Chapter 18

1794 Words

"Tentu saja tidak Sayang," balas Deanova yang seketika membuat Aira membuang pandangannya ke arah lain. Hatinya perih seperti tersayat sembilu. Indahnya jatuh cinta seketika melebur menjadi sakit tak terperi. Patah hati. Melihat ekspresi wajah Aira yang mendadak kelam, Deanova tergelak, betapa menyenangkannya menjaili gadis yang berada dalam pelukannya itu. Merasakan pergerakan tubuh Aira yang mencoba mengurai pelukan mereka Deanova segera mendekapnya semakin erat. "Nidya adalah satu-satu wanita yang kucintai selama ini," ucap Deanova lirih. Ia ingin mengatakan dengan jujur tentang semua masa lalunya agar tidak ada salah faham di kemudian hari. Deanova merasakan tubuh Aira yang menegang sebelum melanjutkan ceritanya. "Aku mengenalnya tanpa sengaja di sebuah puskesmas kecil di kota Samar

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD