Melihat keluarga Eno

1139 Words
“Ina, maafkan Eno jika Eno punya salama sama kamu. Maaf jika dia harus meninggalkan pernikahan yang seharusnya dilaksanakan. Jika dia nurut apa yang aku katakan. Aku meminta dia pulang lebih awal sebelum hari pernikahan kalian. Tapi, dia tidak menurut apa yang aku katakan. Katanya masih banyak sekali kerjaan. Jika dia nurut mungkin semua tidak akan pernah terjadi.” Kata ibu Eno, da duduk di samping Ina. d**a Ina terasa sangat sesak, dia tidak bisa bayangkan juga hati ibunya yang kehilangan anaknya yang sangat diharapkan. Bahkan ibunya terus memeluk baju anaknya. Dia pasti sangat merindukan Eno. Ibunya Juga yang pasti sangat kehilangan Eno daripada dirinya. Hatinya sangat terpukul. Melihat tangisannya, Ina tak kuasa menahan air matanya lagi. Hatinya ikut tersentuh. “Tante, semua bukan salah tante. Mungkin memang ini adalah takdir. Kita tidak bisa merubah takdir kematian kita. Kita doakan saja yang terbaik untuk Eno di sana. Biarkan dia tenang di surga.” Ina memeluk tubuh Ibu Eno, telapak tangan kanannya mengusap punggung Ibu Eno, dia mencoba untuk menenangkannya. Ina memejamkan kedua matanya. Hatinya terasa sangat sesak. Dia berusaha untuk tetap tegar di depan orang tua Eno. Meskipun dia tahu jika Dirinya tidak sekuat yang dibayangkan. Ina, terus mengerutkan wajahnya. Dia benar-benar tisak bisa menahannya Tapi, dia lupa jika masih memeluk tubuh ibu Eno. Dia jauh lebih menyakitkan dari pada dirinya. Dia juga lebih segalanya kehilangan anak yang jadi harapan keluarga. Sementara adiknya seorang wanita. Dia duduk dengan tatapan mata kosong. Adik Eno duduk di sofa. Kedua matanya menatap kosong ke depan. Bahkan kedua mata sudah terlihat sembab. Dia seperti habis menangis seharian. Tapi saya dia luar dia hanya menunjukan bekasnya tanpa menunjukan bagaimana keluarganya mencoba untuk tetap semuanya. Kenapa aku harus seperti ini Hatiku benar-benar sakit. Dadaku perlahan mulai sesak. Dua merasakan emosi baru orang tua Eni. Semua keluarganya dia rasakan semuanya. Apalagi di keluarga Eno. "Tante makasih banyak ada sudah memberikan yang terbaik apalagi aku tidak mau keluarganya juga sedih. "Ibu.. Ibu.." Beberapa kali ibu Eno tidak sadarkan dirinya. Saat dia ingin melihat semua barang-barang Eni tadi. Bahkan mereka tidak terlalu sibuk dengan kenangan bersama keluarga kecilnya. Keluarga Eni merasa sangat bahagia sekaligus sedih. Hanya barangnya saja menunjukan jika dia sudah akan muncul meski hanya sekedar jasadnya. Keluarganya sudah menerima kenyataan itu. Keluarga sangat sedih saat kehilangan Eno. Semuanya terpukul atas kepergiannya yang mendadak. Ingin aku putar kembali waktu. Aku ingin dia tetap ada disini. Tapi semuanya mungkin tidak akan semudah itu. Dan, tidak akan mungkin lagi. Ina tersenyum tipis Dia mendekatkan lagi duduk. “Tante, aku juga sedih kehilangan Eno, tapi aku tahu jika tante pasti lebih sedih daripada Ina. Ina bahkan hampir saja gila karena kepergian dia yang tidak terduga. Sempat terkejut. Sempat ingin mengakhiri segalanya. Tapi, aku merasa ada Eno di sampingku saat aku sedih. Seolah dia memeluk tubuhku sangat erat menenangkan aku dalam kesedihanku. Perlahan aku merasa tenang. Aku mencoba untuk ikhlas.” ucap Ina yang meluapkan juga perasaan pada ibu Eno. Dia merasa sangat lega saat harinya sudah dibicarakan pada semua keluarga. Ibu Eno tahu perasaan hati Ina. Dia menghela rambut panjang Ina. Meski hatinya sendiri luka. Ibu Eno masih sempat untuk menenangkan hati Ina. Dia mulai terbesit sebuah pesan dari Eno yang masih melekat di pikirannya. Mau tidak mau juga harus segera menyampaikan semuanya. “Ina, kelak jika kamu menikah dengan laki-laki lain. Jangan lupakan tante. Kamu sudah aku anggap sebagai anak tante juga. Setelah kepergian Eno, tante hanya punya adiknya dan kamu. Kamu jangan lupakan tante.” Kata Ibu Eno. Dia memegang tangan Ina, kedua matanya menatap mata Ina yang penuh ketulusan pada anaknya "Pasti aku tidak akan melupakan kalian semua. Kalian semua adalah bagian keluarga dariku. Aku sayang sama kalian. Termasuk juga Eko. Aku juga sangat sayang dengannya. Bahkan sayangku dengan Eno melebihi aku sendiri. Aku ingin tahu semuanya. Dia juga ingin tahu semua kenyataan yang ada pada dirinya sekarang. Bahkan, dia rela masuk ke rumah untuk melawan hatinya yang terus sana menoleh untuk pergi. Hatinya juga sangat sa Ina menarik napasnya dalam-dalam, dia mengukirkan sebuah senyuman tipis di wajahnya. “Tante aku tidak akan pernah melupakan tante, aku akan selalu kasih kabar sama tante. Dan, setelah ini. Mungkin aku sekalian berpamitan sama keluarga. Aku mau ke kota seberang. Mungkin akan jarang pulang, jika berkenan. Aku akan selalu menghubungi tante nantinya.” Ibu Eno menyeka air matanya, dia melepaskan pelukan Ina. Menatap kedua mata Ina sangat lekat. "Ibu tahu kamu juga pasti sangat kehilangan sosok Eno. Dia juga yang akan membawamu ke pelaminan. Pastinya kamu sudah sangat berharap padanya. Tapi, harapan itu pupus seketika. Hanya karena ulah Eni sendiri Sekarang, tante garap jika kamu sabar. Jangan marah dengan Eno ya. Dia sudah mengingkari janjinya padamu Dia bahkan membuat pernikahan itu batal. Maafkan dia tidak salah aku yang salah Aku yang tidak membiarkan dia dia pulang sesudah kejadian. Dia mau pulang saat hari ha. Tapi, tapi aku menolaknya. Dan, meminta segera pulang. Maafkan ibu semua salah Ibu. Ibu lebih penting dari segalanya. Ibu sangat ingin mencari semua berita yang menyebarkan gosip tidak sedap tentang hubungan kalian" "Gosip?" tanya Ina memastikan. "Iya gosip saat sebelum kalian menikah? Apa tidak ada yang tau dari keluarga kamu. Tapi aku sudah melaporkannya. Jika kamu ada masalah lagi hilang sama Ibu. Anggap aku ini kamu sendiri." “Pasti, kamu bagian dari keluarga ini. Kamu harus kasih kabar setiap hari.” Ina terdiam sejenak, dia tertunduk. Kedua matanya menatap ke lantai. “Iya, tante.. Tapi, apa aku boleh tau tante tentang anak tante sebelum dia pergi. Dia pernah berkata apa sama tante?" tanya Ina mulai bertanya lebih harga pada Orang tua Eno. "Tadi, dia menitipkan tadi. Dia membawa beberapa perhiasan yang sekarang sudah tante berikan pada kamu. Dan, satu lagi dia juga pernah bilang jika jaga Ina. Jangan sampai Ina sakit." kata itu membuat orang tuanya ingin melakukan pasar terakhir anaknya meski saat ini dia sudah tidak ada. "Permisi tante!" ucap Vian, dia berjalan mendekati Ina dan ibu Eno. "Vian maafkan tante. Tante tidak bisa menyiapkan apapun untuk kalian. Tapi, adik Eno sudah pesankan makanan. Kalian disini atau langsung pulang?" tanya Ibu Eno. "Kita langsung pulang saja. Maaf sudah banyak sekali merepotkan." kata Ina. Dia tersenyum tipis. "Kalian tidak merepotkan sama sekali." ucap Ibu Eno. Dalam perjalanan besok kalian hati-hati. Cian jaga Ina. Tante titip dia. Ingat pesan Eno. Jangan sampai Ina kenapa-kenapa. Dia bahkan begitu antusiasnya melihat beberapa perhiasan dan baju milik Eno. Belum merasa puas dengan segala yang di lihat nya. Dia masih ingin bertahan di sana. Dan, melihat kabar penyelidikan lebih lanjut tentang Eno. Semua gampang saling berbincang satu sama lain. Orang yang tidak rokok terus coba rokok. Berarti hidupnya ada masalah. Ina ingin ketenangan. Dia bangkit dari duduknya. Dan, berjalan di taman luar rumahnya. Dia juga masih sempet saja melihat ponselnya. Melihat semua foto bersama dengan Eno. Ina mencocokkan foto dan baju yang Enovpakai saat bersama dengannya. Dia masih bertemu oleh Ina.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD