Tak butuh waktu lama Aira segera terlelap dalam mimpi indahnya. Berbeda dengan Deanova yang justru gelisah tak menentu, pikirannya hanya terfokus pada gadis pujaannya yang sudah terlelap di kamar. Deanova mengubah posisinya menjadi duduk sembari kedua tangannya meraup wajah. Hembusan nafas kasar terdengar keras sebelum Deanova bangkit dari duduknya lalu perlahan berjalan ke arah kamarnya. Klek, pintu terbuka. Dalam keremangan Deanova masih bisa melihat dengan jelas wajah cantik Aira yang sedang terlelap. Perlahan ia mendekati ranjang lalu masuk ke dalam selimut. Kini kedua netranya menelisik wajah cantik di hadapannya, tangannya terulur menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah Aira. Deanova masih tak menyangka gadis manja yang ia cintai itu kini berada di sisinya, tiba-tiba