Mengira, Wira pergi ke warung, Ziah ke luar dari dalam kamar mandi. Tapi, ia sungguh terkejut, karena ternyata Wira duduk di kursi dapur, dan tengah menatap ke arahnya. "Aa ...." Wajah Ziah jadi pucat karena terkejut melihat Wira. Wira bangkit dari duduknya, lalu berjalan mendekati Ziah yang masih terpaku di ambang pintu kamar mandi. "Aku lupa, kalau ada obat diare di atas kulkas. Duduklah, minum obatnya." Wira membimbing lengan Ziah untuk duduk di ruang makan. Ziah menurut saja, ia duduk di kursi makan sederhana yang terbuat dari kayu. "Apa sakit sekali, sampai kamu menangis?" tanya Wira cemas. Ziah tidak menjawab, ia sibuk menyusut air matanya yang terus turun ke pipi. Wira menatap Ziah, rasa cemas yang ia rasa. "Kalau sangat sakit, kita ke Puskesmas saja." Wira mengeluarkan obat d