Sementara sahabatnya lagi sibuk pacaran, Kheanu justru sibuk mengantar pesanan kue dari rumah satu ke rumah lainnya, dari kantor satu ke kantor lainnya. Untuk mengisi waktu liburan, Kheanu memutuskan untuk membantu mamanya mengantar pesanan kue. Setiap harinya Kheanu bisa mengantar hingga ke sepuluh tempat. Jika sedang tidak mengantar pesanan, terkadang Kheanu membantu memanggang kue atau sekedar jaga kasir. Suatu hari, ada pesanan kue ulang tahun yang harus dikirim ke salah satu rumah yang rasanya tak asing baginya, tapi ia benar-benar lupa. Rumah itu berada di salah satu perumahan menengah ke atas. Di pintu masuk perumahan terdapat pos satpam yang dijaga oleh dua orang satpam. Satpam yang satu bertubuh tinggi dan kurus, sementara yang lainnya memiliki tubuh sedikit berisi dengan kulit sawo matang. Kheanu memberi tahu tujuannya, satpam yang bertubuh kurus kemudian langsung membuka palang dengan kartu akses yang dimilikinya. Kheanu kemudian mencari nomor rumah sesuai keterangan yang diberikan, karena perumahan tersebut berkonsep cluster maka tak sulit bagi Kheanu untuk menemukan rumahnya. Seluruh rumah di cluster tersebut memiliki dua lantai dengan berbagai desain. Mulai dari rumah berdesain Bohemian Style, Coastal Style, hingga desain Skandinavia.
Kheanu berhenti tepat di depan rumah Blok B nomor 30. Rumah tersebut berbeda karena hanya rumah itu yang memiliki desain kontemporer. Terdapat gerbang berwarna coklat tua dengan dinding yang didominasi oleh warna krem. Sesuai dengan konsepnya, rumah itu menampilkan kesan bersih serta bernuansa hangat dan dingin dalam waktu yang bersamaan. Kheanu menekan tombol bel yang ada di samping gerbang. Seolah sudah menunggu sejak tadi, sang pemilik rumah langsung membuka pintu gerbang. Saat melihat sosok dibalik pintu, Kheanu langsung ingat semuanya. Itu adalah rumah Jessie, ia pernah berkunjung ke rumah Jessie untuk kerjakelompok saat kelas sepuluh. Berbeda dengan Kheanu yang tidak terlalu terkejut, Jessie justru kaget bukan kepalang. Ia tidak tahu bahwa toko kue langganannya adalah milik Kheanu. Kheanu lantas memberikan kue yang sudah dibungkus kardus dan kantong plastik tersebut kepada Jessie, “Siapa yang ulang tahun, Jes?”
“Eh….nggg….” Jessie tergagap seperti maling yang tertangkap basah, “Gue….”
Kheanu melihat tanggal yang tertera di layar ponselnya, “Eh, 28 Desember ya?” Kheanu memang tahu ulang tahun Jessie, namun sejak Jessie berubah menjadi tukang bully, ia sudah tak pernah menghiraukan lagi. “Ya ampun, Jes, sorry gue lupa. Selamat ulang tahun, ya! Terus ini sekarang lo mau rayain ulang tahun sama temen-temen lo ya? Atau sama keluarga lo?” Tanya Kheanu penasaran sambil melirik ke dalam rumah Jessie, tapi saat itu rumah Jessie sangat sepi, seperti tak ada penghuninya.
Jessie tertawa renyah, namun tawanya terdengar sedikit dipaksakan, “Enggak, gue mau rayain sendiri. Lo lupa ya? Gue kan gak punya teman, orangtua gue juga sibuk kerja sampai lupa kalau hari ini adalah hari ulangtahun anaknya.” Ia tersenyum kecut.
“Lha bukannya kalau di sekolah lo punya dayang-dayang yang setia nemenin lo ya?”
“Mereka fake, Nu, semuanya palsu.” Suara Jessie bergetar, ia sedang menahan agar tak nangis di depan Kheanu.
Kheanu menyadari bahwa Jessie sedang tidak baik-baik saja, “Gue boleh ikut ngerayain ulang tahun lo gak?” tanya Kheanu.
“Nu….serius?”
Kheanu mengangguk. Jessie kemudian mempersilahkan Kheanu untuk masuk ke dalam rumahnya. Di halaman depan terdapat kolam ikan dengan berbagai jenis ikan, seperti ikan koi, ikan komet, dan ikan sapu-sapu. Kolam tersebut terbuat dari batu candi dan memiliki tiga air mancur. Di samping kanan kiri kolam terdapat berbagai tanaman yang menambah kesan asri. “Itu kolam ikan bokap gue. Dia suka banget sama ikan, malah kayaknya lebih peduli sama ikan-ikannya di banding sama gue. Tiap punya waktu untuk pulang ke rumah, yang ditengok ya ikan-ikannya, gue mah mana pernah diperhatiin.” Jessie cerita tanpa beban, seolah itu adalah hal yang biasa, atau mungkin dirinya sudah kebal membahas hal tersebut.
Halaman depan rumah Jessie sangat luas, tidak seperti halaman rumah Kheanu yang hanya cukup untuk menyimpan dua motor. Terdapat pula garasi mobil yang cukup luas. Kheanu mengikuti langkah Jessie dari belakang, sejak kedatangannya yang pertama dan terakhir dua tahun lalu, rumah Jessie sudah banyak berubah. Sementara rumah Kheanu terakhir direnovasi ketika ia kelas satu SMP, itu pun hanya memperbaiki kamar mandi yang memang sudah tak enak dipandang. Seperti yang terlihat dari luar, rumah Jessie seperti tak berpenghuni, sepi dan sunyi. “Orangtua gue sibuk kerja, kakak laki-laki gue ngekost di luar kota, ART gue lagi belanja bulanan di supermarket.” Jessie menjelaskan tanpa ditanya. Kheanu menghentikan langkahnya saat Jessie terus berjalan menuju ruang keluarga. Kheanu tampak cengengesan dan berkata, “Eh, Jes, kita di sini aja ya.”
“Yaudah, bentar ya, gue ambil minum dulu.” Jessie berjalan menuju dapur sementara Kheanu menunggu di ruang tamu, ruangan paling pertama dari pintu masuk. Kheanu lantas menyalakan ponsel, ia mengirim pesan kepada sang mama, memberi kabar bahwa ia pulang telat karena menghadiri acara ulang tahun temannya. Ada pesan masuk dari Athena, “Kheanu….” Begitu isinya. Namun baru dibaca dan belum sempat dibalas karena Jessie sudah datang. Ia terlihat kesulitan karena harus membawa dua gelas sirup serta dua toples cemilan. Kheanu langsung memasukkan ponselnya dan membantu Jessie, “Kenapa gak pakai nampan sih?” tanyanya sambil meletakkan gelas di atas meja.
“Gue gak tau nampannya disimpen di mana hehehe.”
“Sini keluarin kuenya, kita tiup lilin bareng.” Ucap Kheanu.
Jessie mengeluarkan kardus kue dari plastik dengan antusias, seolah itu adalah kali pertamanya ia mendapat kue ulang tahun. Ia membuka kardunya dengan hati-hati, tak ingin kue yang ada di dalamnya hancur. Sebenarnya Kheanu tak tahu seperti apa bentuk kue yang dipesan Jessie, ia hanya bertugas mengantar kue yang sudah dibungkus rapi menuju alamat pemesan. Ternyata Jessie memesan kue blackforest dengan topping coklat batang berbentuk bulan serta cookie mini. Terdapat tulisan “Happy Birthday Jessie” berwarna merah di bagian depan kue. Tak lupa lilin ulang tahun dengan angka 1 dan 8 yang menandakan usianya saat ini. Tahun kelahiran Jessie memang berbeda dengan teman-teman seangkatan. Jika yang lain baru berulangtahun yang ke-18 tahun depan, Jessie sudah lebih dulu. Kheanu menancapkan lilin di atas kue, mengeluarkan korek api gas yang selalu ada dikantongnya untuk menyalakan lilin tersebut. Ia kemudian berinisiatif memutar lagu Selamat Ulang Tahun dari Youtube dan bernyanyi bersama. Tepat saat membuat harapan sebelum meniup lilin, Jessie meneteskan air mata. Kali ini ia sudah tidak bisa lagi menahan, diusapnya buru-buru air mata itu.
“Lo kenapa?” tanya Kheanu.
“Gue terharu sekaligu sedih, Nu. Terharu karena lo udah mau nemenin gue ngerayain ulang tahun, tapi sedih karena ternyata cuma ada lo. Gue benar-benar ngerasa kesepian.”
“Lo selalu ngerayain ulang tahun sendiri, Jes?”
“Iya, kecuali kelas sepuluh, waktu itu masih ada kalian semua.”
Kenangan mereka mendadak kembali pada dua tahun silam. Di mana saat itu Jessie belum menjadi tukang bully dan masih memiliki banyak teman, termasuk Dean, Kheanu, Panji, dan Dimas. Saat kelas sepuluh, seluruh teman sekelas Jessie merayakan ulang tahun Jessie di kelas. Mereka mendekor kelas seadanya, hingga menyiapkan kue ulang tahun. Itu adalah hari terindah dalam hidup Jessie karena semua perhatian tertuju padanya. Namun ternyata hal itu juga yang membuat Jessie menjadi besar kepala. Bayangkan saja, seseorang yang biasanya selalu diacuhkan, dianggap tidak ada, bahkan sampai dirundung, mendadak menjadi seseorang yang disukai dan selalu diperhatikan. Jessie kalap. Ia menggunakan “kekuatan” itu untuk merundung orang lain. Jessie ingin orang lain merasakan apa yang ia alami. Sejak saat itulah semua orang yang tadinya tulus berteman dengan Jessie pergi dan digantikan dengan orang-orang yang tidak tulus. Dua orang yang selalu menjadi dayang-dayang Jessie di sekolah hanya memanfaatkan kekayaan Jessie. Sejak ditinggalkan orang-orang tulus, ia memang selalu menggunakan uangnya untuk mendapat teman, tapi tentu saja tak pernah mendapat kebahagiaan.
“Jes, gue boleh ngasih harapan juga gak di hari ulang tahun lo ini?”
Jessie mengangguk, mempersilahkan Kheanu untuk menyampaikan harapannya. “Gue berharap semoga Jessie bisa balik jadi orang yang baik lagi kayak dulu, dan semoga Jessie selalu bahagia. Karena yang terpenting dalam hidup adalah kebahagiaan.” Pesan terakhir yang Kheanu sampaikan pada Jessie sama seperti harapan Athena pada Archen.
“Gue yang sekarang jahat banget ya, Nu?’
Kheanu memasang wajah serius, “Banget!” Tapi kemudian tertawa. Hari itu Kheanu dan Jessie kembali berhubungan baik seperti dua tahun lalu, saat Athena belum hadir di hidupnya.