5. Mencari Mama Baru

1001 Words
KEHILANGAN ... memang bukanlah hal yang menyenangkan.  Tetapi, kita diharuskan untuk belajar merelakan tanpa harus menyalahkan keadaan. . -ADL CORETANHARIANKU- . "Jadi... hari ini adalah hari peringatan kematian ayahnya kak Azha?" tanya Dinda pada Kevin yang duduk di depannya di kantin sekolah. Mendadak dia merasa bersalah pada Azha karena tadi meminta ingin ikut. Kevin mengangguk sambil menyeruput jus jeruk yang ada di depannya. "Emangnya Azha nggak pernah cerita sama lo?" tanya Kevin balik. Dinda menggeleng dengan wajahnya yang menjadi mendung. "Nggak lah... kak Azha nggak pernah cerita sama gue... Lo ‘kan tahu kalau gue sama kak Azha cuma akrab ya kalo di sekolah. Gue mana tahu kehidupan pribadi dia. Apalagi soal ayahnya," jawab Dinda. Kevin mengangguk mengerti penjelasan adik kelasnya ini. Tidak ada obrolan apapun selama beberapa saat, sampai akhrinya Dinda memutuskan memberitahu Kevin akan satu hal yang tidak banyak orang ketahui juga. "Kalo besok peringatan hari kematian mama gue," celetuk Dinda, dia kemudian menoleh pada Kevin untuk melihat reaksi cowok ini. Reaksi Kevin tentu saja terkejut, seperti apa yang Dinda bayangkan. "Eh, yang bener lo?” tanya Kevin tidak percaya. Dia sampai membulatkan matanya. Bibir Dinda berdecak kuat karena pertanyaan Kevin. "Iya... ya masa gue bohong." "Sorry.... tapi... Kalau boleh tahu kenapa mama lo meninggal?" tanya Kevin lagi. Tapi kemudian dia menyadari pertanyaannya terlalu menyinggung privasi. “Maaf, Din. Lo nggak perlu jawab pertanyaan gue barusan,” ralatnya cepat. Namun Dinda untungnya tersenyum seolah pertanyaan Kevin tidak masalah untuknnya. "Nggak papa, Kak. Gue justru seneng karena ada seseorang lagi yang tahu soal mama gue. Dan mama gue meninggal karena serangan jantung, kak,” jawab Dinda dengan santai walau terlihat sorot matanya yang menjadi sayu. "Soory ya, Din.... gue jadi ngingetin lo,” kata Kevin, masih merasa tidak enak. "Santai aja, Kak," ucap Dinda. Kevin mengangguk dan menepuk bahu sahabatnya itu. “Gue justru lagi berburu mama baru,” kata Dinda menambahkan, membuat Kevin tersedak jus jeruk yang sedang diseruput olehnya. Kecin memandang Dinda dengan ngeri. Bukan karena gagasan sedang mencari mama baru, tapi karena emosi Dinda yang berubah secepat kilat. “Oh, em, okee...,” timpal Kevin sekenanya. Sepertinya teman ceweknya ini cocok memerankan tokoh psikopat. . -Takdir Kedua | Gorjesso- . Lekukan manis tercetak di wajah cantik Dinda yang tengah mendapati papanya sedang melamun di kursi kerjanya. Papanya ini khusyuk memandangi sebuah pigura yang tergeletak menghiasi meja ayahnya sejak 4 tahun yang lalu. Diam-diam, dengan langkan pelan Dinda berjalan mendekat pada papanya itu. "Papa!" panggil Dinda yang sekaligus berhasil menyadarkan Faris dari lamunannya. Faris sempat terkesiap di kursinya, tapi segera dia menyunggingkan senyum dan segera menarik Dinda untuk duduk di pangkuannya. Hal yang sering dia lakukan untuk membuat putrinya ini nyaman. Apalagi setelah istrinya meninggalkan mereka berdua. "Putri papa udah besar ternyata,” kata Faris sambil memandangi wajah putrinya dengan rasa sayang. Dinda mencebik dengan bibirnya sebagai protes. "Umurku udah 15 tahun, Papa...,” tukasnya. Papanya hanya terkekeh mendengar itu, lalu mengelus rambut coklat Dinda. Lalu suasana di ruang kerja Faris menjadi sunyi. Hanya ada suara jam yang berjalan mengingatkan mereka bahwa waktu terus berjalan. Waktu yang ternyata sudah lama mendampingi mereka berdua menghadapi dunia tanpa kehadiran sosok wanita yang disebut “Istri sekaligus Mama”. Bukan sebentar mereka bertahan dalam waktu yang berat ini. Tidak pernah ada yang dilupakan karena kenangan akan tetap di dalam hati. Namun hidup harus tetap berjalan meski begitu banyak kesusahan datang bersama kesedihan. "Papa merindukan mama?" tanya Dinda yang memecah keheningan. Dinda menatap pada mata indah papanya. Dari mata itu saja dirinya sudah banyak jawaban yang tersirat. Papanya pasti sedang merasakan rindu yang amat hebat, sama seperti dirinya. Dinda dapat mengerti akan hal itu. "Kamu juga ‘kan, Sayang?" tanya Faris balik seraya tangannya yang menyisiri rambut putri satu-satunya itu. Dinda mengangguki dengan tegas pertanyaan paanya. "Ini udah 4 tahun, Pa. Aku tahu Papa pasti sangat merindukan Mama. Dia wanita yang luar biasa. Suatu saat nanti... aku pengen jadi kayak Mama juga," ujar Dinda dengan impiannya yang begitu tulus didengar oleh Faris. Faris hanya tersenyum tipis. Mengiyakan apa yang menjadi impian putrinya itu. Harta yang paling berharga dan satu-satunya ia miliki di dunia ini. Harta yang ditinggalkan oleh wanita yang paling dia cintai juga di dunia ini. "Papa, menyayangimu, Sayang," gumam Faris dengan suara yang hampir tercekat oleh emosi yang melingkupi dadanya saat ini.  Dia berusaha untuk tidak menangis di hadapan putrinya. Karena dia tahu Dinda pasti juga sama sedihnya, mereka sama-sama kehilangan dan tidak pernah siap untuk itu. Tapi ternyata setelah 4 tahun berlalu, mereka bisa bergandengan tangan untuk bisa menghibur kesedihan yang dirasakan oleh masing-masing. "Aku juga, Pa... bersama kita akan tetap menjalani hidup ini," timpal Dinda dengan senyum yang tidak tanggal dari wajahnya. Faris mengangguk mengiayakan. Benar apa yang dikatakan putirnya, ia harus tetap melanjutkan hidupnya ini. Yang terpenting... selama ada Dinda di sampingnya, semuanya akan terasa mudah bagi Faris. Walaupun rasa rindu masih mengiris-iris hatinya, memaksanya untuk kembali tenggelam dalam kerinduan yang terlalu membuncah itu. Sebenarnya, di dalam hati Dinda, ada sesuatu yang terus mengganjal di hatinya selama ini. Sudah 4 tahun ayahnya menyandang status seorang ayah tunggal. Namun, itu juga karena permintaannya yang tak ingin punya mama baru. Tapi 3 hari yang lalu, sejak bertemu dengan seorang dokter cantik bernama Kinan, semuanya berubah. Dinda ingin dokter itu menjadi ibunya. Entah kenapa, ia pun tak tahu. Dalam hatinya telah meyakinkan dirinya tentang ini. Namun... ia juga tak bisa sembarangan memaksa keinginannya kali ini. Karena papanya, Dinda tak mungkin bisa memaksa Faris tiba-tiba untuk menikahi Dokter itu. Tapi mungkin dengan cara yang lainnya ia bisa membuat semua keinginannya tercapai. Dia juga ingin membuat Papanya ini bahagia dengan memiliki seseorang yang mampu memberikan kasih sayang dan merawat Papanya. Dinda butuh menemukan seorang wanita yang bisa mengembalikan lagi sinar bahagia di wajah Papanya. Karena rasanya dia mulai lupa kapan dia melihat itu terjadi. Dia benar-benar akan memulai mencari mama baru. Tapi dia akan memulai dari Dokter Kinan. Batin Dinda, yang entah kenapa membuat moodnya menjadi lebih baik karena memikirkan soal ini. . /// Takdir Kedua | Gorjesso /// .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD