8. Mengalah Lagi

3727 Words
Setelah selesai absen dan menggantikan Tata baju, kami bergerak ke mall. Tata bergabung dengan kakak kembar dan Timmy. Jadi aku dan kak Non tetap semobil. Sampai di loby mall, sudah seperti rombongan keluarga president atau keluarga kerajaan. Bodyguards dengan cekatan berbagi tugas. Yang membuka pintu mobil, yang berjaga sampai membawa mobil keparkiran. Kak Non dan anak anaknya, sudah terbiasa dapat perlakuan seperti ini. Anak anakku juga, abang kembar santai menggandeng tangan eyang kakungnya. Mama Inge di rangkul Maura. Kimmy merangkul lengan Timmy yang menggendong Tata. Aku yang tidak terbiasa, walaupun aku sudah lama jadi bagian keluarga sultan ini. Aku tidak terbiasa dengan tatapan mata pengunjung lain. Jadi aku merangkul lengan kak Non, yang memang pantas sekali di sebut Kate Middleton ala ala. Aku sih tetap aja jelata. “Makan siang dulu ya!!” kata papa Prass memimpin rombongan. Yang lain mengangguk. “Non, gak masalahkan kalo bukan bakso?” tanya papa Prass lagi. “Gak pah, biar anak anak yang pilih, mau makan apa” jawab kak Non. Papa Prass mengangguk. Jadilah kami berakhir di restoran syabu syabu. Abang kembar yang minta, karena mereka suka main masak masakan. Lalu yang membuat rempong siapa lagi kalo bukan anak anakku. Sampai aku tidak enak. Tata merepotkan Timmy, abang kembar merepotkan Maura, walaupun kakak mereka terlihat santai dan sabar. Belum lagi pasukan bodyguards yang berdiri berjaga dan menolak makan. Hadeh…gini amat ya jadi orang kaya. “Kalian setelah ini, kalo mau ke salon, ke salon aja” kata papa Pras setelah kami selesai makan. “Papa mau apa?” tanyaku. “Ada Timmy yang bantu papa temanin anak anak main” jawabnya. Timmy tersenyum sambil mengangguk. “Kita main tembak tembakan sama balap mobil ya bang!!” seru Erdo. Timmy mengangguk dan Erdo bersorak. “Main basket bang!!” seru Barra. Timmy mengangguk lagi dan gantian Barra bersorak. “Gak apa tante Zia, aku juga butuh holiday” kata Timmy menjawab tatapanku. Kimmy tertawa. “Cie, abang suntuk ya kerja trus” ejek Kimmy. “Iya Yang, kamu ikut mama sama bunda aja ya” jawab Timmy sambil mengacak rambut Kimmy. Kimmy tertawa, aku yang baper. Manis banget pacaran mereka tuh. Persis bang Nino dengan kak Non. Timmy terus menerus mengingatkan Kimmy makan, atau Kimmy yang menyuapi Timmy makan, karena Timmy sibuk melayani kemauan Tata yang berdiri di kursi dan masak masakan. Tidak ada yang memperhatikan mereka, karena yang lain sibuk mendengarkan Maura yang akan kedatangan pacarnya yang pulang dari Amrik untuk liburan. Aku yang tidak melewati proses pacaran dengan suamiku yang membuatku senang kalo anak anak angkat ABG aku, cerita soal romansa cinta mereka. Kadang buat aku jadi baper kalo melihat mereka mesra mesraan. Bukan yang mengarah ke hal m***m ya, taukan yang cuma pegangan tangan, cara mereka komunikasi, atau cara mereka saling tatap, rasanya penuh cinta deh. Sesuai perintah papa Prass, kami berpisah. Aku, mama Inge, kak Non dan kakak kembar di kawal setengah lusin bodyguards bergerak menuju salon, sisa bodyguard dan dayang dayang anakku, bertahan dengan Timmy, papa Prass, dan anak anakku, pergi ke pusat mainan anak anak. “Bun, perawatan rambut aja yuk!!, creambath sama hair mask kayanya enak. Beberapa hari ini pusing sama kelakuan ayah sama papa” ajak Maura. Yang di sambut tawa kami lalu mengangguk. Tapi tidak bisa langsung perawatan, dan harus nunggu dulu, karena mama Inge mau kami duduk berderet, dan tidak boleh di pisah. “Mama bisa di tembak papamu, dan ayah kalian bakal ngomel, kalo kalian di lirik orang. Amannya kita duduk berderet” kata mama Inge. Kami tertawa lagi. Jadilah kami menunggu dulu. Baru setelah menunggu setengah jam, pesanan tempat kami tersedia. Seru sih, mama Inge walaupun sudah sepuh, tetap aja konyol. “Non, nanti pulang, anak mama gak akan lepas kamu keluar kamar ini mah” komen mama Inge. “Benar eyang, ayah gak bisa pisah lama sama bunda, pasti bunda di kurung di kamar” jawab Maura. “Ayah sih beda sama papa” komen Kimmy. “Mama bukan bunda kalian, yang sudah mandi papeda, jadi lengket trus” komenku. Kami terbahak. Padahal posisi kami sedang di keramas. “Kakung gitu gak uti?, kurung uti terus di kamar?” tanya Kimmy. Mama Inge berdecak. “Mana mungkin, kakung sudah sering ribut sakit pinggang, mana mungkin kurung uti di kamar” jawab mama Inge. Kami terbahak. “Kerjaan uti sama kakung cuma ngider ke rumah cucu, kaliankan tau sendiri” jawab mama Inge. Benar juga. Kerjaan mereka cuma itu setiap hari. Datang bergantian ke rumah anak anak, menengok cucu. Kalo mama Inge ada arisan, papa Prass temani. Kalo papa Prass ada ketemu teman temannya, ya mama Inge pasti ikut juga. Kalo papa Prass mancing atau golf, mama Inge baru di titip ke rumah salah satu anaknya. Lengket banget walau sudah sepuh. Selesai nyalon, mereka menurut pada permintaanku untuk melihat anak anakku yang sedang main. Cuma Tata yang bisa membuat Raja di Raja, masuk area mandi bola dan santai mengawasi Tata main. Tata berhenti main mandi bola waktu aku suruh berhenti. Sudah lama jugakan?, kasihan papa Prass. Timmy juga terlihat enjoy main dengan abang kembar. Abang kembar juga menurut berhenti main, saat aku suruh. “Mah belum mau pulangkan?” tanya Barra yang menurut aku buka kaos basahnya karena keringat. “Mau apa lagi, gak cape main sampai kuyub gini?” omelku. “Belum beli mainan mah!!” kata Erdo yang dibukakan baju oleh bundanya. Tata sih sudah merengek ganti baju, saat aku suruh berhenti main, dia sudah di urus kakak kembar di bantu susternya. “Nanti sama eyang, biar mama sama bunda” jawab papa Prass tepat aku dan kak Non selesai mengganti kaos mereka. Jagoan kembar bersorak. “Abang Timmy, kak Immy cantik gak abis salon sama bunda dan mama aku?” seru Tata setelah selesai ganti baju. Timmy tertawa sambil menatap Kimmy. “Eyang!!, tante!!, eng…aku boleh ajak Kimmy nonton gak?” tanya Timmy lalu meringis menatap kami. Kalo kami orang tua saling tatap, Maura yang tertawa. “Hm…pinter abang, jadi ini alasannya, abang mau ikut pas gue ajak?” ledek Maura. Kimmy sudah merona dan Timmy tertawa sambil mengusap tengkuknya dengan grogi. “Gak gitu Ra, kan eyang ajak abang juga. Mana mungkin nolak eyang” jawab Timmy. “Alasan!!” ejek Maura. “Ra…” rengek Kimmy dan kami jadi tertawa. Aku lirik kak Non. “Sana pergi sama pacarmu?, kapan lagi bisa nonton bioskop berduaan, ayah selalu suruh nonton bioskop di rumah” perintah kak Non. Kimmy merona lagi. “Benaran tante Noni?” tanya Timmy kentara sekali senang. Kak Non tertawa. Aku lihat mama Inge dan papa Prass juga tertawa. “Jangan sampai calon bunda mertuamu berubah pikiran” ledek papa Prass. Timmy tertawa. “Nonton aja ya!!, pulang sama kita lagi, biar calon ayah mertuamu gak tau, kita akan tutup mulut” mama Inge bersuara. Timmy tertawa lagi plus anggukan. “Siap eyang ti!. Ayo sayang!!, kita kencan!!” ajak Timmy mengulurkan tangannya pada Kimmy yang semakin merona. “Abang…malu…aku bilang jangan panggil sayang kalo depan orang…” rengek Kimmy tapi menerima uluran tangan Timmy. Kami tertawa mengikuti Timmy. “Kita pamit dulu eyang, tante!!” kata Timmy setelah menggenggam tangan Kimmy. Kami mengangguk. “Cie…cie…abang sama kakak pecongan….” ledek Tata. Kami jadi terbahak. “Hadeh dede niru mama Adis sama tante tayang tayang, kaya ngerti aja pecongan itu pacaran” keluh Maura. Kami tertawa lagi, tidak kedua jagoan kembar. “Bang Timmy!!, jagain ya kakak Immy aku!!” pesan Barra yang dekat dengan Kimmy. “Janji dulu bang!!, janji gentleman!!” seru Erdo galak. Timmy tertawa. “Janji abang kembar!!, pamit ya semua!!” kata Timmy setelah mengacak rambut kembar jagoan. Kami mengangguk. Anak anakku langsung sibuk merengek ke toko mainan pada eyang kakungnya. Maura merengek shopping karena pacarnya mau pulang. Aku jadi berkesempatan mengawasi Timmy dan Kimmy. Saat semakin menjauh, Kimmy ganti merangkul pinggang Timmy dan Timmy merangkul bahu Kimmy, dan bukan pegangan tangan saja. Baperkan aku?. Manis banget mereka tuh. Kimmynya manja, Timmynya penyayang. Beda dengan Maura dan pacarnya. Maura itu agak galak dan cerewet, untung pacarnya bucin, dan penurut sekali. Tapi tetap aja manis gaya pacaran anak anak bang Nino dan kak Non. “Mah ayo!!, bantu kakak cari gaun baru, Biyan mau ngajak kakak dinner” rengek Maura. Aku mengangguk. “Aku ikut kakak Ara, aku gak mau beli mainan, nanti mainan aku meninggoy” rengek Tata. Kami tertawa. “Ya sudah, uti temenin kakung sama abang kembar. Bunda sama mama aja ya temenin Ara, kasihan kakung” kata mama Inge. “Hm…alasan lagi uti” ledek Maura. Papa Prass tertawa. “Sudah jalan, nanti keburu absen asar, nanti masing masing aja ya, takut malah gak absen karena tunggu tungguan” kata papa Prass. Kami mengangguk. Berpisahlah kami, Tata ceria bergandengan tangan dengan Maura. Yang mau pergi dinner siapa, yang repot siapa. Aku dan kak Non yang jadi sibuk cari baju untuk Maura. Dianya justru sibuk dengan kemauan Tata, mulai dari es cream, jajanan di mall atau mampir ke toko accecoris. “Kak, malah mama sama bunda yang cari, kamu gak punya pilihan sendiri?” tegurku. Dia tertawa sambil makan es cream seperti Tata. “Bunda tau seleraku, dan aku selalu suka pilihan bunda. Di tambah mama Zia yang tukang baju, duet maut sih, jadi buat apa aku repot. Lagian ngapain milih, ayah gak akan keberatan bunda habisin duit ayah buat beli yang aku mau. Betul begitu kanjeng ratu Noni bule?” ejek Maura pada kak Non. Aku jadi ikutan tertawa seperti kak Non. “Papa aku juga!!” seru Tata menyela dengan mulut belepotan es cream. “Oya?” ejekku. “Iya mama President!!, papa bilang, papa kerja sampai ke arab, cari duit buat kita” jawab Tata. Kami jadi terbahak lagi. Beneran anak sultan, santai aja ngemut es atau jajan, emak ratu yang pening. Eh lebih tepatnya emak president. Emak ratu mah santai, kalo dia suka semua, tinggal panggil SPG toko untuk bawa ke meja kasir lalu di bayar hampir di semua butik pakaian yang kami masuki. “Bagus nih buat Tata!!” serunya. Atau. “Bagus nih buat abang kembar” jawabnya pada setelan jas anak anak yang lucu. Aku tertawa. “Biar gue yang bayar kak Non!!” kataku tak enak. Dia tersenyum dan membiarkan aku membayar baju anak anakku pilihannya. Maura bertahan dengan kesibukannya dengan Tata. Kalo ada anak perawan cantik yang tidak perduli dengan sekeliling yang menatapnya karena cantik, cuma anak anak perawan keluargaku. Mereka selalu focus pada kelakuan anak anakku. “Gak De!!, jelek, yang lain aja” tolaknya saat Tata menjajal tas boneka. “Masa kak?” tanya Tata. “Beli tas lain aja, tas boneka terus” tolak Maura. Tata diam tapi lalu tersenyum. “Baeklah, aku cantik jadi aku nurut sama kakak” seru Tata. Maura tertawa lalu mereka sibuk mencari tas yang cocok untuk Tata. Maura benar, tas Tata sudah boneka terus, sampai banyak banget. Aku kadang lupa ada berapa banyak. Waktu Tata ribut mau pipis, Maura juga yang repot menggendong Tata. “MAS!!, jagain bunda sama mama saya!!, sisanya sama suster, ikut saya ke toilet!!’ perintah Maura anggun layaknya ratu. Kalo aku menggeleng melihat kelakuannya yang santai berceloteh dengan Tata di ekori tiga bodyguards dan suster Tata, kak Non lebih santai lagi, melanjutkan kegiatan shoppingnya. “Bun!!, absen dulu yuk!!” ajak Maura setelah kembali. “Waduh lupa, ayo Kez!!, kesenangan dunia kadang buat lupa” seru kak Non berhenti. Tuh Ratu yang ngomong, persis Sultan yang pasti berhenti dari semua kegiatan untuk absen. Aku hanya mengekor mereka. Tata juga riang lagi. Kami absen di mussola mall, yang ada di beberapa lantai mall. Aku menatap handphoneku setelah selesai absen. “Nino juga gak cari cari” keluh kak Non menatap handphonenya juga. “Ngambek kayanya!!” cetusku tertawa. Kak Non tertawa. “Ayo ah bun, mah!!” jeda Maura melipat mukenanya lalu membantu Tata lepas mukenanya juga. Aku dan kak Non menurut. Aku yang jadi deg degan suamiku beneran ngambek. Mau aku hubungi, kak Non tidak berusaha hubungi bang Nino. Jadi aku abaikan, walaupun aku jadi tidak tenang. “Ra…kamu belum butuh lingerie…” tegurku karena Maura melenggang masuk store khusus lingerie dan pakaian dalam branded. Dia tertawa. “Beli senjata buat rayu ayah sama papa, ayo!!, beli yang banyak buat stok, kan ayah sama papa kompak suka robek lingerie bunda sama mama” ledeknya. Aku dan kak Non tertawa lalu menyusul Maura masuk store. Gak usah khawatir, tas belanjaan kami sudah di bawa bodyguards ke mobil, sisanya bertahan menjaga kami. “Kak?, mereka pening gak sih kita ajak berenang di lautan k****t?” bisikku karena melihat para bodyguards yang anteng berjaga dengan waspada. Kak Non ngakak. “Pea sih Neng?” komennya. Aku cengar cengir. “Elo tau gak, kadang gue mikir kaya orang gila tau gak sih?” kata kak Non lagi. “Kok bisa?” tanyaku sambil melihat deretan lingerie lucu. “Kita serius banget pilih pilih lingerie, eh pas kita pake, malah di sobek!, harusnya mending gak usah pake kan ya?” jawabnya. Aku tertawa. “Laki elo nularin sakit jiwanya sama laki gue” kataku. Dia ngakak lagi. “Udah gitu, ya kali gue ABG atau mamud, lah gue udah menjelang omah omah, kadang risih pakai baju nerawang, mulai rematik gue Neng” katanya lagi. Gantian aku yang ngakak. “Mah, bun!!, ayo buruan pilih, yang lain udah tunggu di restoran bakso, udah mau magrib” jeda Maura. “Tau mama sama bunda, tawa terus, ayo buruan, mesti absen, ayah bilang mesti bilang makasih, supaya kartu mama sama bunda bisa di gesek trus sama Allah” omel Tata. Maura ngakak lalu menciumi pipi embul Tata yang cemberut. Aku dan kak Non cengar cengir lalu membayar lingerie lingerie yang kami pilih untuk merayu sultan kampret dan president PEA. Setelah itu kami bergegas menyusul yang lain. Semua sudah kumpul di restoran bakso favorit kakak Non dan memakan hampir setengah resto. Kerjaan siapa lagi kalo bukan raja yang di pertuan agung. Orangnya santai banget makan mie ayam sambil berdebat dengan ibu suri. Abang kembar sudah sibuk main mobil remote, itu yang membuat butuh tempat lega untuk mereka main mobilan. Timmy sibuk juga di suapi Kimmy makan mie ayam karena mengawasi anakku. Selesai juga acara kencan mereka. “EYANG!!!, ORANG CANTIK DATANG!!!” jerit Tata berlarian melepaskan cekalan tanganku. Mereka tertawa menyambut Tata. Sibuklah dengan Tata. “Tante cape Tim…” rengek kak Non. Timmy bangkit memberikan tempat duduk lalu memanggil pelayan resto. “Bakso kaya biasakan tante?” tanya Timmy. Kak Non mengangguk lalu mengganggu Kimmy makan. “Mama Zia, sama Ara mau apa?” tanya Timmy padaku dan Maura yang ikutan duduk. “Abang. aku mie ayam!!” seru Tata memesan. Timmy mengangguk sambil tertawa. “Kembar jagoan udah makan?” tanyaku. “Udah Kez, udah duluan, sampe dua mangkok, kelaperan mereka setelah cape main” lapor mama Inge. Aku tertawa lalu mengikuti Maura memesan bakso juga. “Bun…sambel sama cukanya di ayak, jangan mentang mentang gak ada ayah” omel Maura. Kak Non tertawa. “Bunda udah mau 50 tahun, masa masih makan bakso rasa bayi” keluh kak Non. Maura menghela nafas. “STOP BUN!!” cegah Kimmy yang duduk di sebelah kakak Non merebut cuka dari tangan bundanya. Kak Non cengar cengir. “Bunda kasih kamu kencan sama pacarmu, kirain kamu longgar juga sama bunda” jawab kak Non mulai makan. Kimmy memutar matanya. “Abang masih mau gak mie ayamnya?” tegur Kimmy pada pacarnya. “Kenyang Yang, tadi abisin popcorn kamu” jawabnya. Bukan senang Kimmy cemberut. “Ngapa lo?” tanya Maura sambil makan. “Sayang mulu, malu tau” keluhnya. Timmy tertawa. “Emang aku sayang kamu” jawab Timmy santai. Kami tertawa melihat Kimmy cemberut. “Bersyukur bisa sayang sayangan!!, lah gue mesti nahan rindu” keluh Maura. Kimmy jadi tertawa. “Cie cie yang mau melepas rindu” ejeknya gantian. Maura tertawa. “Biyan libur Ra?” tanya Timmy. Dan orang tua sudah tidak perduli dengan obrolan anak muda. “Mingggu depan balik, paling dua minggu, mesti selesaikan skripsi sambil magang di kantor kakung di Amrik, gitukan eyang?” tanya Maura pada papa Prass. “Yah…biar cepat selesai terus pulang, kakung pening, dengar kamu ngomel, persis mommy Biyan” jawab papa Prass. Maura tertawa lagi. Lalu kami selesaikan makan kami. “Kita cari masjid aja buat absen, gak enak pisah pisah” perintah papa Prass setelah selesai makan. Sudah pasti semua menurut titah yang di pertuan agung. Timmy yang menggendong Tata lagi dengan Kimmy merangkul lengannya. Maura merangkul mama Inge, papa Prass di kawal dua jagoan kembar. Aku dengan kak Non lagi. Terjeda di loby karena menunggu mobil, dan jadi menarik perhatian pengunjung lain lagi. Susah deh keluarga kerajaan sama president. Holiday ke mall aja, di jaga ketat. Cuma masjid yang membuat kami berbaur dengan yang lain. Dari mulai wudhu sampai absen jamaah tepat azan magrib datang. Kerennya anak anakku, bertahan duduk anteng di masjid, karena yang di pertuan agung mau kami bertahan sampai tiba absen Isya sambil melepas lelah. Setelah absen Isya baru bergerak pulang, papa Prass dan mama Inge berpisah. “Telpon eyang kalo papa dan ayah kalian ngamuk!!’ perintah papa Prass. “SIAP!! BIG BOSS!!” cetus Maura yang memang otak di balik penyelamatan hukuman abang kembar. Kedua orang tua itu terbahak lalu masuk mobil setelah kami bergantian cium tangan dan memeluk mereka. Kami juga beranjak pulang, dengan anak anakku minta di mobil kakak dan abangnya. Justru membuatku jadi deg degan pulang. Soalnya suamiku tidak mencari kami, begitu juga bang Nino. “Ayah di rumah papa” kata Maura begitu tiba di rumahku. “Kalo ngambek gimana?” tanyaku. Kakak kembar tertawa. “Serahin sama kita mah!!, ayo bang kembar, dede juga” kata Maura. Anak anakku mengangguk, aku tidak tau rencana Maura apa lagi. “Aku pamit ya tante, untuk mengurangi omelan om Nino” pamit Timmy. Aku dan kak Non mengangguk. “Hati hati ya nak!!” pesan kak Non setelah Timmy mencium tangan kami berdua. Santai aja Timmy masuk mobil dan hanya mengacak rambut Kimmy yang bertahan memegang tangan Barra. “Yuk!!, kita beraksi!!” ajak Kimmy. Aku dan kak Non tertawa lalu mengekor tidak mengerti dengan rencana anak anak, walaupun aku dan kak Non melihat bungkusan makanan yang di bawa kakak Kimmy. “ASALAMUALAIKUM!!!” jerit anak anak kompak begitu menemukan ayah dan papanya sedang main catur di ruang tengah rumah. “WALAIKUM SALAM” jawab mereka kompak lalu menoleh. “Ayah…papa…kita pulang…” sapa Maura. Mereka sok drama banget melanjutkan main catur. “Trus?’” jawab suamiku malas. “Emang ada yang ngomong Ren?” tanya bang Nino sadis. Kami tertawa. “Ayah…kita gede loh, masa gak kelihatan” rayu Kimmy. Baru mereka menoleh lagi. “Udah absen belum?” tegur bang Nino. Kami kompak mengangguk. “Itu sih, gak kasih kabar, jalan sama big boss, gak di beliin quota?” ejek suamiku. Kami jadi ngakak. “Ino…” rengek kak Non. “Papa Dodo…” rengekku. Mereka menoleh lagi sekilas lalu main catur lagi. “Gak mempan di rayu” cetus bang Nino. “Dodo di embargo, kayanya lupa” jawab suamiku. Aku dan kak Non kompak ngakak. “Ayah sama papa udah makan belum?” tanya Barra. “Belum!!” jawab bang Nino di angguki suamiku tanpa menoleh. “Kita beliin ayah burger gede, trus beliin papa roti abon yang gak kempes, mau gak?” tanya Erdo sambil mengacungkan bungkusan makanan favorit ayah dan papanya. “Gak terima suap!!” tolak suamiku kali ini. Anak anak cekikikan. Aku dan kak Non sudah ngakak lagi. “Roti abonnya maksyuss” desis Barra. “Burgernya klenger” desis Erdo. “MEMBAGONGKAN YAH!!, PAH!!” jerit Tata. Dan buyarlah drama ngambek papa dan ayahnya, karena mereka kompak ngakak mengikuti kami karena celoteh Tata. Serentak anak anak menerjang papa dan ayahnya dengan pelukan dan ciuman sampai mereka berdua kewalahan. “Udah ah!!l laper!!” jeda bang Nino. “Papa juga, jadi gak nafsu makan, gak ada kalian” kata suamiku yang dapat pelukan Kimmy dan Maura. “MAKAN!!!” seru anak anak kompak melayani papa dan ayahnya. Aku dan kak Non kompak juga menghela nafas lega lalu bergabung duduk dan hanya mengawasi gimana anak anak berceloteh riang tentang acara holiday mereka hari ini. “Pah…aku ngantuk…” rengek Tata. Abang kembar juga sudah bersandar di sofa karena lelah main. “Aku juga yah…cape…” rengek Kimmy lalu bersandar di bahu suamiku, karena Tata di pangku bang Nino. Kompak dong suamiku dan bang Nino menghela nafas. “Bagian gak enak aja, baru papa sama ayah” keluh bang Nino bangkit dan mengoper Tata pada suamiku yang bangkit juga. Anak anak tertawa pelan. “BERISIK!!” omel ratu Rania. Kompak semua mingkem dan Tata memeluk leher papanya, lalu bersandar di bahunya. “Non ayo pulang!!, cape kamu?” tegur bang Nino. Kak Non bangkit dengan lesu. “Ngantuk Ino…” rengek kak Non juga. “Aku udah bilang sayang belum sih hari ini?” tanya bang Nino sambil menggenggam tangan kak Non. Kak Non tertawa pelan. “Udah dari aku bangun tidur, aku yang belum!!” jawab kak Non. “WAIT!!” jeda dua gadis perawan bangkit memisahkan bunda dan ayahnya. “Di kamar aja, aku ngantuk!!” omel Maura lalu merangkul lengan bundanya beranjak. “Ayo Yah, dede ngantuk” rengek Kimmy merangkul lengan ayahnya. Berlalulah keluarga sultan pulang ke rumah sebelah. “Urus ratuku, aku urus jagoan!!” perintah suamiku. Aku langsung mengambil alih Tata. Beriringan kami ke kamar anak anak, yang letaknya sebelahan. “Hukuman abang kembar di cabut, berarti embargo Dodo juga di cabut!!, tunggu aku di kamar, aku urus anak anak dulu!!, jangan pake baju!!” perintahnya berbisik begitu abang kembar masuk kamar mereka. Aku mereguk ludahku. Alamat aku di ganyang ini sih, Dodo di embargo dua hari, energinya pasti dashyat, dan pasti ngerock. “PAH!!!’ panggil abang kembar dan suamiku buru buru menyusul. Aku menghela nafas, anak anak sudah ngantuk maksimal, berarti aku cuma punya waktu paling lama setengah jam setelah mengurus ratu Rania. Mendadak aku berharap anak anak lama tidur supaya aku punya lebih banyak waktu istirahat sebelum di ganyang papa Dodo.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD