Part 1
Disebuah apartemen dikawasan ibu kota, tepatnya dikamar yang ditempati seorang anak SMA yang sedang mengadakan pesta ulang tahunnya. Tidak seperti pesta ulang tahun pada umumnya yang ikut mengundang para orang tua, pesta ini hanya dihadiri teman-teman sekolahnya. Musik diputar dengan sangat keras hingga dapat memekakkan telinga, orang-orang hilir mudik guna mencicipi hidangan yang disediakan oleh si pemilik pesta.
Disebuah meja, seorang cowok tengah duduk sendirian dengan segelas cocktail ditangannya. Tiba-tiba seorang pria seusia cowok itu datang menghampiri dan menepuk pundaknya membuat ia menoleh kearah si pelaku.
"Sendirian aja Lo, tumben." ucap cowok yang menepuk pundaknya tadi, "si Nayla mana?" tanyanya kemudian
"Mana ketehe, gue bukan emaknya btw." ucap cowok itu sewot
"Biasa aja kali, orang cuma nanya juga."
"Gak usah nanya-nanya bikin mumet."
"Dih, gue tebak Lo pasti habis diomelin sama nyokap Lo, iya kan?"
"Sok tau Lo." sinisnya
"Ck, gue kenal Lo bukan setahun dua tahun, dari pas buatnya gue udah kenal ama Lo."
"Anak gadis siapa lagi nih yang Lo bikin patah hati?" tanya cowok itu sembari meneguk minumannya
"Anak gadis tetangga, puas Lo!" balas cowok itu ngegas yang dibalas kekehan geli dari temannya
***
Saat ini tiga orang polisi sedang berdiri didepan sebuah pintu apartemen, dari luar mereka dapat mendengar suara musik. Pantas banyak tetangga yang mengeluh. Tanpa ba-bi-bu ketiganya langsung masuk, dan salah satu dari mereka mematikan musik tersebut yang membuat suasana seketika hening, tak berapa lama kemudian terdengar suara ricuh anak-anak SMA tersebut yang berusaha melarikan diri.
"Kalian berdua amankan bocah-bocah itu." ucap seorang pria berwajah cantik tetapi tegas yang diketahui komandan dari dua orang lainnya
"Siap, Ndan." keduanya langsung berpencar guna mengamankan anak-anak SMA itu
Setelah anak buahnya pergi dia melangkahkan kakinya menyusuri tempat itu guna mencari seseorang. Langkahnya berhenti didepan sebuah meja pantry yang berjarak lima meter darinya, mengamati seseorang guna memastikan bahwa itu adalah orang yang dicari.
Dia mendekat, orang itu menyadari kehadirannya sontak membulatkan matanya dan langsung berlari menghindarinya.
Tak tinggal diam dia langsung mengejar targetnya itu, mereka sudah seperti kucing dan tikus. Lama bermain kucing-kucingan akhirnya mereka sampai di balkon
"Gak usah kabur-kaburan lagi kamu, sini!" ucapnya memerintah
"Gak mau." ucap orang itu memegang erat pembatas balkon
"Sini gak? Atau saya samperin?" ucapnya ingin melangkah
"Heh! Awas aja ya, gue lompat nih." ancam orang itu
"Yaudah lompat." ucapnya santai yang membuat orang itu melototkan matanya. "Ndak usah batingkah, siko capek!"
"Gak mau, ish..."
"Adek, sini!" ucapnya sekali lagi dengan nada tegas yang lagi-lagi dibalas gelengan kepala dari orang itu
"Leodra Triputra Sadewa! Sini, kamu gak bakalan di apa-apain."
"Berapa kali gue bilang? Gue gak mau, Lembayung Regatta Sadewa." balas bocah yang di panggil Leodra itu
"Kamu itu bebal banget, mamih dirumah udah misuh-misuh karna anak bontotnya gak pulang. Ayo pulang!" sungut Bayu kakak dari bocah sembleng itu
"Terus ntar bapak Lo ngebanding-bandingin gue ama anak tetangga? Cuih, iya kalau anaknya cowok gue masih terima lah ini cewek, mana ceweknya musuh bebuyutan gue lagi. Ada ahlak bapak Lo begitu?" ucap Leodra jengkel
"Heh mulut mu minta dihajar ya, bapakku bapakmu juga ya ADEK Leo." ucap Bayu menekan kata adek
"A'a! Panggil pake a'a." ucap Leo sebal
"Gak ada, a'a sebutan buat orang yang udah gede."
"Gue dah gede."
"Badan doang yang gede otak kagak, skip." ucap Bayu menohok
"Awas Lo, gue aduin a' Langit Lo, liat aja."
"Gak takut tuh." ejek Bayu, "ck, bacot! Sini kamu, jangan ngedrama lagi." Bayu berjalan mendekati adiknya itu dan dengan refleks Leo langsung memanjat pembatas balkon, "gue lompat nih?" ancamnya
"Yaudah lompat." ucap Bayu santai karna dia tau adiknya itu tidak akan berani karna dia takut ketinggian.
Leo menatap kebawah dengan gamang
Kalau gue lompat bakalan mati kagak ya? Batinnya
Saat Leo tengah lengah, Bayu langsung mendekat tetapi Leo menyadari bahwa Bayu mendekat dengan refleks langsung melepaskan pegangannya.
"ANJING!" umpat Leo, dengan cepat Bayu ingin meraih tangan adiknya itu tetapi terlambat, Bayu terpaku menatap adiknya yang jatuh
"AAA!!!! BAYU AWAS LO! KALAU GUE MATI LO ORANG PERTAMA YANG GUE GENTAYANGIN!" teriak Leo dan
Byur
Suara benda terjatuh ke air kolam terdengar jelas menarik perhatian orang-orang, Leo jatuh ke kolam renang dan kepalanya terbentur dasar kolam
"Mae.. maafin Leo ya karna gak pernah dengerin omongan mamih, kalau Leo udah gak ada mamih jangan sedih. Terus bilang sama suami mamih anak bontotnya yang nakal udah gak ada, Leo ridho kok kalau mami sama papi bikin anak lagi. Gak papa demi Alek." batin Leo
"Jadi gini aja nih? Sialan si Bayu."
"Tuhan. Gue gak mau mati, tapi kalau masuk surga gak papa."
"Pokoknya gue gak mau mati, ntar gak ada anak bontot mamih lagi, gue gak ridho kalau si Bayu jadi anak bontot."
Setelah berperang dengan batinnya Leo kehilangan kesadarannya bertepatan dengan tubuhnya yang diangkat naik kepermukaan.
***
Leodra membuka matanya karna terusik dengan sinar matahari yang masuk lewat jendela. Leodra meringis memegangi kepalanya yang berdenyut
"Gue udah mati?" monolognya, memilih duduk dan mengamati sekelilingnya
"Ini dimana? Ini bukan kamar gue."
"Oh, gue tau pasti gue lagi dirumah sakit dengan ruangan VVIP." ucapnya berusaha berpikir positif
Leodra merasa ada yang tidak beres dengan badannya, dia mengamati tangannya. "Lentik bat nih jari gue, masa cuma gegara jatuh dari lantai 15 jari gue jadi lentik gini?"
Lagi Leodra mengamati badannya yang sedang memakai daster warna putih
"Anjing! Pasti kerjaan si Bayu nih. Awas Lo Bayu!" Leodra bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu
Saat melewati cermin full body Leodra berhenti dan memundurkan langkahnya guna menatap pantulan dirinya di cermin.
Dicermin dia melihat seorang gadis dengan rambut putih sepunggung dan kulit seputih salju dengan daster putih yang melekat ditubuhnya. Spontan Leodra menangkup dadanya meremasnya pelan, dia melototkan matanya kaget berusaha berpikir positif dia memegang sesuatu dibawah perutnya dan lagi lagi dia terkejod
"AAA!!!!"
"Lo siapa anjing!" umpatnya, "gak mungkin itu gue. Gak, gak mungkin!" paniknya
Leodra meraba wajahnya, terasa lembut dan halus.
"SIALAN! BAYU! INI SEMUA GEGARA LO! BALIKIN o***g GUE, LEMBAYUNG!"
Brakk
Pintu kamar dibuka kasar membuat Leodra menoleh, dan mendapati dua orang pelayan tengah berdiri sembari menatap khawatir kearahnya.
"Nona, nona sudah sadar?" ucap salah satu dari mereka, Leodra menghiraukan ucapan pelayan itu dan kembali menatap kearah cermin
"Heh, sini Lo." ucapnya kepada pelayan itu, dengan ragu kedua pelayan itu mendekatinya
"Ada apa nona?"
"Lo liat tuh," ucap Leodra menunjuk kearah cermin. "Itu beneran gue?" Kedua pelayan itu mengangguk bersamaan
Seketika Leodra langsung terduduk tak berdaya seolah kehilangan jiwanya.
Lama dia meratapi nasibnya beberapa saat kemudian dia mendongak menatap kedua pelayan itu yang juga tengah menatapnya khawatir.
"Nama kalian siapa?" ucapnya
"Ya?"
"Ck, nama kalian berdua siapa?"
Walau nampak terkejut kedua pelayan itu pun mengatakan namanya, "saya Mery nona, saya yang mengasuh nona dari kecil." ucap pelayan yang diperkirakan umurnya 30-an
"Saya Aisha nona." jawab yang satunya. Leodra mengangguk mengerti
"Terus nama gue siapa?"
"Nona tidak ingat dengan nama nona?" tanya Mery yang dijawab gelengan oleh Leodra
Aisha menatap Leodra dengan berkaca-kaca, "hiks...hiks... Kenapa ini terjadi kepada nona kami tuhan." isaknya
"Heh heh! gosah nangis gue gak papa kok. Gue gak suka liat cewek cantik nangis, nyesek bor."
"Nama nona, Elisa Arkandina Maladewa. Anak bungsu mama Silvana Verenich dan papa Elbara Maladewa, punya dua kakak cowok yang pertama Evgen Raffael Maladewa dan yang kedua Shura Gennadius Maladewa." jelas Mery
Leodra hanya mengangguk paham, walau kenyataanya dia tak paham biasa lah waktu dia loncat ke kolam renang otaknya tercecer entah kemana
"Terus terus, gue tidur udah berapa lama?" tanya Leodra eh sekarang Elisa
"Tidur? Daripada tidur nona bisa dibilang koma." ucap Aisha
"Berapa lama?"
"Satu Minggu." jawab keduanya yang membuat Elisa menatap horor
"Gila, moga aja raga gue kagak membusuk, amin." gumam Elisa
"Terus terus kok gue bisa koma?" tanya Elisa, kedua pelayan itu hanya diam sembari menunduk.
"Woy. Jawab dong ah elah."
"N-nona hiks... Nona terjatuh ke kolam hiks... Dan.. dan saat kami datang nona sudah mengambang hueee...." Aisha kembali terisak
"Btw gue dah kek taik dah pake ngambang segala." gumam cow–cewek itu dalam ginjal
"Ck, jangan nangis gue bilang. Sekarang Lo berdua keluar dulu deh gue mau bersih-bersih." ucap Elisa akhirnya.
"Apa ada yang sakit nona?" tanya Mery yang dijawab gelengan oleh Elisa
"Kalau begitu kami keluar dulu, nanti akan saya penggilkan dokter untuk memeriksa keadaan nona." ucap Mery lagi dan diangguki oleh Elisa
Kedua pelayan itupun keluar dari kamar menyisakan Elisa yang sedang berpikir, "berarti pas gue jatuh doi juga ikut jatuh? Berarti kalau gue jatuh ke kolam lagi jiwa gue bisa balik lagi dong? Yehet! Akhirnya ya Tuhan. Cerdas juga gue, ah.. Mae tunggu anak bontot mu ini pulang." ucapnya girang
***