Sepanjang hari Archen tidak bisa fokus mengikuti pelajaran di kelas. Kepalanya dipenuhi berbagai macam pikiran, tentang Athena yang sedang sakit, tentang hubungannya dengan Pak Hakim Syarif, serta kenyataan mengenai Athena adalah seorang putri dari Pak Hakim Syarif. Sesampainya di rumah Archen langsung meminta kontak Pak Hakim Syarif pada Tante Tira. Tira sempat bertanya untuk apa Archen meminta nomor teleponenya, namun Archen hanya menjawab bahwa itu tak ada hubungannya dengan kasus masa lalu. Memang benar, Archen hanya berniat untuk menanyakan ruangan tempat di mana Athena dirawat. Setelah diberi tahu oleh Papa Athena, ia masih ragu, haruskah ia menjenguk Athena, apakah Athena tidak akan terganggu dengan kedatangan Archen, bagaimana jika akhirnya Athena tahu mengenai masa lalu Archen.
Archen memikirkan di sudut ruang rumahnya sambil meminum secangkir Teh Telang. Archen biasa meminum Teh Telang disaat dirinya sedang banyak pikiran. Teh Telang juga dipercaya mampung menenangkan diri di saat stress. Memang banyak sekali berbagai jenis teh yang ada di dapur. Archen biasa membeli berbagai jenis daun teh di kedai teh yang berada di sudut jalan. Archen sendiri yang selalu membelinya, ia ingin memastikan kualitas daun teh yang terbaik. Pernah sesekali sang Tante, Tira, berinisiatif untuk membelikan Archen teh, namun yang dibeli saat itu adalah teh herbal untuk menghilangkan keputihan pada wanita. Alhasil seisi rumah dibuat tertawa oleh kebodohan Tante Tira dalam membeli teh. Sejak saat itu, Archen melarang sang Tante untuk membeli teh.
Setelah memikiran berbagai hal, Archen akhirnya memutuskan untuk menjenguk Athena di rumah sakit. Saat itu hari sudah semakin sore, kondisi Jakarta yang akhir-akhir ini sering diguyur hujan membuat cuaca sore itu jauh lebih teduh dan mendung dari biasanya. Archen menancapkan gas motornya menuju rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, masih ada Dean dan Kheanu yang asik mengobrol dengan Athena. Sedangkan sang Bunda baru saja pulang ke rumah untuk mengambil beberapa keperluan dan akan kembali lagi pukul 7 malam nanti. Baik Athena maupun Dean keduanya sama-sama terkejut dengan kehadiran Archen, sementara Kheanu seolah tahu bahwa Archen akan datang juga untuk menjenguk Athena.
“Archen…sini masuk” ucap Athena.
Dean yang paham akan kondisi dan situasi saat itu langsung mengajak Kheanu untuk pulang. Kheanu paham makna dibalik ajakan pulang Dean. Mereka berdua pun langsung berpamitan pada Athena dan Archen. Kini hanya ada Archen dan Athena di ruangan tersebut.
Suasana hening, Athena memulai percakapan, “Lo tau darimana gue dirawat di sini?”
“Tau dari walikelas lo.” Tentu saja Archen berbohong, ia belum siap Athena mengetahui sisi gelap hidupnya.
“Oh.” Athena mengangguk, seratus persen percaya dengan jawaban Archen.
“Lo sakit gara-gara kehujanan pas bareng gue ya?”
“Gak kok, emang guenya lagi kecapekan aja dan kurang istirahat, terlebih belakangan ini gue suka jajan sembarangan.”
Archen kini sibuk melihat bungkusan obat yang ada di meja, “Lo sakit tifus?”
“Kok lo tau? Padahal kan gue belum kasih tau.”
“Keliatan dari obatnya.”
“Wih, emang beda deh anak IPA mah!” Athena menggoda Archen.
“Bukan, gue juga pernah sakit tifus dan obat-obatannya kurang lebih sama kayak gitu.”
“Lo sakit tifus waktu itu berapa lama?”
“Sekitar….dua minggu?” Archen sedikit tidak yakin dengan jawabannya.
“Hah lama banget? Yah kalau kayak gitu gue bener-bener gak bisa ikut study lapangan ini mah.”
“Study lapangan?”
“Iya, bentar lagi kelas gue bakal ngadain study lapangan ke Observatorium Bosscha, gue pengen banget ikut, tapi kayaknya keadaan gak memungkinkan.”
“Masa pulih setiap orang beda-beda kali, Na, tapi menurut gue sekarang bukan saatnya lo mengkhawatirkan tentang study lapangan, fokus aja dulu sama proses penyembuhan lo. Istirahat yang cukup, diminum obatnya, makan yang banyak, dan jangan mikir yang macem-macem.”
Archen seolah sedang berbagi pengalaman mengenai bagaimana cara agar sembuh dari tifus. Saat kelas 3 SMP Archen memang pernah terkena tifus, saat itu kondisinya cukup parah, berat badannya turun sebanyak 5 kilogram. Ia pun harus dirawat dirumah sakit selama kurang lebih 2 minggu. Kondisi keluarganya yang semakin berantakan membuat Archen terus memikirkan hal-hal yang tidak seharusnya dipikirkan oleh anak berusia 14 tahun.
“Wih, ternyata dibalik sosok yang dingin Archen bisa perhatian juga ya.” Lagi-lagi Athena menggoda Archen.
“Sosok yang dingin?”
“Iya, lo kan dingin banget sama orang-orang di sekitar lo, pokoknya kalau ada lo toh suasana jadi beku deh.” Jawab Athena jujur.
Rasanya Archen ingin menceritakan semua peristiwa yang pernah dialami hingga membuatnya menjadi sosok yang dingin dan cuek. Namun tentu saja itu tidak mungkin. Menceritakan satu peristiwa buruk yang pernah terjadi pada dirinya itu berarti harus menceritakan peristiwa-peristiwa yang lainnya pula, sebab semuanya saling berhubungan, dan tentu saja, menceritakan satu peristiwa itu berarti membuka seribu luka lama yang ada di hati Archen. Sebenarnya saat ini luka-luka tersebut belum juga tertutup, namun menceritakan masa lalu hanya akan membuat luka yang ada di hati Archen semakin terbuka lebar, rasanya sesak.
“Maaf, jangan marah dong, gue cuma bicara jujur kok.” Ucap Athena.
Archen tidak menghiraukan ucapan Athena, sebaliknya, ia mengalihkan pembicaraan pada topik lain. Tidak lama kemudian Athena ditelpone oleh sang Bunda, beliau mengatakan bahwa malam itu ia tidak bisa kembali ke rumah sakit karena salah satu sahabatnya meninggal dunia. Oleh karena itu kedua orangtua Athena harus pergi ke rumah duka. Sebagai gantinya, sang Bunda sudah mengurus Mas Faiz untuk menjaga Athena dan menginap di rumah sakit. Athena tidak keberatan, ia justru turut berduka cita karena alm adalah salah satu sahabat dekat kedua orangtuanya. Lagi pula ditemani Mas Faiz bukanlah ide yang buruk, ia bisa menjadi ratu semalam dengan memerintah Mas Faiz untuk melakukan ini dan itu. Sejak kecil saat Athena sedang sakit, Mas Faiz selalu menuruti apapun permintaan Athena, ia benar-benar menganggap Athena sebagai adik kandungnya sendiri.
Namun takdir seolah ingin membuat Archen dan Athena mengobrol lebih lama lagi. Tiba-tiba saja Mas Faiz mengabarkan kepada Athena bahwa ia akan telat datang ke rumah sakit. Ia harus mengerjakan tugas kuliah yang dateline pengumpulannya malam itu juga. Mas Faiz mengatakan kepada Athena bahwa dia baru bisa ke rumah sakit pukul 11 malam.
“Sen…” ucap Athena ragu.
“Kenapa?”
“Orangtua gue gak bisa ke sini malam ini, terus kakak sepupu gue, Mas Faiz, juga baru bisa ke rumah sakit jam 11 malem. Gue takut.”
Tanpa berpikir panjang Archen langsung mengatakan “Yaudah gue temenin sampai kakak sepupu lo dateng.”
******
Sementara di tempat lain Dean dan Archen sibuk menyantap seporsi nasi padang dengan lauk ayam bakar. Usai menjenguk Athena di rumah sakit, Kheanu mengajak Dean untuk makan dulu sebelum pulang, Dean pun mengiyakan karena ada hal yang ingin ia tanyakan kepada Kheanu. Akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti di rumah makan padang yang tak terlalu jauh dari rumah sakit.
“Nu, gue mau nanya deh.” Ucap Dean sambil menggigit paha ayam.
“Nanya apa?”
“Lo suka ya sama Athena sampe-sampe nyuruh sahabat lo untuk nganterin Athena pulang?”
Kheanu sedikit tidak mengerti dengan pertanyaan Dean, “Hah? Sahabat gue? Siapa? Loh emangnya kemarin kalian pulang naik apa? Taksi online kan?”
“Lha, kita dianter pulang sama Dimas, kata Dimas lo nyuruh dia buat anterin Athena.” Jawab Dean yang juga kebingungan.
“Hahahahahahhahha.” Kheanu hanya tertawa mendengar penjelasan Dean.
Dean benar-benar tidak mengerti kenapa Kheanu tertawa. Lelaki itupun tidak mau menjelaskan kenapa ia tertawa. Katanya kelak Dean akan paham dengan sendirinya.
Selesai makan mereka berdua langsung bergegas pulang. Tadinya Dean berniat untuk memesan ojek online, namun Kheanu menawarkan untuk mengantar Dean pulang. Saat itu hari sudah mulai gelap, walau dengan salah satu musuh bebuyutannya, tetap saja Kheanu tidak mungkin membiarkan seorang perempuan pulang sendiri selagi dirinya bisa mengantar. Lagipula sudah menjadi tanggungjawabnya untuk mengantar Dean pulang karena dirinya juga yang telah mengajak Dean berkunjung ke rumah sakit. Terlebih kini Kheanu menyadari satu kenyataan yang berhubungan dengan Dean. Kenyataan yang membuat ia harus lebih “baik” pada Dean untuk menghargai salah satu sahabatnya.
Setibanya di depan rumah Dean, Dean langsung mengucapkan terima kasih dan melongos pergi. Yap, Dean masih kesal dengan Kheanu karena menyembunyikan sesuatu darinya.
******
“Lo gak makan malem?” tanya Athena pada Archen yang kini sedang membaca e-book di kursi yang terletak di sudut ruang kamar rawat inap Athena.
“Lo gak apa-apa gue tinggal sebentar ke kantin rumah sakit?”
“Ya gak apa-apa lah, gue gak setakut itu kali.”
Archen pun segera turun ke lantai 1 rumah sakit dan menuju kantin. Archen memutuskan untuk memesan nasi goreng dengan telur setengah matang. Tentu saja Archen memilih untuk membukus pesanananya, ia tidak tega membiarkan Athena sendirian terlalu lama di kamar rumah sakit.
Athena sudah tertidur lelap saat Archen selesai menyantap nasi gorengnya. Beberapa saat yang lalu Athena baru saja minum obat yang menyebabkan rasa kantuk. Jadi baru pukul 8 malam ia sudah terlelap. Sebagian orang akan merasa ngantuk saat perutnya sudah kenyang, termasuk Archen. Tanpa disadari kini Archen sudah tertidur dengan posisi duduk dan tangan serta kepala diletakkan di atas tempat tidur Athena. Posisi Archen dan Athena kini sangat dekat.
“Pak….bapak harus memberikan keadilan bagi mama saya. Bagaimanapun caranya lelaki itu harus dihukum pak!”
Archen mengigau, Athena yang mendengar teriakan Archen langsung terbangun dari tidurnya. Tubuh Archen mengeluarkan keringat, ia terus mengucapkan hal-hal yang tidak Athena pahami. Gadis itu langsung mengusap-ngusap kepala Archen sambil menangkannya.
“Sen, bangun, Sen, tenang, Sen.”
Archen pun terbangun dari mimpi buruknya. Ia menarik napas dalam-dalam dan menyeka keringatnya. Untuk beberapa saat Archen dan Athena terdiam, “Lo mimpi buruk?”
Archen hanya mengangguk. Tak pernah terbayangkan olehnya Athena melihat salah satu bagian dari dirinya secepat ini. Tidak heran mengapa Archen mimpi buruk, sebab siang tadi setelah bertemu dengan Papa Athena, ia kembali mengingat salah satu kejadian dari masa lalu. Begitulah Archen, setiap membahas dan mengingat masa lalunya yang kelam, maka hal tersebut akan terbawa sampai mimpi.
Tidak lama kemudian setelah Archen menenangkan diri dan mencuci muka, Mas Faiz tiba di rumah sakit. Archen pun segera berpamitan pulang, bagaimanapun juga besok pagi ia tetap harus sekolah. Sudah satu jam sejak Archen pamit pulang, Athena masih saja memikirkan tentang mimpi buruk Archen. Kira-kira kenapa Archen mimpi buruk? Apa isi dari mimpinya? Mengapa Archen bertingkah seolah itu adalah hal yang biasa? Mengapa Archen terus menyebutkan kata “Mama” dan “Lelaki itu” dalam mimpinya? Terdapat seribu satu pertanyaan yang kini ada di benak Athena.