Hazel sudah mengambil keputusan untuk pulang ke Indonesia, bukan hanya dirinya saja bibi pengasuh juga mengusulkan Hazel untuk pulang ke Indonesia.
Walaupun Hazel tidak pernah menampakkan sisi rindu terhadap orang tuanya, akan tetapi bibi pengasuh mengetahui Hazel merindukan orang tuanya.
“Salam pada mama dan papa kamu ya, maaf bibi tidak bisa antar kamu,” ujar bibi pengasuh pada Hazel saat sudah sampai di bandara.
Mereka sudah berada di bandara menunggu penerbangan, sedangkan bibi pengasuh hanya mengantar saja ke bandara sebagai bentuk perpisahan.
Hazel tersenyum lalu memeluk wanita yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri.
“Bibi jaga kesehatan ya, Hazel tidak lama kok di Indonesia! Nanti Hazel balik lagi ke sini,” ujar Hazel setelah melepaskan pelukannya pada wanita itu.
Suara pemberitahuan pun terdengar pertanda jika Hazel harus segera masuk ke dalam pesawat untuk penerbangan.
“Bibi … Hazel pamit ya.”
Hazel melambai pelan sebelah telapak tangannya kepada bibi pengasuh lalu ia juga tersenyum sebelum dirinya benar-benar masuk ke dalam pintu pesawat.
Bibi pengasuh menahan air matanya, rasa sayang terhadap Hazel selama enam tahun berada bersamanya jadi tidak ingin Hazel jauh darinya.
Apa bisa dibuat jika ia harus mengikhlaskan gadis itu pulang ke tanah kelahirannya untuk menemui orang tua kandungnya.
Ternyata bukan hanya bibi pengasuh saja yang sedih, Hazel juga diam-diam sedih berpisah dengan bibi pengasuh walaupun ia sudah sering berpisah dengan bibi pengasuh karena tinggal di asrama.
Di dalam pesawat Hazel hanya tidur dan makan saja, ini baru pertama kalinya ia menaiki pesawat sendiri pasalnya pergi ke Australia Hazel ditemani oleh wanita yang ia kenal sebagai asisten Tuan Amirul.
Lima jam menempuh penerbangan, akhirnya pesawat tersebut mendarat di bandara Soekarno Hatta.
Sebelumnya Hazel sudah mengabari Rafa sama Amira jika hari ini dirinya pulang ke Indonesia sesuai jadwal tertara di tiket pesawat yang sudah diberikan oleh Taun Amirul.
Hazel juga merubah penampilan yang biasa sering acak-acakan dengan gaya tomboy namun sekarang gadis itu begitu cantik, apalagi rambutnya juga sudah ia cat berwarna pirang kembali semula.
Hazel Turun dari pesawat sembari mendorong kopernya ke dalam bandara Soekarno Hatta, walaupun begitu Hazel masih menggunakan topi hitam dan juga masker berwarna putih.
Di tempat lain Amira begitu girang karena hari ini putrinya pulang ke Indonesia setelah beberapa hari yang lalu Hazel mengabari padanya.
Saat ini Rafa dan Amira sudah berada di bandara Soekarno Hatta menjemput Hazel, Rafa bahkan membawa buket untuk putri kesayangannya sangking bahagia dengan kepulangan Hazel.
“Mas! Sepertinya sudah pada turun itu,” ujar Amira pada suaminya saat melihat beberapa orang mendorong koper keluar dari bandara Soekarno Hatta.
Benar! Rafa juga melihat orang-orang tersebut, mereka sudah tidak sabar ingin bertemu dengan putri mereka sendiri setelah enam tahun tidak pernah berjumpa.
Sebenarnya Rafa sering mengajak Amira ke Australia di akhir pekan saat waktu kantornya libur, akan tertapi Hazel selalu mencegah mereka dengan alasan Hazel supaya bisa fokus belajar di sana.
Jika mereka pergi ke sana Hazel akan merindukan mereka selalu seperti itu, dan aktivitasnya akan terganggu.
Apalagi Tuan Amirul juga tidak menyetujui jika Rafa pergi ke Autralia, karena rumor tentang masa lalu belum terlalu pulih jika diumbarkan.
Rafa begitu semangat menyambut kepulangan putrinya, Entah sebesar mana anaknya selama enam tahun tinggal di Australia.
Hazel baru saja keluar dari kamar mandi, ia memerlukan untuk mencuci wajahnya sebentar lalu tidak lupa juga ia mengoleskan sedikit bedak dan lipstik sejuta umat pada wajahnya.
Hazel kembali memakai masker sama topinya, penampilannya juga sudah rapi kembali sehingga terlihat seperti gadis konglomerat.
Langkahnya melusuri jalan keluar bandara, matanya tak keruan mencari keberadaan orang yang ia cari saat ini.
Apa mungkin mereka lupa jika dirinya balik ke Indonesia hari ini, Hazel lupa mengabari mereka apa mungkin tidak ada yang menjemput pikirnya.
“Mas! mana Hazel? Apa dia tidak jadi pulang?” tanya Amira sudah pasrah menunggu Hazel tak keluar.
Padahal semua penumpang penerbangan dari Australia sudah keluar sadari tadi, kenapa Hazel tidak Ada.
“Sayang! Sabar dulu kenapa? mungkin Hazel mampir ke kamar mandi dulu,” ujar Rafa menyuruh Amira untuk sabar sebentar.
Wanita itu mendudukkan sebentar bokongnya di kursi tersedia, kakinya sudah merasa pegal berdiri sadari tadi menunggu putrinya.
Sedangkan Hazel masih celengak-celinguk sambil membawa koper mencari orang yang mungkin ia kenal, apa mungkin papanya tidak menjemputnya pikir Hazel sadari tadi.
Arah pandangnya entah kemana-mana sehingga menyebabkan seseorang tidak sengaja menabrak dirinya dari arah depan.
Brukk
“Auww,” pekik Hazel merasa sedikit sakit saat bahunya menyenggol tubuh Atlet pemuda tersebut.
Pemuda tersebut terlihat kaget saat melihat Hazel sedang menahan kesakitan mengusap bagian bahunya.
“Maaf! Nona, anda baik saja?” tanya pemuda tersebut dengan tulus.
Hazel mendongak sekilas ke arah pemuda tersebut, ia terlihat tidak peduli dan melanjut kembali jalannya.
Namun tiba-tiba pandangannya kembali menuju ke arah pemuda itu, betapa terkejut Hazel saat melihat pemuda beberapa hari yang lalu berada di warung Bibi Onzu sekarang berada di bandara Indonesia.
‘Dia kan pemuda yang membantu bibi Onzu’ batin Hazel setelah menyadari siapa pemuda yang berada di depannya.
Pemuda tersebut tidak mengenal Hazel karena gadis itu memakai masker menutup setengah wajah.
“Nona … maaf!” Suara pemuda itu kembali membuat Hazel tersadar dalam pikirannya.
“Eh … kenapa?” tanya Hazel reflek terkejut.
Sebelah tangannya masih betah mengusap bagian bahunya.
Apa mungkin sesakit itu pikir pemuda tersebut merasa bersalah.
“Anda baik-baik saja?” tanya pria itu langsung di jawab oleh Hazel baik saja.
Hazel orangnya cuek dan tidak suka basa basi dengan orang lain makanya ia langsung berlalu dari hadapan pria itu.
Saat berlalu dari hadapan pemuda itu, Hazel melihat sepasang suami istri sedang duduk di kursi keluar bandara.
Hazel mengenal siapa sepasang suami istri tersebut, siapa lagi kalau mama dan papanya yang ia rindukan selama ini.
Hazel menghentikan langkahnya di depan Rafa dan Amira yang sedang menatap Hazel dengan perasaan bingung karena tiba-tiba gadis itu berdiri di depan mereka.
Mereka tidak mengenal sama sekali jika gadis itu Hazel bahkan Hazel sekarang sudah membuka masker di wajahnya.
“Nona ingin duduk?” tanya Rafa sopan walaupun orang itu lebih muda darinya.
“Tidak! aku datang pada kalian,” jawab Hazel santai, ia menyadari orang tuanya pasti tidak mengenal jika dia tidak memberitahu mereka.
“Maaf! Nona, anda siapa ya?” tanya Amira setelah menyadari jika wajah gadis yang berada di depannya itu sepertinya tidak asing dengan
orang yang ia tunggu.
“Aku Hazel, kalian tidak mengenal aku …,” lirih Hazel menatap bingung ke arah kedua orang tuanya itu.
“Apa! Hazel!”