Hanna sudah kembali ke asrama dan ia kini sedang menghubungi orang tuanya. Kegiatan yang rutin ia lakukan setiap minggu berbicara dan melakukan video call untuk melepas kangen dan rindu pada keluarganya.
Hanna sengaja tidak mengatakan pada orang tuanya bahwa dia melamar kerja sebagai pengasuh paruh waktu. Hanna tidak ingin memberatkan orang tuanya. Baginya semua yang dia lakukan di London adalah pilihannya sendiri.
Sementara di rumah keluarga Whittaker, Rossie sedang memberikan penjelasan pada Ken mengenai mahasiswa yang akan bekerja menjadi pengasuh Bella.
“Berapa usianya? Apakah dia bisa bertanggung jawab dengan kepercayaan yang sudah kita berikan?”
“Usianya bukan usia remaja yang kadang masih labil. Dia adalah mahasiswa pasca sarjana dan dari jawaban setiap pertanyaan yang mom berikan, dia bisa diandalkan,”
“Mom tadi bilang namanya Hanna, bukankah tadi pagi Mom bilang namanya Ana?” suara Ken mulai terdengar curiga.
“Benar. Darla ternyata salah dengar. Namanya memang Hanna dan dia mahasiswa Lassie Universiti.”
“Apakah dia Warga Negara Indonesia? Dengan tinggi melebihi Diana dan memiliki rambut hitam yang selalu di ikat ke belakang?”
Rossie terkejut mendengar pertanyaan Ken. Bagaimana putranya tahu dan bisa menyebutkan cirri-ciri Hanna. Apakah mereka memiliki hubungan khusus atau hubungan mereka sudah berakhir dan Hanna berusaha mencari jalan untuk menuju hati Ken kembali.
“Mom? Apakah cirri-ciri yang baru saja aku sebutkan ada pada wanita yang bernama Hanna itu?”
“Kau benar Ken. Semua cirri-ciri yang kau sebutkan ada pada Hanna. Tapi bagaimana kau mengetahuinya?” tanya Rossie khawatir.
Rossie khawatir kalau dia telah melakukan kesalahan. Bukankah Lenna juga berasal dari Indonesia, apakah Hanna adalah temannya Lenna?
Di tempat yang berbeda, Ken berusaha keras mengendalikan dirinya. Ia tidak percaya Hanna melakukan hal licik seperti itu. Dalam pikirannya, Ken mengira Hanna mencoba menyelidiki bagaimana cara keluarganya merawat Bella. Tapi dia juga tidak bisa membiarkan ibunya mengetahui siapa Hanna selama dia tidak berada di rumah. Ken khawatir ibunya akan bertindak sesuatu yang merugikan bila mengetahui siapa Hanna yang sebenarnya, bukan saja merugikan Hanna tetapi juga merugikan mereka.
“Ken…bagaimana kau mengenal Hanna?”
“Aku mengenal Hanna karena dia adalah temannya Diana,” jawab Ken pada akhirnya.
“Jadi Hanna dan Diana saling mengenal?”
“Benar. Tapi aku minta mom tidak mengatakannya pada Hanna. Aku khawatir dia menjadi tidak enak dan malu kalau kita mengetahui siapa dia. Apalagi kalau sampai Diana tahu,” jawab Ken mencegah ibunya mengatakan pada Hanna siapa keluarga tempat dia bekerja.
“Baiklah, Mom janji tidak akan mengatakan apa pun pada Hanna. Mengetahui kalau kalian saling mengenal membuat mom tenang karena yakin Hanna dapat menjaga Bella. Lalu kapan kau akan pulang.”
“Mom, aku belum sehari pergi tetapi sudah ditanya kapan pulang. Apa tidak membuatku merasa bersala?”
“Baiklah Mom minta maaf kalau sudah membuatmu tidak nyaman. Selamat bekerja dan jangan lupa untuk istirahat,” pesan Rossie sebelum menutup teleponnya.
Ken menghembuskan napasnya perlahan. Ia tidak mengerti mengapa harus mendengar dan mengetahui bahwa Hanna bekerja di rumahnya. Seorang Hanna harus mengambil kerja paruh waktu sangat tidak mungkin kalau dengan alasan keuangan.
Keluarga Ardian Wangsa adalah keluarga berkecukupan dan ia juga yakin keuangan Hanna sendiri sangat memadai, bahkan kalau dia menyewa apartement sendirian. Hanya satu alasan yang membuat Hanna melakukannya, yaitu Hanna ingin tahu celah yang bisa dia gunakan saat waktunya tiba.
“Aku tidak bisa membiarkan Hanna tinggal di rumahku lebih lama dan mengambil Bella dariku,” ucap Ken dalam hati.
Tanpa diketahui oleh Hanna, Ken telah salah paham terhadap dirinya. Selama ini Hanna tidak pernah mencari tahu kedudukan teman-temannya di lingkungan social masyarakan kota London. Bagi Hanna siapa pun mereka, mereka adalah teman yang telah mengulurkan pertemanan padanya begitu juga sebaliknya.
Sudah sebulan lamanya Hanna bekerja di rumah keluarga Whittaker dan dia hanya mengetahui bahwa tempat dia bekerja adalah rumah keluarga Antoilter. Hanna sangat puas dan gembira karena balita yang dia jaga adalah seorang anak perempuan yang sangat pintar,
Sebenarnya seminggu setelah Hanna bekerja menjaga Bella, Ken bermaksud menemuinya dan memintanya pergi, tetapi ia mengurungkan niatnya dengan alasan yang membuatnya tidak mampu berpikir.
Di usianya yang belum 2 tahun sudah banyak kemajuan yang diperoleh Bella. Hanna berusaha memberikan yang terbaik untuk Bella. Rossie dan Darla yang melihatnya sangat gembira dan Hanna adalah yang pertama bisa bekerja di rumah mereka lebih dari seminggu.
Rossie berpikir apa karena Hanna adalah wanita yang sudah cukup dewasa hingga dia tidak terlalu menyukai pergaulan bebas di luar sana atau karena Hanna tidak tahu dan tidak peduli pada siapa dia bekerja.
Hari itu Hanna adalah akhir pekan yang membuat Hanna terpaksa menginap di rumah keluara Antoilter. Rossie meminta Hanna menginap untuk menjaga Bella karena Rossie akan berkunjung ke rumah kerabat untuk menghadiri pernikahan anak mereka.
Seharusnya Rossie pergi bersama dengan Ken, tetapi Ken mengabarkan bahwa dirinya tidak bisa pulang dan akan datang pada hari pemberkatan.
Hanna memandangi wajah polos Bella. Seharian ini mereka bermain dan berenang hingga balita itu kelelahan dan tidur lebih cepat. Sambil menyalakan lampu kamar, Hanna mengambil bukunya dan mulai membaca jurnal yang sudah dia buat. Hanna terlalu serius hingga tidak menyadari bahwa dirinya diamati oleh seseorang, seseorang yang sudah sangat dia kenal tetapi pria itu mulai membenci dan menaruh prasangka yang merugikan dirinya.
Ken berangkat tidur dengan dugaan dan juga kecurigaan yang begitu besar karena Hanna datang ke London untuk mendapatkan gelar master tanpa mengatakan dan mengabarkan pada teman-temannya. Seolah-olah Hanna menyembunyikan dirinya. Bermain dalam gelap pada medan yang sudah dia kuasai.
Hanna yang sudah cukup lama membaca mulai merasakan penat dan ia memasukkan kembali bukunya lalu melihat Bella yang tertidur pulas.
Hanna memandang sekeliling dan tidak melihat pakaian yang bisa dia pakai sebagai baju tidur.
“Seharusnya aku pulang dulu untuk mengambil pakaian bukannya seperti ini. Bagaimana bisa aku tidur memakai baju yang sama sampai pulang besok,” katanya mengeluh.
Ia memandang lemari pakaian dalam pikirannya ia ingin membuka dan melihat apakah ada pakaian yang bisa dia pakai, tetapi dia adalah seorang mahasiswa hukum dan tidak mungkin ia mengambil sesuatu yang bukan miliknya apalagi tanpa sepengetahuan yang punya.
Akhirnya ia mengeluarkan ponsel dan mencoba menghubungi Darla. Dia tahu waktunya sudah sangat malam, tetapi dia tidak mungkin bisa tidur tanpa mengenakan pakaian.
Baru pada deringan ke 3 panggilan telepon itu dijawab oleh Darla dengan suara mengantuk.
“Ya Hanna ada apa?”
“Maaf, apakah aku bisa pinjam pakaian tidur atau piyama? Aku tidak membawa pakaian yang bisa aku pakai untuk tidur,” jawab Hanna.
“Sudah larut kenapa kau belum juga tidur? Kau bisa pakai salah satu kaos yang ada di lemari. Itu adalah pakaian yang sudah tidak terpakai. Kau bisa pilih salah satunya.”
“Baiklah, tapi kau bisa membantuku dengan menulis pesan yang baru kau sampaikan, bukan?”
“Ya aku akan mengirim pesan padamu,” jawab Darla setelah ia sempat memikirkan alasan mengapa Hanna menyuruhnya menulis pesan.
Hanna sebagai seorang mahasiswa jurusan hukum sangat memahami apa hukumnya bila ia mengambil atau memakai barang milik orang lain tanpa adanya bukti kalau dia sudah mendapatkan ijin tersebut.