bc

Menjadi Istri Pak Dosen

book_age18+
31
FOLLOW
1K
READ
family
HE
age gap
kickass heroine
sweet
bxg
professor
like
intro-logo
Blurb

Tidak lama lagi Ayana akan lulus dari SMA. Ia pun dan teman-temannya berencana untuk melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi di Yogyakarta. Namun, Pak Cahyo, Ayah Ayana tidak mengizinkan lantaran jarak yang jauh dan khawatir dengan pergaulan anak zaman sekarang.Hingga akhirnya kekhawatiran Ayah Ayana terpecahkan setelah mendengar curahan hati dari Pak Budi, teman kerja Pak Cahyo di sekolah.Pak Budi mengeluhkan Kenzo, anak laki-lakinya yang sudah berusia tiga puluh tahun , tapi tak kunjung menikah. Padahal kariernya sudah mapan menjadi dosen di dua universitas di Malang.Pak Cahyo pun berencana menikahkan Ayana dengan Kenzo. Dengan begitu ia tidak perlu khawatir lagi jika Ayana kuliah di luar kota.Maukah Ayana dinikahkan dengan Kenzo? Bagaimana kisah Ayana nanti?

chap-preview
Free preview
BAB 1
Ayana mengayuh sepeda dengan riang hati gembira menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan senyum terus tersungging di bibir mungilnya. Kecantikannya pun semakin bertambah ketika angin sepoi-sepoi berembus ke arahnya dan menerbangkan rambutnya. Ayana baru saja pulang dari warnet bersama teman-temannya untuk mendaftar kuliah secara daring. Ia sudah tidak sabar ingin segera sampai di rumah. Ia ingin meminta uang pada Ayahnya untuk membayar uang pendaftaran kuliah yang akan ia transferkan besok melalui bank. “Assalamu’alaikum, Ayah ...!” sapa Ayana senang saat melihat Pak Cahyo duduk di teras rumah sambil mengudut rokoknya. “Wa’alaikum salam. Dari mana kamu? Jam segini baru pulang!” tegur Pak Cahyo saat melihat putrinya baru pulang lantaran sudah pukul empat sore. Ayana sempat tersentak kaget mendengar teguran Ayahnya. Namun, sesaat kemudian ia tersenyum sambil memarkirkan sepedanya di halaman rumahnya. Setelah itu ia mendekat ke arah Pak Cahyo dan mencium punggung tangan sang Ayah dengan takzim. “Dari warnet, Yah .... Ayana dan teman-teman baru saja mendaftar kuliah di Jogja,” jawab Ayana sambil duduk di samping Ayahnya. “Apa? Jogja? Kenapa kamu nggak minta izin Ayah dulu, Ayana?” balas Pak Cahyo marah. Ia pun segera membuang puntung rokoknya lalu menarik tangan Ayana dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. “Kenapa, Yah? Bukannya Ayah senang kalau Ayana kuliah biar bisa jadi guru kayak Ayah?” protes Ayana seraya menatap Ayahnya. “Bukan masalah kuliahnya, Ayana. Jogja itu jauh. Ayah nggak bisa mengawasi kamu!” balas Pak Cahyo lalu duduk di kursi ruang tamu. Ia sengaja mengajak Ayana masuk ke dalam rumah agar perdebatan mereka tidak didengar tetangga sekitar rumah. Ayana mendengkus pelan mendengar penuturan Ayahnya. “Yah ..., Ayana sudah besar, Yah. Nggak perlu diawasi lagi. Toh Ayana nggak sendirian di sana. Banyak kok teman-teman Ayana yang juga kuliah di sana,” tutur Ayana meyakinkan Ayahnya. Ia masih sangat berharap agar Sang Ayah memberinya izin kuliah di Yogyakarta. “Nggak boleh pokoknya! Kalau kamu mau kuliah, lebih baik yang dekat rumah saja. Biar Ayah bisa menjenguk kamu setiap saat di kos-an!” pungkas Pak Cahyo lalu pergi meninggalkan Ayana. Ayana mendesah pelan usai mendengar pintu kamar Pak Cahyo ditutup. Ia kesal karena Ayahnya tidak memberi izin dirinya untuk kuliah di Yogyakarta. Padahal ia dan teman-temannya sudah berencana sejak lama untuk kuliah di Yogyakarta. Dengan begitu ia dan teman-temannya bisa jalan-jalan di jalan Malioboro setiap hari sepuasnya. Tidak lama kemudian pintu ruang tamu dibuka seseorang dari luar. Ayana pun menoleh dan melihat sosok Ibunya yang baru saja pulang dari arisan di rumah Bu RT. “Assalamu’alaikum ...,” ucap Bu Retno. “Wa’alaikum salam,” balas Ayana dengan wajah yang ditekuk. “Kenapa kamu cemberut gitu, Ay?” tanya Bu Retno saat melihat ekspresi wajah Ayana. Kemudian ia menutup pintu ruang tamu kembali. “Ayah nggak ngizinin Ayana kuliah di Jogja,” jawab Ayana lalu menghempaskan bokongnya di atas kursi empuk yang ada di belakangnya dengan kasar. Bu Retno pun turut duduk di samping Ayana sambil mengusap punggung Ayana dan tersenyum. “Jogja itu jauh, Ay. Ibu juga nggak bakal kasih izin kok kalau kamu mau kuliah di sana,” ucap Bu Retno dengan lembut. Ayana semakin memajukan bibirnya karena tidak ada dukungan dari kedua orang tuanya. “Ayah sama Ibu sama saja! Nggak bisa ngertiin perasaan Ayana!” Ayana mengambek lalu bangkit dari duduknya dan pergi masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Bu Retno yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sikap anak gadisnya. * Keesokan harinya Ketika jam istirahat, Pak Cahyo sedang duduk di kursinya yang ada di ruang guru. Ia mengeluarkan bekal camilan yang dibawakan istrinya. Tidak mewah, hanya pisang dan singkong goreng untuk mengganjal perut sebelum jam makan siang. Tidak berselang lama kemudian, Pak Cahyo mendengar suara Pak Budi tengah berbicara sambil berjalan masuk ke dalam ruang guru. Ketika ia menoleh, tampaklah Pak Budi tengah berbicara dengan ponsel menempel pada telinganya. “Ada apa, Pak?” tanya Pak Cahyo ketika Pak Budi usai menyudahi perbincangan di ponselnya. Kebetulan meja Pak Budi berada tepat di samping kanan meja Pak Cahyo. “Itu anak saya, Pak. Dia kan sudah umur tiga puluh tahun. Sudah jadi dosen juga, tapi nggak nikah-nikah. Nunggu apa? Saya kan sudah tua. Saya ingin dia segera menikah agar saya bisa melihat dan menimang cucu saya. Mumpung saya masih kuat dan belum sakit-sakitan. Bener toh?” papar Pak Budi menjelaskan. Pak Cahyo mendengarkan sambil manggut-manggut tanda mengerti. Kemudian ia menyodorkan bekalnya pada Pak Budi dan Pak Budi pun mengambil satu potong singkong goreng lalu segera melahap singkong goreng itu karena sudah sangat emosi dan merasa lapar usai berbicara melalui telepon dengan anaknya. “Kalau boleh tahu, anaknya jadi dosen di mana, Pak?” tanya Pak Cahyo. Tiba-tiba ia penasaran dengan anak Pak Budi. “Di Malang, Pak. Meskipun agak dekat, tapi ia juga jarang pulang. Saya dan istri agak khawatir karena dia tinggal sendiri. Kalau dia menikah ‘kan ada istri yang menemaninya. Ada yang merawat kalau sakit, ada yang masakin, ada yang peduli gitu lah maksudnya. Bener toh?” cerocos Pak Budi lalu mengambil pisang goreng yang ada di kotak bekal Pak Cahyo lagi tanpa permisi. “Iya, Pak. Betul itu,” balas Pak Cahyo setuju. “Nah makanya itu. Andai ada wanita yang mau dijodohkan sama anak saya. Pasti sudah saya nikahkan mereka,” ujar Pak Budi lagi. * Siang hari Sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Pak Cahyo terus memikirkan kata-kata Pak Budi. Tiba-tiba tercetus sebuah ide yang sangat cemerlang di pikirannya. Ia pun tidak sabar ingin segera sampai di rumah untuk bertemu Ayana. Sesampainya di rumah, Pak Cahyo melihat Ayana tengah memompa ban sepedanya di halaman rumah. “Assalamu’alaikum ...,” ucap Pak Cahyo. “Wa’alaikum salam,” balas Ayana. “Kebetulan kamu sudah pulang. Habis ini temui Ayah di ruang tengah!” ucap Pak Cahyo lalu masuk ke dalam rumah usai memarkirkan motornya. Ayana tampak berpikir. Kemudian sebuah senyum tipis terbit di bibirnya. Ia mengira Ayahnya akan mengizinkannya kuliah di Yogyakarta dan akan memberikan uang pendaftaran saat ini juga. Dengan segera ia bergegas masuk ke dalam rumah menyusul Ayahnya. “Ada apa, Yah?” tanya Ayana lembut berpura-pura tidak tahu. Padahal ia sudah tidak sabar mendengar kabar baik dari mulut Ayahnya. “Apa kamu bersungguh-sungguh ingin kuliah, Ay?” tanya Pak Cahyo dengan menatap lekat Ayana. “Tentu saja, Yah. Biar Ayana bisa jadi guru kayak Ayah. Pahlawan tanpa tanda jasa!” balas Ayana dengan antusias. “Kamu boleh kuliah, tapi tidak di Jogja. Apa kamu mau?” ucap Pak Cahyo sambil menatap wajah Ayana. Terlihat ada kesedihan di wajah itu. Namun, Pak Cahyo tetap menanti jawaban dari mulut Ayana. “Mau, Ayah. Yang penting Ayana bisa kuliah,” ucap Ayana pasrah. Ia tidak punya pilihan lain. Bagaimana pun ia harus patuh pada Ayahnya. “Oke. Kalau begitu Ayah izinkan kamu kuliah, tapi ada satu syarat!” ujar Pak Cahyo kemudian.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
18.0K
bc

Tentang Cinta Kita

read
198.6K
bc

My Secret Little Wife

read
113.5K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
216.5K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook