"Saya ingin berbicara dengan kamu, Azha. Bisa kita keluar dulu sebentar?" tanya Faris. Sempat berpikir ingin menolak, namun akhirnya Azha mengangguk setuju dan mengikuti Faris keluar dari kamar inap ini. Menyisakan Kinan dan Dinda yang tetap berbicara asik tanpa terganggu. Begitu dua laki-laki ini keluar, mereka berdiri berhadapan dengan keadaan yang jelas makin canggung. "Saya ingin bertanya akan sesuatu. Maaf jika ini membuat kamu tidak naman nantinya.” Faris menarik napas dan menghelanya pelan sebelum berkata, “kamu sedang bertengkar dengan Dinda?" tanya Faris kemudian, pada hal yang ingin ia ketahui sejak tadi. Seketika Azha menatap pada ayah Dinda ini. Otaknya mendadak bingun akan apa yang harus dikatakannya saat ini. Sebab tidak mungkin ‘kan kalau Azha membenarkan dirinya memangs