Masa Lalu Pria Berkostum Bayi
Happy reading!
.
.
.
Ada peristiwa kelam di masa lalu yang membuat wanita itu duduk di kursi roda dan kehilangan emosinya. Dokter mengatakan jika trauma yang ia alami cukup dalam sehingga beberapa sel saraf dalam otaknya telah rusak. Wanita yang saat ini hanya bisa duduk dengan tatapan mata yang kosong nampak melihat ke arah seorang pria berpakaian aneh. Pria buncit yang saat ini mengenakan pakaian layaknya seorang bayi dengan syal unik melingkar di kepalanya itu nampak menghibur wanita yang tak lain adalah istrinya.
"Hai Nancy, lihat aku, apa kau menyukainya? Lihatlah aku sudah membeli mainan baru," ucap pria bernama Adam memainkan mainan bayi yang mengeluarkan bunyi itu.
Pria itu nampak menari-nari di depan istrinya yang saat ini duduk di kursi roda. Tatapan kosong dari mata Nancy sedikit mengiris hati Adam walaupun pada akhirnya Adam merasa bahagia karena ia masih bisa melihat senyum istrinya walaupun segaris kecil.
"Aku benar-benar menyesal dengan apa yang aku lakukan dahulu, cerita yang seharusnya menjadi kenangan bahagia kini berubah menjadi sangat menyakitkan." Pria itu menari dengan dot yang ia gigit sembari tersenyum menunjukkan giginya walaupun kali ini air matanya menetes melihat kondisi sang istri.
Adam benar-benar merasa sudah gila sekarang, dia bahkan tidak peduli walaupun banyak orang yang menyebutnya pria yang aneh. Adam tak akan pernah peduli.
"Aku akan pergi keluar, balon yang aku jual belum habis, aku harap hari ini bisa membuat mu lebih bahagia dengan pekerjaan yang aku kerjakan." Adam mengarahkan Nancy ke jendela agar ia bisa melihat jalanan dan hatinya akan tenang walaupun ia tahu Nancy takkan pernah merasakan apapun karena hatinya seakan mati dan ekspresinya benar-benar sudah hilang.
Di persimpangan jalan London ketika cahaya matahari mulai menghujani Bumi. seorang pria berusia 35 tahun bertubuh gempal berpakaian layaknya seorang bayi, namun malah terlihat menyeramkan sekaligus menjijikan. Memiliki kulit yang putih serta memiliki tinggi sekitar 180 centimeter.
Ia terlihat mengenakan kaus buntung berwarna ungu yang kekecilan, bahkan sebagian perutnya bebas terekspos karena tak tertutup kaus. Serta popok besar bermotif Bintang Laut yang malah menambah kesan aneh penampilannya.
Kepalanya dibalut penutup kepala khas bayi berwarna merah muda, jangan lupakan syal ungu dengan motif polkadot yang diikat pita pada bagian lehernya. Juga sebuah dot yang digigit dipinggir mulutnya, giginya yang memang berukuran besar-besar itu membuat dirinya terlihat semakin menyeramkan. Ah iya, dia juga mengenakan kacamata hitam untuk melengkapi penampilannya.
Pandangannya selalu menatap fokus pada jendela kamar apartemen yang ada di depan persimpangan jalan tersebut.
Di sana terdapat seorang wanita yang usianya sama seperti pria itu. Banyak orang yang kemudian menertawakan penampilan aneh pria itu. Tak jarang ada anak kecil yang menangis ketika melihat penampilannya. Namun ia tak pernah menggubris apa yang orang lain katakan padanya. baginya hal semacam itu bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan.
Ini adalah keinginannya sendiri, tak pernah ada paksaan baginya untuk mengenakan kostum yang menurut sebagian orang adalah kostum yang buruk.
"Lihat pria bodoh itu, dia sangat aneh dan menyeramkan, setiap hari selalu berdiri di bawah lampu persimpangan taman menjajakan balon," ucap seorang anak kecil yang sedang melintas dengan beberapa temannya.
Terkadang pria itu mengeluarkan air mata namun tetap memberikan senyumnya yang lebar sembari tak melepaskan dot yang ia gigit. Ia selalu fokus terhadap sosok wanita yang ada dibalik kaca apartemen itu. Sesosok wanita yang memiliki tatapan mata kosong, yang sedang terduduk di atas kursinya mengarah pada pria itu.
Wanita itu terlihat tersenyum sedikit dengan tatapan penuh kehampaan. Dapat dipastikan ada sesuatu yang pernah terjadi diantara mereka.
"Apapun akan aku lakukan untuk kembali mengukir senyum di bibirmu Nancy, aku akan menebus semua kesalahanku di masa lalu yang menyebabkanmu menjadi seperti ini, kau adalah peri kebahagiaan yang aku miliki sampai kapan pun," ucap pria itu dalam hatinya, air matanya masih menetes karena menyaksikan sendiri sosok Nancy yang terlihat tersenyum ke arahnya walau pun tatapan matanya penuh kekosongan.
Memori di kepala pria yang bernama Adam itu seakan berputar kembali. Ia mengingat saat pertama mengenal Nancy. Seorang anak yang memiliki sifat periang serta kekanak-kanakan dan tak mudah bersedih, seorang wanita yang telah mengubah jalan pemikirannya, wanita hebat yang selalu ia banggakan.
Ingatan pria itu lalu kembali ke masa lalu, dimana kini terlihat dua orang anak yang memiliki usia sekitar 5 tahunan, sedang merebahkan diri di atas padang rumput yang luas saling berdekatan satu sama lain. Bermandikan cahaya senja di sore hari, serta semilir dan wangi angin yang membuat udara di sekitarnya terasa sejuk dan memiliki aroma yang khas.
Kedua anak kecil itu mulai menghirup wangi angin padang rumput yang khas di sebuah desa bernama Dunster.
"Nancy? Apa cita-citamu jika sudah besar nanti?" Ucap anak laki-laki yang kini mengarahkan telapak tangannya ke atas langit dan memandang setiap ruas jari-jarinya itu.
"Hmmm, kalau kamu sendiri?" Ucap Nancy yang malah membalikkan pertanyaan itu pada anak laki-laki yang baru saja bertanya padanya.
"Aku ingin menjadi pria hebat yang bisa terus tersenyum sepanjang hari tanpa memikirkan beban apapun," ucap anak laki-laki itu yang masih memperhatikan setiap ruas jari-jarinya.
"Hmmm, jika cita-citamu seperti itu, maka cita-citaku adalah ingin menikah denganmu," ucap Nancy yang sangat polos itu.
"Hahaha, kenapa kau ingin menikah denganku?" Tanya anak laki-laki itu.
"Karena aku selalu ingin bersama dengan orang yang selalu terlihat bahagi," ucap Nancy polos memberikan senyum.
Kedua anak itu kemudian terduduk saling memunggungi dan menempelkan kepala mereka untuk saling bersandar. Kedua tangannya mereka letakkan di atas padang rumput, untuk menopang tubuh agar tak kelelahan serta menselonjorkan kakinya.
"Nancy, kita ini kan masih anak-anak tahu, bahkan usia kita saja masih kalah jauh dengan bibi Jean, jika kamu membicarakan pernikahan, nanti bibi Jean akan marah tahu," ucap anak laki-laki itu sangat polos dan tersenyum.
"Hmmm, aku tak ingin seperti bibi Jean yang belum menikah, aku ingin menikah secepatnya," timpal Nancy sangat polos.
"Hahaha, kau selalu membuatku tertawa Nancy," ucap anak laki-laki itu.
Anak laki-laki itu bernama Adam, dia adalah teman masa kecil Nancy. Mereka berdua sangat akrab, bahkan ketika usia mereka masih 3 tahun, Adam selalu membela Nancy jika ada seseorang yang mengganggunya. Adam kecil adalah sosok yang sangat pemberani di mata Nancy kecil. Nancy merasa beruntung karena bisa mengenal sosok Adam.
Mereka selalu bermain bersama sepanjang waktu, itu karena jarak rumah mereka yang memang saling berhadapan. Baik orang tua Adam maupun orang tua Nancy, mereka selalu memperlakukan kedua bocah itu layaknya anak sendiri.
Ketika Nancy sakit, seketika Adam akan menjenguknya begitupun sebaliknya. Tingkah kedua bocah polos itu terkadang membuat kedua orang tua mereka tertawa karena tingkah lucu yang anak mereka lakukan.
Suatu hari kabar yang membuat keduanya menangis itu tiba. Adam dan Nancy yang saat itu masih berusia 5 tahun harus berpisah, karena orang tua Nancy harus pindah pekerjaan di kota London.
Momen itu menjadi momen yang sangat mengharukan bagi keduanya. Sebelum Nancy pergi, ia berpamitan dengan penuh haru antara keduanya.
Sore itu Adam hendak bermain kerumah Nancy, Adam biasa memanggil kedua orang tua Nancy dengan sebutan ayah dan ibu, karena memang kini dua keluarga itu seperti memiliki kedekatan yang sangat kental.
"Ayah kenapa berkemas? Dan barang-barang itu mau kau bawa kemana?" Tanya Adam begitu polos.
Kedua orang tua Nancy saling menatap, mereka merasa khawatir kata-katanya akan membuat Adam menangis.
"Besok kami akan jalan-jalan sebentar, kami harus menyiapkan segala kebutuhan dengan baik," ucap kedua orang tua Nancy, mereka menggunakan kata sehalus mungkin agar Adam tidak berpikir yang aneh.
Namun tiba-tiba pernyataan yang keluar dari mulut Nancy, membuat Adam sedikit khawatir.
"Bukankah kita akan pindah rumah ya ibu? Kita akan pergi dari sini," ucap Nancy.
"Eh kau jangan becanda Nancy, kenapa kau harus pergi? Nanti siapa yang akan menemaniku?" Ucap Adam.
Nancy kecil yang tak tahu apa-apa hanya bisa berkata seperti itu. Namun nampaknya Adam sedikit marah karena Nancy berusaha meninggalkannya.
"Aku tak mau melihatmu lagi Nancy, jika kau ingin pergi, pergi saja sana!" Adam terlihat marah dan meninggalkan Nancy yang kini nampak khawatir melihat Adam pergi.
"Memangnya siapa yang peduli," Adam berjalan seakan tak peduli, namun hal itu tak menutupi jika ia merasa kesal.
Keesokan harinya, Adam berusaha mengurung diri di kamarnya.
"Nyonya Margareth akan pindah hari ini juga?" Tanya Andrew orang tua Adam.
Kebetulan saat itu adalah hari libur, sehingga kedua orang tua mereka pun sempat berpamitan.
Nyonya Margareth dan tuan Nicholas adalah orang tua dari Nancy.
Nancy terlihat merengek dan tak ingin pergi dari rumahnya. Namun tak ada yang bisa ia lakukan, ia ingin bertemu dengan Adam untuk terakhir kalinya, namun Adam masih kecewa dan tak ingin menemui Nancy.
"Kami jadi merasa bersalah pada Adam," ucap Tuan Nicholas.
"Oh soal itu tak usah khawatir, anak-anak memang selalu seperti itu, sebentar lagi juga akan reda," ucap tuan Andrew.
Nancy masih terlihat menangis karena ingin bertemu Adam, nyonya Karina ibu kandung Adam sudah berusaha membujuk anaknya itu, namun tetap tak berhasil.
Tapi sesuatu terjadi, ketika Nancy akan memasuki mobilnya. Adam berlari keluar kamarnya dan berusaha menarik Nancy. Terlihat kini Adam mulai menangis dan merengek khas anak-anak.
"Kenapa kau pergi meninggalkan aku Nancy? Bukankah kau ingin menikah denganku?" Ucap Adam yang kini terlihat menangis, kedua tangannya memegang erat tangan Nancy.
Kedua orang tua mereka tak bisa melakukan apapun. Di sisi lain mereka tak tega melihat kedua anaknya itu terus menangis karena tak ingin berpisah.
"Ayah kenapa tega memisahkan kami berdua?" Ucap Adam terus merengek dan menangis.
Namun tetap tak bisa merubah keadaan, mereka hanyalah anak kecil berusia 5 tahun yang tak bisa melakukan apapun.
Akhirnya hari itu Nancy resmi meninggalkan kediamannya, mereka berpisah dengan meninggalkan tangis haru yang keluar dari kedua bola mata mereka.
Baik orang tua Nancy maupun Adam, mereka berusaha menenangkan suasana hati kudua putra putri mereka. Sepanjang perjalanan, Nancy tak pernah berhenti menatap kearah belakang melalui jendela mobil, berharap Adam akan mengejarnya.
Begitu pula dengan Adam, hari itu ia tak mau masuk rumah karena takut Nancy akan kembali lagi. Perpisahan keduanya cukup menguras air mata antara Nancy dan Adam.
.
.
.
PENGUMUMAN!!
Saya menentang plagiarisme, adapun n****+ yang saya tulis hanya ada di satu aplikasi di bawah naungan Stary LTD (Dreame, Innovel), jika pembaca menemukan cerita saya di platform lain atau diedarkan secara pdf, saya tegaskan itu adalah bentuk pembajakan dan saya menentang keras akan hal itu, dan segala bentuk penyalahgunaan hak cipta telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014, dan pelaku penyalahgunaan dapat dikenakan sanksi pidana dan ataupun denda sebesar Rp. 4.000.000.000,00. Kalian bisa baca karya saya hanya di platform Dreame/Innovel.