Chapter 11

2754 Words
Cuppp   Kali ini bukan sekedar kecupan singkat lagi. Wanita itu melumat lembut bibir Gabriel dengan tangannya yang mulai bergerak merambat menuju tengkuk pria itu, melenguh kecil ketika tangan kanan Gabriel meremas halus pinggulnya sementara tangan lainnya pria itu gunakan untuk menahan tubuhnya dengan berpegangan pada meja dapur. Ciuman dan lumatan itu berlangsung hingga beberapa menit, begitu lambat dan lembut tanpa ada unsur tergesa – gesa ataupun nafsu saja, namun juga penuh cinta yang saling keduanya salurkan.   “Thanks for my morning kiss sweety!” ucap Gabriel pada Skylar, menghadirkan sebuah cebikkan malu – malu darinya.   “Sudah sana, cepat mandi dan bersiap. Aku akan marah padamu jika kau membuatku menunggu terlalu lama.” Mendengarnya, Gabriel pun membungkukkan tubuhnya dengan hormat seolah tengah menghadapi seorang ratu kerajaan.   “Yes ma’am, perintahmu akan segera hamba laksanakan.” Gelak tawa Skylar pun kembali terdengar, memberikan pukulan main – main pada bahu suaminya itu sebelum mendorong pelan Gabriel agar kembali memasuki kamar utama untuk mandi dan bersiap pergi piknik berdua.   - Tepat ketika keduanya sampai ditempat lapang beralaskan rerumputan kemarin, mata Skylar dibuat berbinar melihat banyaknya anak kecil yang tengah bermain – main disekitaran tempat yang cukup luas itu. Membiarkan suaminya menggelar sebuah kain yang dijadikannya sebagai alas untuk keduanya duduki, sementara Skylar asyik menyapa dan bermain dengan beberapa anak kecil disana meskipun terbatas akibat perbedaan bahasa yang mereka gunakan. Beberapa anak kecil dengan usia sekitar 10 tahunan sedikit banyak dapat berbicara menggunakan bahasa Inggris meskipun tidak terlalu lancar, tapi setidaknya mereka dapat berbincang – bincang kecil dengan seorang penerjemah cilik tersebut.   Gabriel mengamati interaksi mereka dari bawah pohon dimana tempat ia menggelar kain untuk mereka piknik semula, tersenyum membayangkan bahwa kelak dirinya akan melihat sosok anak kecil berkeliaran dengan riang dirumahnya, dengan wajah yang bisa saja menyerupainya ataupun menyerupai Skylar. Impian yang nyatanya dulu tak pernah diotak Gabriel. Pria itu mengernyitkan dahinya kala melihat Skylar menunjuk singkat kearahnya yang diikuti dengan perhatian para anak – anak kecil itu yang terarah padanya, menerka apa yang istrinya itu katakan pada mereka. Gabriel semakin dibuat penasaran kala mendapati Skylar terlihat tersipu malu setelah berbincang dengan para anak – anak disana, tak lama kemudian ia dapat melihat Skylar yang nampak izin untuk kembali padanya sehingga membuat kumpulan anak – anak itu membubarkan diri dan kembali bermain.   “Apa yang kalian bicarakan?” tanya Gabriel dengan posisi tangannya yang terentang, seolah menanti istrinya itu untuk masuk dalam rengkuhannya yang diikuti dengan patuh oleh Skylar. Wanita itu duduk mencari posisi yang nyaman baginya tanpa melepaskan balasan pelukannya pada Gabriel.   “Bukan suatu hal yang penting, mereka berkata bahwa aku dan kamu terlihat serasi. Mereka juga beberapa kali memujiku, ah sial, itu benar – benar membuatku malu karena mendengar anak – anak kecil itu yang mengatakannya.” Keluh Skylar sembari menguburkan wajahnya pada d**a bidang Gabriel. Sementara Gabriel yang mendengar penjelasan dari wanita itupun dibuat tertawa olehnya. Istrinya itu benar – benar memiliki segalanya yang membuat hidupnya tak lagi terasa monoton. Skylar dapat berubah menjadi wanita seksi, menjadi seseorang yang menggoda dan menguji gairahnya, menjadi seseorang yang membuatnya gemas, membuatnya terpesona, tergila – gila bahkan hingga bertekuk lutut. Itulah gambaran Skylar dimata Gabriel.   “Itu fakta sayang, you’re so f*****g adorable for me, so f*****g sexy and much more. Kalimat apapun bahkan tak bisa menggambarkan seperti apa kamu dimataku.” Ucap Gabriel dengan sungguh – sungguh sembari tak melepaskan tatapan matanya dari netra istri tercintanya.   “Jangan membuatku melakukan hal yang tidak – tidak disini juga suamiku~ kau lihat disana? Banyak anak kecil yang bisa saja memergoki jika aku menciummu. Jadi hentikan semua pujian – pujianmu padaku untuk sekarang, okay?” nah kan… apa yang baru saja Gabriel katakan? Skylar benar – benar pandai merubah dirinya menjadi seksi hingga menggemaskan, membuat Gabriel tak bosan – bosan menempeli dan menghabiskan waktu setiap detiknya dengan istrinya yang luar biasa ini. “Baiklah, setelah kita selesaikan acara piknik ini, tepati janjimu. Aku akan menantimu diatas ranjang dengan begitu sabar, istriku…” Gabriel terkekeh, entahlah… Gabriel tak menghitung berapa juta kali Skylar telah membuatnya tersenyum, terkekeh, bahkan tergelak tawa. Tapi pria itu sadar betul bahwa Skylar lah yang merubah segalanya, membuat hatinya penuh akan perasaan cinta yang sejujurnya masih baru baginya. Membuat sosok Gabriel yang semula hanyalah sosok pengusaha kaya raya hingga namanya terpampang dimajalah Forbes dengan wajah datar dan arogannya menjadi lebih manusiawi, belajar mengistirahatkan diri dari kepenatan pekerjaannya, belajar menikmati hidup, serta belajar untuk menjadi lebih baik bagi wanita yang telah resmi menjadi istrinya itu.   -   Sisa – sisa hari liburan mereka di Prancis mereka habiskan dengan penuh keromantisan yang tentu saja berlanjut bahkan setelah keduanya kembali ke negara mereka. Gabriel memutuskan untuk tidak lagi tinggal di penthouse yang selama 3 tahun ini telah ia tinggali, pikirnya sudah saatnya ia pindah dan tinggal di mansion keluarganya bersama Skylar. Tempat dimana ia dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tuanya dulu. Sementara Skylar sendiri mengikuti apapun keputusan yang suaminya itu ambil, dirinya tak masalah dengan dimanapun tempat yang Gabriel pilih untuk mereka tinggali asalkan itu bersama suaminya, Skylar tak akan mempermasalahkan.   Waktu berlalu begitu cepat bagi keduanya, rumah tangga mereka berjalan dengan baik selama 3 bulan berlalu. Meskipun terkadang diwarnai dengan percekcokan ringan karena perbedaan pendapat diantara keduanya, tapi Skylar maupun Gabriel dapat mengatasinya dengan mudah.  Keduanya tak pernah terlibat dalam sebuah pertengkaran besar karena mereka sama – sama berusaha memahami perasaan pasangannya dan menahan sulutan emosi yang dapat saja mengancam keberlangsungan hubungan mereka jika tak dapat mengendalikan dengan baik.   Hingga tibalah pada masa perkuliahan Skylar yang baru saja dimulai. Wanita itu tentu begitu antusias menanti masa perkuliahannya yang akan dimulai, memasuki tahap dimana ia menjadi seorang mahasiswa, bukan lagi menjadi seorang pelajar. Meskipun kini dirinya telah menjadi istri dari seorang Gabriel Miller, namun Skylar tak mau menghapuskan keinginannya sejak awal untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.   Hari pertama Skylar masuk kuliah, wanita itu berangkat bersamaan dengan Gabriel yang akan berangkat ke perusahaannya. Pagi wanita itu tetap dirasa cerah meskipun harus mendengar petuah – petuah dari suaminya yang pria itu katakan padanya sejak semalam. Tentang Skylar yang harus belajar dengan fokus, tidak boleh dekat – dekat dengan pria lain, tidak boleh berkenalan dengan pria lain dan tidak boleh memberikan nomor teleponnya pada pria lain. Skylar benar – benar sedikit dibuat menahan gelak tawanya merasakan suaminya itu yang mulai kembali mengeluarkan sifat posesifnya. Lagi pula mana mungkin Skylar dengan mudah dapat tergoda pria lain sementara yang wanita itu cintai hanyalah sosok menyebalkan, perfeksionis, m***m dan penuh keromantisan seperti Gabriel Miller ini?   “Ingat pesan apa yang kuucapkan padamu tadi pagi sayang?” tanya Gabriel memastikan kembali sebelum mengizinkan istrinya itu keluar dan memasuki area kampusnya, membuat Skylar tersenyum geli serta menggeleng – gelengkan kepalanya, heran melihat tingkah posesif suaminya itu yang terlihat benar – benar takut kehilangannya itu.   “Aku mengingatnya dengan baik suamiku… kau mengucapkannya berkali – kali, semalam setelah kita makan malam, sebelum tidur, tadi ketika bangun tidur, bahkan setelah kita selesai sarapan kau mengulangi nasihatmu lagi.” Terang Skylar dengan senyumnya, namun Gabriel tak kunjung dapat mengatasi kegelisahannya. Istrinya yang cantik itu pasti akan membuat laki – laki lain dengan mudah terpesona dan mengejar – ngejarnya.   “Babe, dengarkan aku baik – baik. Aku akan berjanji dan bersumpah padamu bahwa aku akan kuliah dengan sungguh – sungguh, menyelesaikan masa kuliahku dengan cepat sehingga dapat membuat suamiku yang tampan dan sialan m***m ini bangga akan istrinya. Tidak akan ada pria lain yang mampu mempesonaku bahkan membuatku beralih dari suamiku yang begitu mencintai dan mau memberiku apapun yang kuinginkan didunia ini, jadi please, percaya padaku karena aku hanya mencintaimu, okay?” ucap Skylar dengan bersungguh – sungguh. Wanita itu menatap Gabriel dalam tepat pada manik mata tajam pria itu, tanpa ada keraguan maupun kebohongan dimata wanita itu. Hal itu sedikit banyak mampu mengatasi kegelisahan yang semalaman ini berhasil membuatnya tidur dengan tidak tenang, bahkan setelah sesi bercinta mereka, Gabriel setia memeluk dan menatap wajah istrinya berharap rasa gelisahnya dapat lenyap sedikit demi sedikit.   Cuppp   Akhirnya Skylar tak mampu menahannya. Wanita itu memberikan Gabriel sebuah lumatan lembut penuh perasaan supaya suaminya itu tau bahwa wanita itu mencintainya begitu dalam sehingga dapat menyurutkan kegelisahan pria itu. Skylar paham apa yang sebenarnya suaminya itu rasakan, itu dikarenakan rentang usia keduanya yang cukup jauh sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi Gabriel jika Skylar yang pada dasarnya masih sangat muda akan tergoda pria lain yang seumuran dengannya.   Tautan bibir keduanya terlepas setelah 3 menit berlalu, Skylar tersenyum pada Gabriel masih dengan nafasnya yang terengah – engah mendapati bahwa kini suaminya itu tengah menatapnya dalam. Tangan Skylar bergerak menata kerah kemeja Gabriel yang sedikit berantakan, serta tak lupa merapikan surai bagian belakang pria itu yang sempat menjadi pelampiasannya sejenak ketika mereka saling melumat bibir satu sama lain. Netra Skylar melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya, sebentar lagi ia harus masuk kelas.   “Bekerjalah dengan semangat, kuliahku selesai pada jam makan siang jadi aku akan mengantarkan makan siang ke perusahaanmu. Kita makan siang berdua, okay?” Gabriel menganggukkan kepalanya, menyetujui usulan istrinya itu. Lagipula itu sama sekali tidak merugikannya, dengan kedatangan wanita itu untuk menemuinya ketika jam makan siang, setidaknya rasa rindu Gabriel dapat terlampiaskan secepatnya.   “I love you, husband~” mendengarnya, Gabriel mulai tak dapat menahan senyumnya. Pria itu mendaratkan kecupan lembut pada dahi Skylar.   “Aku akan menunggumu ketika makan siang, dan John, ingat, jangan sampai terlambat menjemput istriku.” Doenggg* Skylar seolah baru disadarkan sekarang. Gabriel menyuruh John supir mereka untuk menjemput Skylar, dan wanita itu baru mengingatnya bahwa di mobil ini tidak hanya ada dirinya dan Gabriel, tetapi juga ada John yang setia duduk diam dan bernafas didepan sana, dibalik kemudi mobil.   ‘s**t! Kau bodoh sekali Sky!’ umpat wanita itu dalam hati, kemudian menunduk dalam – dalam dengan wajah yang kelewat memerah.   “Sayang, hey… kenapa wajahmu sangat merah secara tiba – tiba? Kau sakit?” tanya Gabriel dengan khawatir, sembari mengusap pipi serta mengamati wajah Skylar dengan begitu intens dan teliti. Takut jika terjadi sesuatu pada istrinya itu.   “T-tidak, ini.. i-ini mungkin efek aku yang kesulita bernafas.” Kilah wanita itu yang menimbulkan sebuah tatapan curiga dari Gabriel. Oh, tentu saja tidak akan semudah itu untuk membuat pria itu mempercayainya bukan?   “Kau pikir kau bisa menipuku hm? Cepat katakan padaku, atau aku akan menyeretmu pulang sekarang juga dan membatalkan kuliah mu serta pekerjaanku. Cepat bicara yang jujur padaku.” Tuntut Gabriel yang membuat Skylar menghela nafasnya, yah.. mau bagaimana lagi. Daripada ia yang harus gagal masuk kuliah dihari pertama kan? Mana mungkin ia mau memberi kesan pertama yang buruk dimata dosen maupun mahasiswa lainnya dengan membolos begitu saja bukan?   “A-aku hanya malu…” cicit Skylar begitu lirih. Tangannya menarik – narik kecil. jas mahal suaminya. Sialan, itu menggemaskan sekali dimata Gabriel. Pria itu menggigit bibir bawahnya sembari mengumpat dalam hati.   “Aku harus segera masuk kelas, bye!” pamit wanita itu singkat, tanpa menunggu balasan apapun dari Gabriel yang masih melongo ketika Skylar melesat begitu saja keluar dari mobilnya dan berlari memasuki gerbang kampus tempatnya berkuliah.   Setelah sadar dari blank sesaatnya tadi, Gabriel terkekeh kecil melihat punggung sempit istrinya yang terlihat kian menjauh melewati banyak kerumunan mahasiswa serta mahasiswi lainnya. Menggemaskan sekali. Entah harus berapa kali lagi Gabriel mengucapkannya, yang jelas Skylar bahkan lebih dari itu. Wanita itu tak dapat didefinisikannya. Begitu indah, menggemaskan, menggoda, dan jutaan kata memuja lainnya memenuhi otak Gabriel yang cemerlang itu.   Akhirnya setelah Skylar benar – benar tak terlihat lagi oleh sepasang matanya, Gabriel memerintahkan John untuk menjalankan mobil yang mereka naiki menuju perusahaan Gabriel berada. Pria itu melirik arloji mewah dengan harga mencengangkan yang melingkari pergelangan tangannya itu dan menghela sebuah nafas berat. Hah… masih sekitar 4 jam lagi Skylar pulang kuliah dan menghampirinya di perusahaan untuk makan siang. Baru saja melepas wanita itu untuk pergi kuliah, namun Gabriel telah merasakan kerinduan pada istri tersayangnya itu. Berusaha memfokuskan diri pada lembaran – lembaran file berharga diatas meja kerjanya sehingga dirinya berharap waktu akan cepat berlalu tanpa ia sadari. -   Sementara itu, kini Skylar tengah celingak – celinguk melihat sekitarnya, mencari dimanakah keberadaan kelas tempatnya melangsungkan perkuliahan. Wanita itu benar – benar kebingungan tak tau harus kemana langkahnya berjalan, hingga sebuah tangan menepuk bahunya dari belakang secara tiba – tiba, membuat wanita itu terlonjak kaget hingga sosok lainnya ikut terkaget – kaget.   “Oh, maaf, aku tak bermaksud mengejutkanmu.” Ucap sosok itu yang kian membuat Skylar membulatkan matanya. Wanita itu menunjuk – nunjuk kearah sosok itu masih dengan wajah shock – nya.   “K-kau… Aaron?!!!” pekik Skylar spontan, menyebabkan beberapa manusia lain yang ada disekitar mereka ikut menoleh, menatap keduanya dengan tatapan ingin tau.   “Iya, ini aku.” Balas sosok itu yang tak lain merupakan Aaron. Ya… Aaron, pria yang dulu pernah membuat Gabriel cemburu setengah mati padanya. Bahkan Skylar ingat betul, Gabriel mabuk – mabukkan karena berpikir bahwa Skylar menolak bersamanya demi Aaron dulu.   “Sky? Kenapa melamun?” tanya pria itu menyadarkan Skylar dari lamunannya.   “O-oh, k-kenapa kau ada disini?” Skylar mengatakannya dengan terbata – bata, menatap Aaron dengan tatapan serta  ekspresi yang jelas masih terlihat begitu terkejut.   “Aku juga berkuliah disini, oh bahkan aku tak menyangka bisa bertemu dan satu kampus lagi denganmu.” Jawab Aaron dengan terkekeh kecil, membuat Skylar ikut tersenyum kecil, terpaksa sebenarnya. Dalam hati wanita itu takut jika Gabriel makin berpikiran yang tidak – tidak jika mengetahui fakta ini. Skylar sudah terlalu hafal dengan tingkah luar biasa posesif pria itu, apalagi mengingat kini ia berada disatu lingkungan lagi dengan Aaron, bisa – bisa jika suaminya itu tau pria itu bisa saja memindahkan tempat Skylar berkuliah bukan?   Diam – diam Aaron melirik kearah tangan Skylar, melirik jari manis wanita itu yang kini telah terisi dengan sebuah cincin cantik yang dapat dinilainya tidak berharga terjangkau itu. Hatinya berdenyut disana, nyeri melihat cincin yang begitu cantik melingkari jari wanita dihadapannya, namun tak dapat melakukan apapun yang setidaknya dapat mengurangi rasa sakit hatinya.   “Ah, hampir saja aku lupa mengatakannya padamu.” Skylar mengernyitkan dahinya ketika pria itu mengulurkan tangan padanya. Inginnya menolak karena takut Gabriel mengirimkan mata – mata untuk mengawasinya selama berkuliah, tapi merasa tak enak dengan Aaron yang kini masih menanti balasan uluran tangannya. Akhirnya setelah berdebat dalam batinnya, dengan ragu – ragu Skylar menjabat tangan pria itu ringan.   “Selamat untuk pernikahanmu. Kuharap kau hidup dengan bahagia selalu bersama suamimu.” Mendengarnya, wanita itu hanya mampu tersenyum simpul. Sedikit banyak merasa canggung nampaknya menghadapi pria itu setelah mendengar pengakuan cinta dari Aaron sebelumnya.   “A-ah, baik, terimakasih banyak. Kuharap kau pun akan hidup dengan bahagia juga.” Aaron membalasnya dengan kekehan kecil lagi sembari melepas jabatan tangan mereka.   ‘Mana mungkin aku bisa hidup dengan bahagia untuk saat ini Sky, sementara seseorang yang sangat kucintai telah meninggalkanku menikah dengan pria pilihannya.’ Kecut Aaron dalam hati.   “K-kalau begitu aku ke kelas dulu ya?” pamit Skylar lalu tanpa menunda lagi melangkahkan kakinya dengan segera menuju kelas tempatnya berada. Entah efek panik karena bertemu Aaron atau apa,  kini wanita itu tiba – tiba saja melangkahkan kakinya dan menemukan nomor ruangan dimana menjadi tempatnya masuk kelas kuliah untuk pertama kalinya hari ini.   Wanita itu berjalan cepat – cepat sekali sambil membatin kenapa Aaron terus – menerus mengikutinya dari tadi terus sih. Apa yang sebenarnya pria itu inginkan? Bukankah dia juga tau jelas bahwa kini dirinya telah menjadi milik orang lain secara sah dimata Tuhan maupun hukum negara? Wanita itu jadi merasa parno sendiri karenanya.   Tepat setelah belokan lorong, Skylar berjalan kearah kiri. Wanita itu menemukan nomor ruangan yang menjadi tempatnya berkuliah untuk jam pertama ini, dan segera berbalik ketika wanita itu masih mendapati Aaron mengikutinya, bahkan hampir ikut memasuki kelas yang sama pula.   “Kau… kenapa ada dibelakangku? Kau mengikutiku?” tanya Skylar to the point, awalnya wanita itu ragu – ragu untuk mengatakannya. Tapi mau bagaimana lagi? Setidaknya ia harus memastikam dari pada salah langkah dan membuat suaminya yang kini mungkin tengah berada di kantor perusahaannya itu marah besar dan cemburu padanya.   Wanita itu kembali mengernyitkan dahinya kala melihat Aaron kini justru terlihat tergelak kecil akibat pertanyaannya, bukannya justru menjawab pertanyaan yang baru saja wanita itu lontarkan pada Aaron.   “Aku tidak mengikutimu Sky, dari jadwal mata kuliahku, tertera bahwa jam pertama mata kuliah akan berlangsung diruangan ini.” Blank* otak wanita itu blank seketika mendengarnya.     “Satu  fakta lagi yang baru kita ketahui pagi ini. Bukan hanya berada disatu kampus, ternyata kita juga berada dikelas yang sama ya? Wahh, aku benar – benar nyaris tak percaya mengetahuinya.” To be continued~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD