When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
“Artha kamu nggak waras! Kamu kasar! Mau apa mencapuri hidupku? Mau apa lagi! Apa yang salah denganku itu buka urusanmu!” Nadi terus berteriak sepanjang langkah Artha menariki tangannya. Tubuh Artha tidak goyah meskipun Nadi terus memukulinya, sampai akhirnya Artha berhenti tepat di depan sebuah koridor kosong dan sedikit gelap di pintu menuju ke tangga darurat, Artha lalu mendorong Nadi ke dinding. “Diam! Masih bertanya kesalahanmu?” Artha menahan satu lengan Nadi hingga terangkat ke atas dan menempel ke dinding. Bayangan tentang kelakuan buruk Nadi kembali menguap membuat kepala Artha sakit sekali, dia berusaha mengontrol dirinya susah payah. “Kau benar-benar seperti bukan Nadi yang aku kenal.” “Aku tidak minta kamu mengenaliku atau tidak! Katakan apa maumu!” Tekan Nadi suaranya ma