When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Artha menaiki satu persatu anak tangga menuju ke lantai atas rumah kontrakan Lusi dan Nadi itu, padahal Artha yakin Nadi tidak ada disana lalu untuk apa dia naik? Ya mengabulkan keinginan Nadi untuk bermain-main. Dari atas tangga disana Artha melihat kebawah lagi tepat ke atas meja dimana tadi Lusi duduk, ada dua buah gelas dengan satu botol minuman cocacola. Itu saja sudah cukup menjelaskan Lusi tidak sendirian. Mustahil bukan satu orang minum dengan dua gelas sekaligus. Lihatlah wajah Lusi disana dia tampak mencurigakan sekali terpaksa tersenyum seakan ada yang di tutupi olehnya. Artha terus berjalan naik kemudian membuka pintu kamar yang katanya kamar Nadi itu, sebuah kamar minimalis tidak terlalu banyak barang dan cukup rapi. Artha mengedarkan pandangannya keseluruh sisi ruangan