Tiba - tiba Kenneth menghentikan ciumannya, ia menatap wajah Valencia. Ia bimbang apa yang harus ia lakukan, di satu sisi ia ingin melepaskan gairahnya yang sudah tak tertahankan di lubang surgawi wanita itu, tapi ia ragu. Kenneth segera beranjak dari ranjang, pandangan matanya yang tadi bernapsu berganti dengan amarah. Ia keluar dari kamar Valencia, ia sangat kesal pada dirinya sendiri, kenapa begitu bodohnya terlena oleh kecantikan wajah gadis itu. “Kenapa aku bisa tergoda pada gadis itu!” ujarnya emosi sendiri. “Aku tak boleh tergoda pada dia! Dia pembunuh anakku. Aku harus menyakitinya.” Kenneth hanya bisa diam di dalam kamarnya, menikmati malam yang sunyi di Villa Violet. Villa yang dulu banyak menyimpan kenangannya dengan Vianna. Ia teringat kenangan - kenangan indahnya dulu saa