Bab 8. (Bayangan Hitam Misterius di Rumah Varel)

1117 Words
Selesai minum, barulah Zacky bersuara.Merespons perkataan dari sahabatnya itu. "Tadinya, gue engga mau komen. Tapi karena dituduh mau komen. Ya, gue komen aja deh," Zacky kembali terdiam, sambil menatap Varel yang mulai makan dengan lahapnya. Tanpa mempedulikan keadaan sekitarnya. "Buset deh, makannya banyak amat!?" seru Zacky, dengan memasang wajah penuh keterkejutan. Dengan mata yang melotot ke arah Varel. Seperti seseorang yang sedang melihat segunung berlian. "Namanya juga Kang Makan. Jadi makannya banyak dong," jawab Varel dengan santainya. Dengan segala rasa percaya dirinya itu. Zacky tak menghiraukan perkataan dari Varel. Ia lalu mengambil ponselnya dari dalam saku celananya. Dan tanpa sepengetahuan Varel, Zacky pun melakukan live di f*******:. Dengan arah kamera belakang ke arah Varel yang sedang makan dengan lahapnya. "Lo, memang engga takut gendut? Makan sebanyak ini?" tanya Zacky, sambil dirinya tersenyum di dalam hatinya. Jika sedang mengerjai Varel. Live di f*******:. "Tenang, setiap malam sebelum tidur. Gue selalu minum obat pelangsing. Jadi biar pun gue makan sebanyak apa pun. Gue engga bakal gendut," tutur Varel, dengan suara yang tak jelas. Karena sambil makan. "Tapi, cuma gemuk doang ya?" tanya Zacky mulai tersenyum-senyum, karena ada yang mulai berkomentar di siaran langsung itu. "Bukan gemuk tapi montok ...," jawab Varel, lalu bersendawa. Tanpa malu sama sekali terhadap orang-orang yang ada di tempat makan itu. Zacky terus tersenyum-senyum sendiri. Hingga Varel pun menjadi curiga dibuatnya. "Lo sebenarnya ngepain sih, Ky. Senyum-senyum sendiri, engga jelas gitu?" tanya Varel, setelah mengakhiri makannya. Zacky pun menghentikan senyumnya. Lalu menghadapkan layar ponselnya ke arah Varel. Yang telah ia ubah mode kameranya, ke mode kamera depan. "Lagi siaran langsung!" timpal Zacky, lalu tertawa dengan sangat kerasnya. "Dasar Kang Molor!" teriak Varel, lalu berusaha merebut ponsel Zacky. Namun gagal, karena gerakan Zacky yang sangat cepat sekali. "Engga Kena!" kata Zacky, lalu tertawa kembali. Yang membuat Varel menjadi cemberut. "Nanti juga gue balas!" ucap Varel, mengutarakan kekesalannya kepada Zacky. Yang terus tertawa dengan penuh kebahagiannya. Hingga tiba-tiba saja, ponsel Varel pun berbunyi dengan begitu kerasnya. Varel lalu mengambil ponselnya dari dalam kantung celana bahannya. Pemuda montok itu lalu melihat nama Bella pada layar ponselnya itu. "Untuk apa Bella telepon? Acaranya juga nanti malam," kata Varel di dalam hatinya. Varel tetap membiarkan panggilan telepon dari teman kuliahnya itu. Seakan dirinya, sedang mengacuhkannya. Hingga Zacky pun merasa penasaran dibuatnya. "Siapa yang nelepon, Rel?" tanya Zacky dengan penuh selidik. "Kepo ...," sahut Varel, lalu tertawa. Sembari memandang ke wajah Zacky yang terlihat kesal. Telepon dari Bella pun berakhir. Namun sesaat kemudian Bella pun menelepon Varel kembali. Yang membuat Varel mau tak mau, mengangkat panggilan telepon dari teman kampusnya itu. "Halo, ada apa Bell?" tanya Varel, yang membuat Zacky tahu siapa yang menelepon sahabatnya itu. Hingga ia pun untuk menguping pembicaraan mereka itu. Tanpa malu-malu. Kuping Zacky pun sudah bersiap-siap untuk menguping pembicaraan di antara Varel dan Bella. "Engga ada apa-apa Rel. Gue cuma mau masti'in. Kalau entar malam, jadikan?" tanya Bella. Yang langsung dimengerti oleh Zacky, topik pembicaraan mereka akan mengarah ke mana. "Jadilah, Pesek ...," sahut Varel, memanggil nama olok-olokan Bella. "Awas ya, kalau engga jadi. Kang Makan," sahut Bella, tak mau kalah dengan menyebut nama olok-olokan Varel. "Pasti jadi, Bella cantik, tapi pesek," ucap Varel, lalu tertawa dengan lepasnya. "Ya, udah. Sampai nanti malam ya. Salam sama Kang Molor, jangan molor melulu," Bella lalu menutup sambungan seluler itu. Varel lalu menaruh ponselnya ke dalam kantung celananya kembali. Lalu berbicara kepada Zacky yang ada di hadapannya. "Ada salam dari Bella tuh," ucap Varel. "Udah tahu," jawab Zacky, dengan ketusnya. "Jangan molor melulu, katanya," lanjut Varel. "Biarin!" timpal Zacky bertambah ketus kepada sahabatnya itu. "Eh, mending kita beli lauk aja di sini. Nasinya bisa masak sendiri. Buat teman-teman kita," usul Varel mengalihkan pembicaraan mereka. Kepada Zacky yang mulai terlihat mengantuk. "Terserah lo, gue ngantuk banget kekenyangan," sahut Zacky lalu menguap. "Dasar Kang Molor, ya udah tunggu sebentar. Gue pesan lauknya dulu," kata Varel, lalu bangkit dan segera memesan lauk untuk mereka bersembilan makan malam nanti. Sedangkan Zacky terlihat tidur-tiduran di meja makan itu. Walaupun sesungguhnya kedua orang tua Varel. Menawarkan pembantu dan tukang kebun untuk di rumah yang ditepati oleh Zacky dan Varel. Akan tetapi Varel menolaknya dengan tegas. Baginya lebih baik mandiri, daripada harus mengandalkan orang lain. Dirinya dan Zacky memang berprinsip harus bisa mandiri. Bahkan soal makan pun, Varel dan Zacky. Tak pernah meminta kepada orang tua Zacky yang berada di sebelah rumah Varel. Apalagi orang tua Zacky sama saja dengan orang tua Varel, selalu sibuk dan jarang berada di rumah. Walaupun tak sesibuk dan separah kedua orang tua Varel. Yang nyaris hanya mengunjungi Varel setiap 3 bulan sekali. Sedangkan orang tua Zacky, paling tidak seminggu sekali. Akan mengunjungi anak semata wayangnya itu. Mereka berdua sebenarnya memiliki nasib yang sama. Sama-sama kesepian sebagai anak tunggal, yang sering ditinggal oleh orang tua mereka. Hingga orang yang tak mengenal mereka berdua. Mereka itu adalah adik-kakak, yang tak terpaut jauh usianya. Andai saja wajah mereka sama. Pasti mereka berdua, akan dianggapnya sebagai anak kembar. Setelah selesai membeli lauk-pauk untuk nanti malam. Varel lalu membayarnya, dan menghampiri Zacky. Yang terlihat benar-benar dalam keadaan mengantuk sekali. "Kang Molor, ayo pulang," kata Varel, sambil melangkahkan kakinya. Dan mengambil payung hitam besar, yang segera ia kembangkan. Berjalan meninggalkan Zacky, yang berjalan menyusulnya dengan mata. Yang setengah tertutup. "Rel, tunggu gue," kata Zacky, yang akhirnya berhasil menyusul Varel. Yang sedang berjalan dengan payung hitam besarnya. Dua sahabat itu terus berjalan, dalam satu payung besar hitam. Hingga akhirnya mereka pun tiba di depan pintu rumah Varel. Varel segera membuka pintu pagar rumahnya itu. Setelah terbuka Zacky langsung masuk terlebih dahulu, dengan jalan terburu-buru. Seperti sedang dikejar oleh setan saja. "Ky, lo mau ke mana?" tanya Varel, setelah menutup pagar rumahnya kembali. Dan menutup payung besar hitam, yang kini ditentengnya itu. "Molor lah ...," jawab Zacky, lalu menghilang ke dalam rumah itu. "Dasar Kang Molor!" ujar Varel, saat telah tiba di dalam rumahnya. Yang tak ditanggapi oleh Zacky, yang telah masuk ke dalam kamar Varel untuk tertidur. Varel melangkahkan kakinya ke dalam dapur. Ia masukan lauk-pauk yang sudah ia beli di warung nasi padang itu ke dalam kulkas. Biar nanti dihangatkan saat teman-temannya datang. Baru saja Varel berniat untuk menanak nasi di rice cooker. Dirinya melihat sekilas bayangan hitam yang keluar dari dalam kamar mandi, menuju ke arah ruang tamu. Dug!! Jantung Varel pun berdegub dengan kencangnya. Ia yakin, jika penglihatannya tak salah. "Sepertinya ada yang tak beres. Jangan-jangan bayangan hitam tadi setan?" tanya Varel di dalam hatinya. Tak jadi untuk memasak nasi. Matanya menjelajah ke segala arah, untuk mencari bayangan hitam. Yang ternyata tak muncul lagi. Akan tetapi, hal itu sudah benar-benar membuat nyalinya ciut. "Lebih baik masak nasinya, nanti saja. Nunggu Zacky bangun," kata Varel, lalu melangkahkan kakinya dengan cepat, untuk menuju ke dalam kamarnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD