“Pffft …!” Malini menyemburkan sup yang baru ia cicipi. “Apa-apaan, ini? Kamu mau ngeracunin saya?” omelnya pada Arina yang langsung menatapnya dengan takut. Wajah wanita pilihan anaknya itu langsung pucat pasi. Arina sampai gemetaran sekaligus sibuk menelan ludah. Ia dapati, Sanya yang kemudian buru-buru meraih sendok dari wadah yang ada di tengah-tengah meja makan kebersamaan mereka. Sanya segera mencicipi sup yang sudah Arina siapkan dalam mangkuk khusus untuk Malini. Dan setelah membuat Arina semakin harap-harap cemas, Sanya yang memiliki paras lemah-lembut, langsung tersenyum tulus. “Cuma sedikit keasinan, kok, Tan.” Sanya menatap Malini yang masih dikuasai rasa kesal bahkan emosi, dengan tatapan yang begitu tulus sekaligus sarat perhatian. “Arina sudah banyak belajar,” ucapnya seng