Zacky terus berpikir dengan pikirannya sendiri. Tentang perkataan dari kakek misterius itu. Rasa penasarannya terus memuncak dan meluap-luap di dalam dadanya. Meminta untuk segera dituntaskan, dengan harus segera mencari jawabnya, saat itu juga.
Jika tidak, dirinya akan uring-uringan bukan main. Seperti orang gila saja.
Pemuda manis itu, benar-benar sudah tak dapat membendung rasa penasarannya itu. Hingga ia pun memutuskan untuk membangunkan Varel, sahabat sehidup semati nya selama ini. Agar ia dapat menanyakan tentang kebenaran dan keberadaan pohon kelapa yang tak pernah berbuah sepanjang hidupnya. Benar ada, atau hanya sebuah ilusi mimpinya saja. Yang baru ia alami.
Zacky lalu bangkit, dan melangkahkan kakinya menghampiri Varel yang bertubuh montok, yang tengah tertidur menyamping. Dengan mendekap guling besar, yang mungkin ia anggap sebagai pasangan hidupnya. Yang sama besar dengan dirinya.
Setibanya di dekat Varel. Zacky lalu menepuk pundak sahabatnya, dengan lembutnya.
"Rel, bangun," ujar Zacky dengan suara Pelan.
Walaupun tepukan tangan kanan Zacky tak menyentuh pundak Varel secara langsung. Karena Varel menggunakan sweater sama seperti dirinya. Untuk menghangatkan tubuhnya, dari hawa dingin. Akan tetapi tepukan tangan Zacky itu sudah membuat Varel tersadar. Walaupun masih dalam keadaan berbaring. Dan masih menutup sepasang matanya, dengan begitu rapatnya.
"Ada apa sih ky? Bisanya lo, mengganggu tidur gue aja," jawab Varel, dengan nada kesal namun lirih. Malah terkesan seperti orang yang sedang mengigau saja.
Sahabat Zacky itu, lalu menarik selimut yang ada di tempat tidur itu. Hingga tubuhnya pun benar-benar tertutup oleh selimut itu. Seakan dirinya tak ingin diganggu kembali oleh Zacky. Yang semakin penasaran dengan buku yang ia lihat di alam mimpinya itu. Buku yang dapat mengabulkan semua keinginan pemintanya. Dengan risiko yang tak diketahui oleh Zacky sama sekali.
"Gue mau mencari bakso. Lo mau ikut engga?" timpal Zacky, berusaha untuk mendustai Varel yang memang hoby makan. Hingga tubuhnya menjadi montok. Karena makanan apa pun masuk ke dalam perut agak buncitnya itu. Tanpa memilih-milih, makanan sehat atau tidaknya.
Selama Varel suka dengan makanan itu. Maka ia akan melahapnya dengan begitu lahapnya.
Mendengar ajakan dari teman karibnya itu. Varel langsung saja melempar selimut yang membungkus tubuhnya. Dan langsung duduk bersila di samping Zacky di tempat tidur itu. Dengan keadaan mata yang masih mengantuk. Yang ia paksakan untuk terbuka lebar.
"Gas!!" jawab Varel dengan penuh semangat 45. Belum menyadari jika jarum jam baru menunjukan pukul 2 pagi. Di mana tukang bakso tak mungkin lewat di tempat itu. Kecuali tukang bakso setan, yang katanya sering muncul di setiap malam tertentu.
"Sayangnya ini Puncak bukan Jakarta. Lagian ini baru jam 2 pagi tuh, jadi engga mungkin ada tukang bakso yang buka apalagi lewat," kata Zacky, sambil menunjuk ke arah jam dinding yang menempel di tembok kamar yang dibiarkan tetap terang itu. Karena Varel takut tidur di tempat gelap-gulita. Berbeda dengan Zacky yang sangat suka tertidur dalam keadaan gelap gulita.
Varel pun menatap jam dinding itu. Tampak raut kekesalan pada wajahnya. Karena dirinya dibohongi oleh teman karib sedari kecilnya itu. Inginnya ia menghajar Zacky atas perbuatannya. Namun Varel tak berani melakukannya. Karena Zacky lebih superior dari pada dirinya.
"Asem lo! Bisanya membohongi gue aja!" ketus Varel lalu cemberut.
"Kalau tidak kayak gitu, lo mana mau bangun ....," timpal Zacky lalu mencibir ke arah Varel. Yang masih memasang wajah cemberut, penuh kekesalannya terhadap sahabatnya itu.
"Sudahlah gue mau tidur lagi. Malas gue berdebat sama lo!" seusai mengucapkan itu. Varel lalu menguap dengan lebarnya. Tanpa malu sama sekali didekat Zacky.
"Jangan molor lagi. Gue mau mencari harta karun nih. Lo harus mengantarkan gue ke TKP," ajak Zacky mulai mencoba untuk mendustai Varel lagi. Yang sayangnya kali ini Varel tak percaya dengan perkataan Zacky sama sekali.
"Harta karun dari Hongkong! Lo aja yang mencari harta karun dalam khayalan lo itu. Jangan ajak-ajak gue!" tutur Varel dengan nada sewot kepada Zacky, yang hanya cengar-cengir tak jelas. Menghadapi kesewotan Varel atas ulahnya itu.
"Ini beneran. Gue mendapat petunjuknya lewat mimpi tadi," Zacky pun berusaha untuk menyakini sahabatnya itu.
Namun Varel belum mempercayai perkataan sahabatnya itu. Yang menganggapnya sedang membual tingkat tinggi.
"Lo makin ngawur aja ngomongnya ...," timpal Varel, masih kesal kepada Zacky.
"Kalau lo engga percaya. Kita cari pohon kelapa yang engga pernah berbuah sepanjang hidupnya," ujar Zacky, dengan penuh keseriusannya mengatakannya.
Mendengar pohon kelapa yang tak pernah berbuah sepanjang hidupnya disebut oleh Zacky. Varel terkejut bukan kepalang. Karena seingat dirinya. Ia belum pernah bercerita sama sekali kepada Zacky. Tentang pohon kelapa tua angker yang belum pernah berbuah sepanjang hidupnya, yang tumbuh di halaman belakang vila milik orang tuanya itu. Yang konon dihuni oleh banyak makhluk gaib dari berbagai jenis. Yang sangat sulit untuk ditaklukan oleh siapa pun selama ini.
Varel mulai mempercayai apa yang dikatakan oleh Zacky. Hingga ia pun tertarik untuk bertanya kepada Zacky. Kenapa ia bisa tahu tentang pohon kelapa angker yang konon tak bisa ditebang oleh siapapun selama ini. Walaupun telah dilakukan berkali-kali, dengan berbagai cara. Baik yang standar maupun mistis.
"Dari mana lo tahu tentang pohon kelapa itu?" tanya Varel dengan penuh selidik kepada Zacky.
"Dari mimpi. Sekarang gue tanya sama lo. Lo tahu engga, di mana pohon kelapa seperti itu ada?" tanya Zacky, dengan penuh keseriusannya kepada Varel. Dengan harapan Varel mengetahui, dengan tempat yang dimaksud oleh dirinya itu.
"Gue tahu, tapi pohon kelapa tua itu angker," jawab Varel dengan jujurnya.
"Engga masalah," jawab Zacky dengan entengnya. Seakan kata angker, bukanlah sebuah masalah bagi dirinya.
"Tapi pohon kelapa itu benar-benar angker, Zacky .... Yakin, lo mau ke sono?" tanya Varel kembali kepada Zacky.
"Gue bilang engga masalah. Lebih baik sekarang lo anterin gue ke tempat itu. Gue jadi makin penasaran aja ...," pinta Zacky kepada Varel, dengan nada yang sedikit memaksa.
"Engga mau ah...," tolak Varel dengan entengnya. Karena ia benar-benar tak ingin ke tempat tumbuhnya pohon kelapa yang tak pernah berbuah sepanjang hidupnya itu. Apalagi dini hari seperti ini.
"Kalau begitu, gue akan meninggalkan lo di sini. Biar lo disamperin setan," seusai mengucapkan hal itu. Zacky lalu bangkit dari tempat tidur itu, dan melangkahkan kakinya menuju pintu kamar vila itu.
Varel yang memang takut berada di dalam kamar itu sendiri. Mau tak mau akhirnya bangkit dari tempat tidur itu, dan menghampiri Zacky dengan tergesa-gesa. Takut benar-benar ditinggalkan oleh sahabatnya itu.
"Ky ..., tunggu gue!" teriak Varel, dengan begitu kerasnya.
"Udah mau mengantar gue?" ledek Zacky kepada Varel, yang memasang wajah masam.
"Ya, daripada gue ditinggal di kamar ini sendiri," sahut Varel, lalu cemberut kepada Zacky.
Mereka lalu meninggalkan kamar itu setelah Varel mengambil sebuah senter yang ia genggam di tangan kanannya.
Mereka berdua lalu menuju ke arah dapur untuk mengambil sendok semen. Yang kini ada di genggaman tangan kanan Zacky.
Setelah merasa sudah menyiapkan alat untuk melakukan penggalian. Zacky dan Varel lalu keluar dari dalam vila itu. Dengan perasaan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Perasaan Zacky penuh semangat. Sedangkan perasaan Varel masih dipenuhi oleh rasa kekesalannya terhadap sahabatnya itu.
Saat mereka berdua telah berada di luar. Hawa dingin yang lebih dingin dari di dalam kamar segera menerpa tubuh mereka berdua. Hingga saking dinginnya hawa itu. Dari hidung mereka keluarlah uap tipis, akibat dari proses pernapasan yang mereka lakukan.
Tampak Walaupun mereka berdua telah memakai sweater dan celana training yang begitu tebal. Namun tetap saja hawa dingin yang mereka berdua rasakan. Dapat terasa hingga tulang sum-sum mereka. Seakan hawa dingin yang turun dari pegunungan. Ingin membekukan mereka saat itu juga.