Chapter 3

1017 Words
“Kau tidak lupa menyuruhnya langsung pulang kan?” “Mana mungkin aku lupa? Kau pikir aku sebodoh itu?” “Ck, bukan begitu. Aku hanya mengantisipasi agar dia tak mencurigai apa yang kita lakukan dibelakangnya. Memangnya kau ingin kita ketahuan oleh gadis kecilmu itu hah?” “Tentu saja tidak!” “Makanya, jangan banyak protes. Lagipula kau akan menikmati ini juga kan?” - Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh dari tempatnya bersekolah, akhirnya Skylar sampai disebuah gedung mewah yang sudah pernah ia datangi lalu – lalu. Gadis itu keluar dari mobil setelah kembali mengucap terima kasih pada Russel, supir pribadi Gabriel, yang kembali membukakan pintu mobil untuknya. Tanpa ragu – ragu gadis itu memasuki gedung besar itu. Kini dirinya telah hafal dimana letak penthouse Gabriel, jadi hal itu tak lagi membuatnya merasa canggung atau takut salah penthouse. Sampai didepan pintu tempat yang ia tuju, gadis itu mengeluarkan kartu yang digunakannya untuk dapat masuk kedalam penthouse Gabriel. Untuk informasi saja, kartu itu telah Gabriel serahkan pada Skylar sejak pertama kali gadis itu mendatanginya dulu dipenthouse, saat terjadi tragedi kecemburuan bodoh Gabriel. Memalukan memang jika mengingat masa itu. Klikk* Tangan gadis itu meraih gagang pintu yang nampak begitu kokoh itu, membuka pintu penthouse perlahan, bersiap dengan keheningan yang akan menyapa, namun… Trakkk! Mata gadis itu membulat. Tubuhnya membeku, tak dapat bergerak seinci pun. Benar – benar seolah dirinya tak dapat lagi mengendalikan tubuhnya sendiri. “Kenapa diam saja hm?” Skylar masih tak dapat berkutik. Gadis itu masih terlalu terkejut hingga tak mampu mengucapkan sepatah katapun. “Tak ingin menghampiriku dan meniup lilin - lilin ini?” tanya seseorang yang berdiri sekitar 3 meter didepannya itu dengan senyum paling teduhnya. Gabriel. Sosok itu adalah Gabriel yang tengah berdiri dengan tubuh tegapnya, membawa sebuah kue yang dikelilingi lilin – lilin kecil. Menyambut kedatangan Skylar dengan kue berhiaskan coklat dan cherry serta taburan hiasan manis berwarna emas. Gabriel pun memutuskan untuk menghampiri gadisnya yang nampak masih membeku ditempatnya berdiri itu, menyodorkan kue ditangannya kearah Skylar agar gadis itu meniup lilin disekeliling kue. “Cepat tiup lilinmu.” Perintah Gabriel yang diikuti Skylar. Gadis itu tersenyum dengan manik matanya yang nampak berkaca – kaca. Fyuhh* Lilin telah padam, Gabriel menaruh kue itu dimeja dekat tempatnya berdiri, lalu tanpa menunda lagi membawa gadisnya itu masuk kedalam rengkuhannya. “Congrats for your graduation sayang.” Bisik Gabriel sembari mendaratkan sebuah kecupan didahi Skylar, membuat gadis itu kian mengeratkan pelukannya pada tubuh besar Gabriel. Dia tak pernah menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi dalam hidupnya, dan Gabriel lah sosok yang melakukannya. Sosok yang sama sekali tak pernah terlintas dalam pikirannya akan menjadi sosok yang kelak begitu ia cintai seperti yang ia rasakan detik ini, bahkan begitu banyak memberinya cinta seperti sekarang. Setelah beberapa saat hening melebur dalam pelukan hangat, Skylar memutuskan untuk sedikit meregangkan lingkaran tangannya. Menatap Gabriel lagi dengan senyum dibibirnya. “I love you om.” Bisiknya sebelum berjinjit memberikan sebuah kecupan dipipi pria itu. Membuat letupan kembang api serta ribuan kupu – kupu seolah terasa beterbangan dalam perut pria itu, semua yang berhubungan tentang Skylar akan selalu membuat Gabriel menjadi sosok bodoh karena tak berpengalaman mengahadapi perasaan asing itu. Tangannya yang lebar menangkup pipi kanan Skylar, mengusapnya lembut nan hangat. “I love you more sayang, you know that well.” Balas Gabriel sebelum kemudian mempertemukan bibir mereka dalam sebuah kecupan ringan, lalu berubah menjadi lumatan lembut yang menjadi cara kedua manusia itu menyalurkan perasaan mereka. Manik mata Skylar terpejam, tangannya bertengger dibahu lalu bergerak menuju leher Gabriel. Berpengangan disana demi  menahan lututnya yang telah melemas bak agar – agar. Kakinya sedikit menjinjit demi mengimbangi Gabriel yang sebenarnya juga telah menundukkan tubuh tegap jangkungnya. Berbanding cukup jauh dengan tubuh mungil Skylar, sekitar 20cm tepatnya. Gabriel meraih pinggang ramping gadis itu, mengusapnya lembut tanpa terkesan m***m. Kini nampaknya pria itu paham bagaimana cara menyalurkan rasa cintanya pada gadis itu tanpa membuat Skylar merasa risih padanya seperti awal mereka bertemu dulu. Salah satu kebodohan Gabriel yang dulu hanya mengenal cara menjadi seorang lelaki b******n hingga membuatnya berlaku m***m pada Skylar sejak pertama keduanya bertemu. Beruntungnya Skylar tak lari ketakutan karenanya. Karena jika hal itu terjadi, Gabriel pasti akan lebih susah lagi menaklukkan hati gadis yang begitu ia cintai ini. Setelah sekian menit berlalu ketika keduanya saling mempertemukan bibir mereka lembut, akhirnya dua manusia itu saling melepaskan tautan bibir. Memberi sedikit jarak untuk keduanya saling mengambil nafas. Gabriel dan Skylar saling bertatapan, menghadirkan kekehan kecil diantara mereka sebelum Gabriel meraih tangan Skylar. Membawa tangan dengan jemari lentik itu keatas, mendaratkan sebuah kecupan dipunggung tangan gadis itu. Keduanya saling hening, namun tak ada rasa canggung sedikitpun. Gabriel menggerakkan tangannya, melepas tangan kirinya dari menggenggam tangan Skylar, namun tangan kanannya masih senantiasa tak mau melepaskan tangan kiri Skylar. Setelah merogohkan satu tangannya pada saku jas, pria itu dalam diam memasukkan sebuah cincin dengan aksen mewah namun sederhana pada jari manis Skylar yang juga anehnya dapat melingkar dengan pas dijari manis gadis itu. Skylar tak mampu berkata – kata lagi. Gabriel begitu penuh kejutan yang tak pernah ia duga akan dilakukan oleh sosok pria yang dulunya ia anggap begitu menyebalkan itu. Blank. Otaknya benar – benar kesulitan untuk mencerna hal yang terjadi padanya barusan. “Aku tidak akan bertanya apakah kamu mau menikah denganku atau tidak, tapi aku akan memintamu untuk menikah denganku. Jadi aku tak memerlukan jawaban darimu. Aku memaksamu untuk mau menikah denganku, tak ada penolakan dalam bentuk apapun yang akan aku dengarkan darimu.” Ucap Gabriel dengan yakin tanpa keraguan sedikitpun, membuat Skylar mengusap kembali air mata yang nyaris mengalir disudut mata gadis itu seraya mendengus lucu. Ya, seromantis apapun Gabriel, pria itu tak akan pernah meninggalkan kesan menyebalkannya. “Then, I’ll not answer that I rejected you.” Balas Skylar yang makin melebarkan senyuman Gabriel. Pria itu dengan gemas mendaratkan banyak kecupan – kecupan kecil diseluruh wajah Skylar, menghasilkan kekehan geli gadis itu merasakan tingkah absurd lelaki dewasa yang kini begitu ia cintai. “Aku akan menghubungi Anthony untuk mengurus segala keperluan pernikahan kita.” Ucap Gabriel dengan begitu antusias. “T-tunggu, mengapa kau menghubunginya sekarang? Bukankah terlalu awal untuk menyiapkan segala keperluan pernikahan dari sekarang?” Skylar kembali dibuat bingung oleh Gabriel. “Terlalu awal bagaimana? Kita akan menikah bulan depan, waktu kita terbatas jika tidak mengatur segalanya dari sekarang.” Hening beberapa detika. Skylar masih berusaha mencerna ucapan pria didepannya itu. Kepalanya memiring, menatap Gabriel dengan tampang bodohnya. “Bulan d-depan? t-tiga puluh hari lagi om?!!” To be continued~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD