Bab 5. (Zacky, Kang Molor)

1286 Words
Terus mengemudikan mobilnya, dengan keadaan perut yang semakin lapar. Akhirnya Varel pun tak tahan lagi untuk makan besar. Hingga ia pun membelokan mobilnya ke arah restoran cepat saji. Yang berada di pinggir jalan yang sedang ia lalui. Ia pun lalu membangunkan Zacky, yang masih terlelap dengan pulasnya, dengan mulut yang terbuka lebar. "Ky bangun!" ujar Varel, sambil menepuk pundak Varel dengan lembutnya. Tetapi sudah dapat membuat Zacky merespon tepukan itu. "Udah sampai?" tanya Zacky dengan mata yang masih terpejam. "Belum, gue mau makan ayam goreng. Lo mau makan engga?" tanya Varel kembali, dengan menatap Zacky yang masih terpejam. "Engga, gue malas makan. Sekarang gue mau melanjuti mimpi gue lagi," sahut Zacky, masih seperti orang yang sedang mengigau. "Dasar koplak!" seru Varel, lalu tersenyum dan keluar dari dalam mobil itu. Untuk menuju kedai cepat saji itu. Zacky tetap tertidur. Hingga tiba-tiba saja pundaknya ada yang menepuknya kembali. Padahal di dalam mobil itu, hanya ada dirinya seorang. "Ngepain lagi sih, Rel. Mau gue kempesin. Ganggu gue tidur melulu," kata Zacky dengan nada sewot. Yang tentu saja tak mungkin dijawab oleh Varel, yang sudah keluar dari dalam mobil itu. "Zacky ...," ujar suara kakek-kakek yang pernah hadir di dalam mimpi Zacky. Yang memberikan buku dari dunia gaib itu. Sontak saja Zacky begitu terkejut. Mendengar suara itu. Bukannya suara Varel. Dirinya langsung saja mengucekan kedua matanya, untuk mencari keberadaan kakek misterius itu. Akan tetapi, walaupun matanya telah menjelajahi mobil itu. Tetap saja dirinya, tak bisa menemukan kakek misterius itu. "Apa tadi hanya halusinasi ku saja ya? Karena aku lapar belum makan?" tanya Zacky di dalam hatinya. "Lebih baik aku telepon Varel saja. Agar aku dibelikan makanan dibungkus saja," Zacky pun lalu mengambil ponselnya dari dalam saku celananya. Pemuda manis itu, lalu menelepon Varel yang sedang berada di kedai ayam cepat saji itu. Varel langsung saja menerima panggilan telepon dari sahabatnya itu. "Halo, ada apa Kang Molor?" tanya Varel, dengan nada ketus. "Gue pesenin satu dong, Kang Makan ganteng," sahut Zacky dengan nada lembut. Karena Zacky sedang ada maunya kepada sahabatnya itu. "Udah tahu Kang Molor, tanpa dimintai pun. Gue udah pesenin. Tapi tunggu ya, soalnya ngantri banget," jawab Varel, dengan nada sok sibuk. "Lo perhatian banget. Andai lo cewe, udah gue nikahi lo," canda Zacky kepada Varel. "Kuliah aja engga bener, mau nikahi gue. Biaya darimana?. Udah sono molor lagi. Gue datang, pokoknya kita langsung makan," ujar Varel, lalu menutup hubungan seluler itu. "Disuruh molor, ya molor lah ...," kata Zacky berbicara sendiri dengan gawai nya yang sudah terputus hubungannya dengan Varel. Zacky lalu memasukan ponselnya kembali ke dalam saku celananya. Ia lalu melangkahkan kaki masuk ke bagian tengah mobil itu. Agar dirinya bisa, berbaring untuk melanjutkan tidurnya kembali. Setelah berada di bagian tengah mobil itu. Zacky lalu merebahkan dirinya, di bangku mobil. Dan sesaat kemudian, ia pun sudah terlelap kembali. Dan kali ini, dirinya bermimpi berada di vila orang tua Varel. Dirinya berjalan seorang diri menuju pohon kelapa angker yang masih berdiri tegak itu. Zacky pun sadar jika dirinya sedang bermimpi. "s**l! Sepertinya, ini mimpi yang aneh ini lagi," pikir Zacky, berkata di benaknya. Dan benar saja, beberapa saat kemudian. Kakek misterius itu muncul dari dalam pohon kelapa angker itu. "Ingin apa Kakek datang ke mimpiku?" tanya Zacky, dengan nada dingin. "Ingin memastikan kau akan menggunakan buku itu. Agar semua keinginanmu dapat terwujud," sahut Kakek Misterius itu, lalu menghilang begitu saja. "Kakek di mana kau?" tanya Zacky dengan suara keras. Yang didengar oleh Varel yang baru datang mrmbawa makanan, sedang mengigau. "Kang Molor, bangun. Nih pesanan lo!" kata Varel, saat telah berada di tempat duduknya, di dalam mobil itu. Sambil menyodorkan nasi ayam goreng cepat saja kepada Zacky. Zacky pun terbangun dari tidur, lalu duduk dan mengambil bungkusan itu. "Gue malas makannya," sahut Zacky lalu meletakan bungkusan berisi makanan di sampingnya. "Ya, udah sini. Gue yang makan," timpal Varel, sambil memakan makannya itu. "Nih, Kang Makan," Zacky pun memberikan bungkusan makanan itu kepada Varel, yang segera menerimanya dengan senang hatinya. "Lo kenapa engga mau makan?" tanya Varel, sambil memakan. "Gue masih ngantuk," sahut Zacky dengan entengnya, lalu merebahkan dirinya, untuk tertidur kembali. "Dasar Kang Molor ...," ucap Varel, yang terus memakan nasi bagiannya. Hingga makanan milik Zacky pun, ia santap juga dengan lahapnya. Selesai makan, yang membuat perutnya terisi penuh. Varel lalu melajukan mobilnya kembali menuju rumahnya, tanpa mempedulikan Zacky yang terus tertidur dengan pulasnya di dalam mobil itu. Setelah melakukan perjalanan cukup jauh, dan Zacky pun telah terbangun. Dan duduk di samping Varel kembali. Akhirnya mereka berdua tiba di rumah Varel. Rumah itu tampak begitu sepi. Kedua orang tua Varel jarang sekali berada di rumah. Mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Seakan tak mempedulikan Varel, yang merupakan anak tunggal mereka dalam hubungan suami-istri mereka. Bahkan mereka pun menitipkan Varel kepada Zacky. Jika saja kedua orang tua Varel tak pernah berjasa dalam perekonomian keluarganya. Zacky benar-benar malas menerima tanggung jawab itu. Ia merasa tak pantas menerima tanggung jawab sebesar itu. Tetapi mau bagaimana lagi. Selain mereka berdua bersahabat sejak kecil. Rumah kedua orang tua mereka berdua pun bersebelahan. "Akhirnya sampai juga," ucap Zacky keluar dari dalam mobil itu, sambil menguap. Sesudah keluar dari dalam mobil yang telah diparkirkan di dalam garasinya. Zacky dan Varel lalu masuk ke dalam kamar Varel. Zacky langsung saja mengambil buku yang telah membuat dirinya penasaran setengah mati. Dari dalam tas punggungnya. Zacky lalu duduk bersila di lantai kamar Varel. Yang ditemani oleh Varel di samping kanannya. Saat Zacky melihat sampul buku berwarna hitam itu. Ia sedikit terkejut, karena gambar wajah dalam kartu di sampul buku itu. Berbeda dengan wajah yang ada di sampul buku di dalam mimpinya. Wajah iblis bertanduk tiga telah berubah menjadi wajah salah satu teman kampus mereka berdua. Bukan hanya Zacky yang terkejut, namun Varel pun ikut terkejut melihat wajah itu. "Ky, itu bukannya Wisnu? Kenapa muka Wisnu ada di sampul buku itu?" tanya Varel dengan penuh kebingungannya. "Gue rasa itu bukan si Wisnu," sahut Zacky, dengan tatapan masih ke sampul depan buku itu. "Lalu siapa?" tanya Varel dengan penuh penasarannya. "Mana gue tahu. Lebih baik kita buka buku ini saja. Gue benar-benar penasaran, ingin melihat isi buku ini," timpal Zacky dengan penuh semangat, yang membuat Varel terdiam. "Firasat ini, kenapa mengatakan tak baik terhadap buka aneh itu?" kata Varel di dalam hatinya. Tak ingin diungkapkan kepada Zacky. Karena akan memancing keributan. Varel juga menjadi penasaran dengan buku itu. Zacky lalu membuka buku Perjanjian kartu itu, secara lembut. Di halaman pertama dari buku itu. Ia dan Varel melihat gambar 7 kartu kecil dengan masing-masing bergambar iblis bertanduk satu hingga iblis bertanduk tujuh. Di halaman dua mereka berdua melihat gambar kartu besar bergambar iblis bertanduk satu. Di halaman tiga ada kartu besar bergambar wajah iblis bertanduk dua. Di halaman empat ada gambar iblis bertanduk tiga. Di halaman lima terdapat gambar iblis bertanduk empat. Di halaman enam ada iblis bertanduk lima. Sedangkan di halaman tujuh ada gambar iblis bertanduk enam. Dan di halaman delapan ada iblis bertanduk tujuh. Sedangkan halaman sembilan sampai 13. Merupakan tata cara melakukan ritual gaib untuk memanggil makhluk gaib, yang akan mengabulkan permintaan mereka nanti. "Jadi harus 7 orang ya, untuk melakukan ritual itu?" tanya Varel kepada Zacky yang sedang menutup buku misterius itu. "Ya, harus seperti itu ...," jawab Zacky ringan lalu menguap lebar-lebar. Setelah menaruh buku itu di lantai. "Kalau begitu, gue akan menghubungi 5 teman kita yang lain," usul Varel kepada Zacky. "Terserah Lo aja dah," sahut Zacky, lalu membaringkan dirinya di samping buku berjudul Perjanjian Kartu, itu. "Lo mau apa, tiduran seperti itu?" tanya Varel, dengan penuh selidik. "Ya, molor lah ...," Zacky lalu memejamkan kedua matanya. Dan dalam sekejap Zacky sudah terlelap. Menuju ke alam mimpinya. "Dasar Kang molor ...," gerutu Varel, dengan cemberut ke arah Zacky sudah benar-benar terlelap, kembali ke dalam mimpinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD