Terlihat seorang gadis berjalan dengan langkah sedikit lesuh, di karenakan hari ini ia merasa begitu melelahkan dengan tugas kampusnya.
Kebetulan letak kampus dengan asramanya tidak terlalu jauh, hanya memerlukan waktu lima menit untuk menembus.
Dia adalah Hazel Elijah Alexander, gadis cantik yang sudah menjalani hidup selama beberapa tahun di Autralia.
Sekarang Hazel sedang menempuh pendidikan ke jenjang sarjana di salah satu universitas Autralia.
Dua tahun ia tinggal dengan pengasuhnya setelah itu Hazel lebih memilih untuk tinggal di asrama.
Selesai dari pendidikan terakhirnya, Hazel sengaja mendaftarkan dirinya di universitas berada di Autralia.
Amira menyuruh Hazel untuk melanjut pendidikan di Indonesia, akan tertapi Hazel menolak karena ia lebih memilih tinggal di Autralia untuk belajar mandiri.
Tinggal di asrama sangat menyenangkan bagi Hazel, ia bisa hidup bebas sesuka hatinya.
Etss, jangan salah paham! Kehidupan bebas bagi Hazel itu bukan menjadi gadis nakal seperti gadis lain.
Gadis itu bebas bisa melakukan apa saja. seperti berkerja, menghasilkan uang sendiri, bersenang-senang sesuka hatinya dll.
Yang perlu diketahui! Hazel begitu mandiri setelah tinggal di asrama, apalagi di asrama juga ada teman-teman yang baik dan peduli padanya.
Hazel membuka sandi pintu kamar asrama dengan beberapa angka.
Pintu terbuka! Hazel langsung menerobos masuk ke dalam dengan wajah kusutnya.
Kebetulan teman-teman Hazel sudah pulang, mereka melihat Hazel pulang pun menyapa walaupun terlihat aneh tidak seperti biasa saat pulang kampus.
Hazel melepas tas yang ia gunakan ke kampus lalu dia letakkan di atas meja belajarnya.
Setelah melepas Blazer, Hazel menaikan kakinya ke atas tangga kecil menuju atas kasurnya.
Di asrama mereka menggunakan ranjang bertingkat, kebetulan kasur Hazel berada di ranjang tingkat dua.
"Euumm nyaman sekali ...," gumam hazel setelah menenggelamkan wajahnya di atas bantal tidurnya .
"Kenapa dengan kamu hari ini?" tanya Jemy salah satu teman Hazel yang memiliki sifat peduli.
Gadis asal dari bule itu sudah berteman dengan Hazel sejak mereka pertama masuk universitas.
Melihat Hazel sedikit lesuh hari ini, berbeda dengan biasa selalu ceria membuat Jemy pun berinisiatif untuk bertanya.
"Gue baik saja! hanya kecapean sedikit,” jawab Hazel tampa menoleh ke arah Jemy yang sedang duduk di atas kasur miliknya sendiri di bawah ranjang Hazel.
"Memang lo masuk berapa mata kuliah hari ini?" tanya si gadis asal Maroko yang bernama Haren.
Gadis itu juga sudah berteman dengan Hazel sejak mereka pertama masuk universitas.
Mereka bertiga sebenarnya satu universitas. Namun, hanya berbeda jurusan saja.
Walaupun begitu mereka tetap saling membantu sama lain tentang tugas mata kuliah yang berbeda-beda itu.
"Dua mata kuliah, tapi hari ini gue yang kenak presentasi,” jawab Hazel sambil mencoba memejamkan matanya yang merasa sangat mengantuk.
“Gue bobok bentar ya, jangan ada yang ganggu gue ya …," ucap Hazel pada mereka berdua.
Kebiasaan Hazel tidur siang pasti ada saja gangguan dari teman-temannya itu.
"Okay,” jawab mereka bersamaan.
Jemy dan Haren merasa heran dengan Hazel hari ini, biasanya gadis itu selalu ceria kenapa tiba-tiba mendadak jadi kusut begitu.
Kalau dibilang kacapean memang sudah biasa, memang begitu nasib mereka anak kuliahan.
Indonesia.
Amira sedang bersantai di ruang keluarga dengan anak keduanya yang lagi asik bermain dengan iPadnya.
Beberapa hari ini hati Amira merasa sangat resah karena memikirkan Putrinya yang berada di Australia.
Amira juga sudah mengetahui dari Rafa kalau ayah mertuanya bertujuan menyuruh Hazel pulang ke Indonesia, bukan Amira tidak suka atau senang kalau Hazel pulang ke Indonesia.
Tapi, kali ini Amira tidak ingin lagi menyakiti hati Putrinya itu.
Sudah cukup Hazel selama ini menderita hidup sendiri di negara orang lain.
Amira tahu betul maksud dari ayah mertuanya menyuruh Hazel pulang ke Indonesia, Tuan Amirul berencana ingin menjodohkan Hazel dengan cucu teman bisnisnya.
Hati siapa yang tidak sakit jika dijodohkan dengan orang yang sama sekali tidak di kenal.
Hazel pasti ingin menikah dengan orang yang dia cintai, bukan seenaknya dijodohkan seperti itu sama orang asing.
"Mah! hari ini papa pulang jam berapa?" tanya bocah berumur enam tahun itu pada Amira sedang melamun sendiri.
Setelah kepergian Hazel ke Australia, tidak sampai dua bulan Amira sudah melahirkan anak kedua yang dikaruniai seorang anak laki-laki dan sekarang sudah berumur enam tahun bernama Arka Alexander.
Arka diturunkan ke miripan watak dari Rafa. Namun, wajahnya menurunkan kemiripan sang kakak di Australia.
Selama ini mereka belum pernah sama sekali saling bertemu, hanya sekedar video call saja.
"Sebentar lagi, kenapa? jangan bilang Arka mau suruh beli lagi mainan itu ya," jawab Amira sambil menatap lekat wajah sang putra yang begitu mirip dengan Hazel.
Arka mendengar tebakan ibunya langsung menggelengkan kepala dengan gemas.
“Arka mau ke rumah eyang sama papa, mah!" jawab Arka pada Amira.
Tidak heran lagi Amira jika putranya selalu suka berkunjung ke rumah mertuanya.
Arka begitu dekat dengan Tuan Amirul, begitupun dengan Tuan Amirul yang selalu memanjakan anak itu.
Apapun yang Arka minta selalu dikabulkan, bahkan Arka benar-benar diperlakukan seperti putra mahkota di keluarga tersebut.
Bukannya Amira tidak suka jika mertuanya menyayangi Arka.
Tapi Amira merasa kalau mereka tidak adil saja, selama ini Hazel belum pernah dapat kasih sayang dari mereka bahkan rela dipisah dengan orang tuanya di usia masih belum terlalu dewasa.
Amira begitu sangat kasian dengan putrinya itu, dia merasa dirinya gagal sebagai seorang ibu.
"Untuk apa kamu pergi ke rumah eyang lagi? Bukanya kemarin kamu sudah bertemu eyang di kantor papa?" tanya Amira lagi karena memang kemarin putranya dibawa ke perusahaan oleh suaminya dan di sana juga ada Tuan Amirul.
"Kemarin eyang bilang mau pergi ke Australia ma hari ini, terus Arka mau ke rumah eyang karena kemarin Arka lupa suruh beli robot mobalagend sama eyang mah,” jawab Arka lagi.
Mendengar Tuan Amirul pergi ke Australia Amira langsung menebak, jika Tuan Amirul ke sana hanya ingin menemui Hazel! dan hal yang di takutkan oleh Amira pasti akan terjadi.
Amira mengusap pelan rambut sang putra dengan lembut. "Sayang! eyang kamu pasti membeli kok oleh-oleh untuk kamu di sana, walaupun kamu tidak menyuruhnya," ujar Amira pada putranya.
Benar seperti Amira katakan jika Tuan Amirul tidak harus disuruh, kemana pun pergi tidak akan lupa membeli oleh-oleh untuk cucu kesayangan-nya itu.
"Tapi eyang tidak tau robot mobalagend itu gimana? nantik Arka nampakin yang ada di iPad Arka biar eyang tahu,” bantah Arka bersikeras ingin ke rumah eyangnya.
"Iya iya ... nanti kamu pergi saja sama papa ke rumah eyangmu,” jawab Amira pasrah jika sang putra bersikeras ingin dikabulkan keinginan.
Itulah dampak gara-gara sering dimanjakan sama keluarga suaminya.
Namun orang yang ditunggu-tunggu baru saja pulang ke rumah, Rafa melihat istri dan putranya sedang duduk di sofa ruang keluarga.
"Papa!" teriak Arka antusias melihat sang papa baru pulang.
Rafa tersenyum lalu mengacak rambut putranya seperti biasa.
"Kenapa nak? sepertinya kamu terlihat sangat senang boy?" tanya Rafa menatap Arka sangat girang saat dirinya pulang ke rumah.
"Pah! antar Arka ke rumah eyang sekarang yuk," ajak Arka pada papanya.
Rafa mendengar ajakan sang putra pun heran, dia menatap ke arah Amira berharap dapat penjelasan namun Amira hanya acuh seakan tidak tahu.
"Untuk apa kita ke rumah eyang?" tanya Rafa pada putranya lagi. "Eyang ingin pergi ke Australia, Arka mau suruh beli robot mobalagend sama eyang di sana,” jawab anak itu pada ayahnya.
Rafa hanya bisa menghelakan nafas panjang mendengar alasan Arka Ingin ke rumah orang tuanya, sedangkan Amira hanya diam saja melihat interaksi ayah sama anak tersebut.