Kedatangan

1144 Words
Australia. Hazel baru saja keluar dari kelas kampusnya. Jemy sama Haren sudah menunggu Hazel di depan kampus berencana ingin mengajak Hazel jalan-jalan. Di karenakan mereka sama-sama hari ini libur dari kerjaan paruh waktu mereka masing-masing. "Hazel!" panggil Jemy sama Haren bersamaan sambil melambai-lambaikan tangan mereka kepada Hazel yang baru saja keluar dari pagar kampus. Hazel melirik ke arah mereka yang berdiri tidak terlalu jauh dari pagar kampus. Gadis itu tersenyum lalu mendekat pada kedua temannya itu. “Kalian nunggu aku?” tanya Hazel berdiri di depan kedua temanya itu. Jemy baik Haren mengangguk kepalanya pelan."Mau ikut jalan-jalan sama kami?" tanya jemy menggunakan bahasa Inggris. Memang mereka menggunakan bahasa Inggris, karena Hazel tidak mengerti dengan bahasa tempat asal mereka. Haren juga ikut mengangguk lalu tersenyum pada Hazel untuk mengajak gadis itu jalan-jalan barsama di waktu libur seperti hari ini. Namun, Hazel baru saja berencana ingin pulang ke rumah pengasuhnya untuk mengambil beberapa barang keperluan, dan sudah lama juga ia tidak pulang karena sibuk dengan pekerjaan paruh waktunya. "Sayang sekali, sepertinya aku tidak bisa ikut dengan kalian. Aku berencana pulang ke rumah sebentar ingin bertemu dengan ibuku,” jawab Hazel masih menggunakan bahasa Inggris. Selama ini teman-teman Hazel hanya tau jika gadis itu tinggal di Australia dengan ibunya. Mereka mengira kalau hazel anak dari orang kurang mampu dan bibi pengasuh sebagai ibunya hazel. Hazel tidak pernah bercerita tentang keluarganya pada mereka, bahkan ia juga tidak pernah menampakkan identitas asli orang tuanya pada mereka. "Its okay! salam pada bibi, kami pergi dulu bey!" Jemy memaklumi teman satunya itu, ia tidak masalah jika Hazel tidak bisa ikut bersamanya. Haren baik Jemy melabaikan tangan kepada Hazel lalu dibalas oleh gadis itu dengan senyum melekat di bibirnya. Setelah melihat teman-temannya pergi dari tempat itu, Hazel melanjut kembali langkahnya menuju ke halte bus untuk pulang ke rumah bibi pengasuh. Hazel sengaja tidak ingin mampir lagi ke asramanya karena hari sudah mulai siang setidaknya ia bisa makan siang bersama di rumah bibi pengasuh. Bibi pengasuh tidak mempunyai suami atau anak, beliau menghabiskan waktu sendiri di temani oleh Hazel. Sebenarnya bibi pengasuh sangat senang bisa pengasuh Hazel, Tidak hanya baik beliau juga sangat penyayang. Hazel pun sudah menganggap bibi pengasuh sebagai ibunya sendiri, di saat ia sedih maupun senang bibi pengasuh selalu ada buat dirinya di Australia. Sampai di tempat biasa Hazel turun dari Bus, gadis itu menyotopkan Bus yang ia tempati itu untuk turun. Setelah turun dari Bus baru Hazel berjalan kembali dengan kaki. Kebetulan rumah bibi pengasuh dari tempat Hazel turun Bus tidak terlalu jauh, jadi Hazel tidak terlalu capek jika berjalan kaki. Di sana juga banyak penduduk yang ramah dan udaranya juga sangat sejuk karena dekat dengan pegunungan dan pepohonan. Sampai di depan rumah bibi pengasuh, Hazel tersenyum melihat bunga-bunga yang dulu ia tanam sekarang sudah mekar menjadi indah di depan rumah. sehingga membuat rumah sederhana itu jauh lebih indah dari sebelumnya. "Bibi," panggil Hazel sambil membuka pintu rumah tersebut tampa terkunci. Senyumnya mengembang sambil mencoba membuka sepatunya ingin masuk ke dalam rumah. "Bibi,” panggil Hazel lagi. Tapi bibi pengasuh memang sudah berada di dekat pintu, hanya terdiam menatap ke arah Hazel dengan ekspresi berbeda dengan biasanya. Tatapan dari bibi pengasuh membuat Hazel segera menoleh ke arah ruang tamu, yang mana di sana terlihat Tuan Amirul sedang santai di sofa sambil membaca koran. Hazel hanya bisa terdiam melihat kedatangan Tuan Amirul kesitu tampa sepengetahuannya. Sedangkan Tuan Amirul sudah tahu kedatangan hazel ke rumah itu. Hazel tidak memperdulikan dengan keberadaan Tuan Amirul, ia melanjutkan rencana dirinya mampir ke rumah tersebut hanya untuk mengambil beberapa barangnya yang keperlukan di asrama. Saat Hazel mengambil sepatu yang sudah copot talinya ingin ia perbaiki di toko sepatu supaya bisa dipakai lagi, Tuan Amirul tiba-tiba menghampiri Hazel sambil berdiri menumpang dengan tongkat di tangannya. "Kenapa kau mengambil sepatu bekas ini? Dan tas yang sudah rusak itu," ujar Tuan Amirul sambil mengangkat tas yang berisi sepatu rusak itu. Hazel yang masih berjongkok membereskan barangnya menoleh ke arah Tuan Amirul, ia langsung merampas tasnya sedang ditenteng oleh Tuan Amirul kembali pada tangannya. "Apa urusannya dengan Anda? Ini milikku," ujar Hazel sesaat. Setelah itu ia melanjutkan kembali membereskan barang-barang yang dimasuki ke dalam tas ia pakai. Tuan Amirul terdiam menatap ke arah Hazel yang terlihat tidak memperdulikan kehadirannya di situ. "Dengar!" Tuan Amirul tidak suka jika Hazel bersikap kurang ajar seperti itu. Beliau tidak tau Hazel seperti itu juga karena dirinya, namun pria tua itu tidak sadar saja. "Anda datang ke sini setelah kita berjumpa enam tahun yang lalu," ucap Hazel tidak melirik sama sekali ke arah Tuan Amirul, ia sibuk membersihkan debu di tasnya. "Sudah enam tahun sejak kau pergi untuk tinggal di sini dengan keinginan kamu sendiri, aku mengerti kau membenciku tapi aku kakekmu. Bukankah seharusnya kau menyapa ku," ujar Tuan Amirul panjang lebar tampa ada rasa salah sedikit pun. Hazel terdiam menghentikan gerakannya lalu melirik ke arah Tuan Amirul dengan ujung matanya."Hallo!" Ujar Hazel sekilas dan langsung mengambil barangnya ingin berlalu dari rumah tersebut. "Kau belum berubah! kau belum berubah sama sekali," ucap Tuan Amirul menghentikan langkah kaki Hazel yang terhenti pas di depan pintu rumah tersebut. Hazel membalikkan kembali tubuhnya menghadap ke arah Tuan Amirul. "Anda juga sama belum berubah," balas hazel. Tuan Amirul berjalan pelan ingin lebih dekat pada Hazel berdiri."Kau ingin melampiaskan rasa kesalanmu padaku, kamu sendiri yang ingin dikirim kesini kan! kenapa kau melampiaskannya kepadaku," ujar Tuan Amirul menghentikan langkahnya tepat di depan hazel. Hazel mendengar itu nafasnya jadi tidak beraturan, mau marah atau benci saat mengingat masa itu. Matanya melirik ke sebuah bingkai foto yang terletak tidak jauh dari hadapanya, di foto tersebut terdapat Hazel barsama dengan Rafa dan juga Amira. Ia mengambil bingkai itu mensejajarkan dengan kepalanya lalu melirik ke Tuan Amirul dengan mata tajam yang sudah memerah lalu melempar bingkai tersebut ke lantai. Tuan Amirul kaget dengan kelakuan Hazel berani memecahkan bingkai itu di depannya, refleks tanganya langsung menampar pipinya Hazel sedikit kencang membuat gadis itu memegang pipinya menatap sinis ke arah Tuan Amirul. Hazel menatap Tuan Amirul dengan mata tajam penuh kebencian. Setelah itu dengan tergesak ia langsung berjalan keluar dari rumah tersebut, menghempas pintu dengan kencang meninggalkan Tuan Amirul masih emosi. Mood Hazel seketika jadi rusak, tujuan awalnya ingin pulang makan siang dengan bibir pengasuh jadi berubah menjadi tangis air mata. Hazel menangis di sepanjang jalan, ia tidak peduli dengan tatapan orang menatap ke arahnya. Langkahnya melusuri jalan menuju ke halte bus untuk pulang ke asrama kembali. Andai saja Hazel tau jika Tuan Amirul berada di rumah bibi pengasuh, lebih baik ia pikir untuk pergi bersama dengan Haren dan Jemy. Hazel menghapus air matanya karena melihat Bus berhenti di depannya, ia langsung naik dan duduk di kursi paling belakang. Jika Hazel menangis setidaknya orang di dalam Bus tersebut tidak ada yang mengetahui. Pikiran gadis itu kebayang lagi dengan masalah enam tahun lalu, yang menyebabkan dirinya tinggal di Australia lalu berpisah dengan kedua orangtuanya karena masalah tersebut,
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD