Faris berjalan tergesa memasuki sebuah restoran yang letaknya dekat dengan perusahaannya. Ia sedang berlari untuk memenuhi janji seseorang untuk bertemu. Javas, orangnya. Dan Faris tidak tahu apa yang hendak pria itu sampaikan nanti. Karena Javas bilang adalah suatu hal yang penting yang harus Faris dengan sendiri secara empat mata. Sampai di resrotan tersebut, matanya menyisir seluruh sudut ruangan dan menemukan orang yang dicarinya duduk di sudut ruangan dan sedang memandangi jalanan kota Jakarta yang terlihat dari jendela kaca. "Maaf saya terlambat," ucap Faris datar. Menyembunyikan nafasnya yang masih terengah karena tergesa-gesa. Pria bernama Javas itu hanya tersenyum separo dan tampak memandang tak suka pada Faris, tapi Faris hanya menaikan alisnya seolah tak peduli dan ikut duduk