang akademis maupun bidang yang lainnya,” jawab Hanna yakin.
“Bagus. Seperti itulah anak Mom tidak boleh cengeng dan terus menikmati hidup dengan penuh tawa dan ceria.”
“Hem. Hanna pasti bisa.”