Kejadian itu merenggutnya

1653 Words
Flash back Ina Setelah pertunangan baru saja selesia di laksanakan. Moment bahgai itu seketika berubah. Saat Eno, kekasih Ina harus mendapatkan tugas negara ke luar kota. Iya, dia adalah seorang tentara yang harus pindah tugas ke kota. Dan kali ini memang dia harus menunda pernikahannya. Kabar itu membuat Ina merasa sangat terpukul. Semula pernikahan akan di lakukan 2 minggu kemudian. Karena pindah tugas. Dia harus pergi dan akan selesai tugas 2 tahun lagi. Hal itu membuat Ina merasa sangat terpukul. "Sayang, apa kamu menerima tugas itu?" tanya Ina memastikan. "Iya.. jadi kamu harus jaga diri. Dan ingat, tetap setiap." Eno tersenyum tipis, mencolek hidung Ina. "Itu pasti. Aku tidak akan mengecewakan hubungan kita. Mungkin ini takdir kita. Selama kamu tidak pergi jauh dariku." "Pergi jauh hanya. Tugas. Bukan pergi selamanya." ucap Eno. Mengusap ujung kepala Ina. Kembali wajah Ina memerah malu seketika. "Oh, ya. Maaf, Ina… Maaf, ya. Aku harus kembali lagi bertugas. Aku lakukan semua demi negara dan kamu patinya. " ucap Eno. Mengusap lembut rambutnya Ina. "Kamu jaga diri baik-baik. Dan aku juga akan jasa diri di sini." ucap Ina. Tersenyum tipis menatap wajah Eno untuk terkahir kalinya. "Jangan sampai kamu khawatir padaku nanti. Aku aku kamu harus ikhlas." ucap Eno. Tersenyum tipis. "Ikhlas untuk apa?" tanya Ina bingung. Entah kenapa, Ina merasa sangat bingung. Gimana tidak. Hari ini Eno terus tersenyum tipis. Seakan dia sangat bahagia. Tetapi berbeda dengan Ina. Dia merasa sedih, seperti akan kehilangan jauh. "Gak apa-apa, udah jangan di pikirkan. Aku gak bisa lama-lama. Nanti ketinggalan pesawat." Eno. Segera bergegas melangkahkan kakinya, pergi meninggalkan Ina. Bukanya Ina senang. Dirinya merasa masih sangat ragu dan khawatir padanya. Ia merasa sangat cemas. Keringat dingin mulai bercucuran keluar dari tubuhnya. Entah itu mungkin hanya perasaannya karena terlalu sayang. Atau hanya merasa sangat khawatir mencintai dia. Entahlah. Ina terus menghembuskan napas kasarnya. Eno membalikkan badannya. Dia tersenyum menatap ke arah Ina yang ada di belakang. masih menatap kepergiannya. Antara rela dan tidak rela. Dia juga harus tetap merelakan dia pergi. "Selamat tinggal, sampai jumpa lagi. Jangan diri kamu baik-baik." ucapan itu seakan menjadi ucapan terkahir yang di dengarnya. Sebuah kata yang tersirat. Sebelum kepergiannya. Entah kenapa dia bilang seperi itu. Tetapi, rasanya menusuk sekali di hatinya. Tetesan air mata itu menemani kepergiannya. Setiap jejak langkahnya akan selalu membekas dalam ingatannya. Dan akan selalu dikenang, bersama dengan langkah kaki, serta senyum manisnya. ------ Ina berbaring di atas ranjangnya. Dia tidak hentinya terus menatap ponselnya menunggu kabar darinya. Bahkan dari tadi dirinya merasakan kehilangan seseorang. Rasa cemas mulai menyelimuti sekujur tubuhnya. Setelah 10 jam kepergian Eno dari rumahnya. Sekarang belum ada jawaban juga. Padahal biasanya perjalanan hanya memakan waktu 7 jam jika pergi ke Negara seberang. Tetapi ini lebih dari yang di perkiraannya. Merasa tubuhnya tiba-tiba sangat cemas. Ina beranjak bangkit dari ranjangnya. Dia berjalan menuju ke ruang tamu. Pandangan matanya kosong. Seperti sedang meratapi kehilangan seseorang. Jemari tangannya gemetar, memegang posenlnya yang berkali-kali hampir saja terjatuh. Semua keluarganya menatapnya bingung. Apa yang terjadi pada anaknya. Dia seperti orang linglung. Di sapa tidak menoleh sama sekali. Dan Hanya satu penyebabnya. Mungkin Eno belum memberi kabar padanya. Merasa khawatir. Entah kenapa ayah Ina ingin sekali menyalakan televisi. Seakan sudah memberikan sebuah petunjuk dari kegundahan hati anaknya. Ayahnya menoleh lagi, melihat anaknya yang pergi ke ruang tamu. "Ina…" panggil ayahnya. Ina hanya diam, tanpa membalas panggilan ayahnya. Dia terus berjalan menuju ke ruang tamu. Ia duduk di sofa. Dengan tangan tak hentinya terus menggenggam ponselnya. "Ina… Kamu kenapa? Kelihatannya gelisah begitu?" tanya ibunya. Ina menghela napasnya. "Aku juga tidak, tahu, bu. Aku merasa diri aku kosong. Aku tak punya lagi kesempatan hidup." ucap Ina. "Huss… Jangan bicara seperti itu. Lagian gak baik juga." ucap ibunya. "Tapi, bu. Aku merasa. Ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya. Aku ingin sekali berteriak sekeras-kerasnya." ucap Ina. "Bentar, ibu mau menemui keluarga kamu lainya." ucap ibunya. "Baiklah!" Ibu Ina segera pergi. Dan tak selang berapa lama dia tiba-tiba kembali lagi. Dengan langkah terburu-buru dan sangat cemas. Ia mencoba mendekati anaknya. Yang terlihat lebih cemas dari pada dirinya. "Ina… Gimana, sudah dua jam. Kamu belum dapat kabar dari calon suami kamu?" tanya Ratih ibu Ina. Dia berjalan menghampiri anaknya. Yang terlihat semakain merasa sangat cemas. Sekujur tubuhnya gemetar. Ina duduk di sofa ruang tamu. Tubuhnya gelisah. Dia mencengkeram ponselnya sangat erat, di dalam delapan tubuhnya. Dan terus menunggu kabar dari kekasihnya itu. Arga. Entah kenapa dirinya merasa hatinya sangat sedih. Tanpa sebab. Dia juga tiba-tiba meneteskan air matanya. Ina bingung, kenapa air mata tiba-tiba menetes. Dan hatinya terasa sangat sakit, sedih. "Ina.. kamu kenapa, bagus?" tanya Ratih. "Aku gak tahu, ma." ucap Ina, mengusap air mata dengan punggung tangannya. Ratih duduk di samping Ina. Dia memegang tangan Ina. Dan mencoba membuat hati Ina kerasa tenang. "Ina.. Apa kalian ada masalah? Atau memang kamu sedang bertengkar tadi dengan Eno?" tanya Ratih pada anaknya. Ia mencoba merangkul bahu Ina dari belakang. Mendekapnya sangat erat. Dengan tangan mengusap lengannya lembut. "Jika kalian bertengkar itu wajar. Dalam hal pernikahan itu pasti akan terjadi. Dan itu bisa jadi cobaan dalam pernikahan kamu nantinya. Sekarang tergantung kamu dan Eno nanti. Apalah kamu bisa bertahan dengan cobaan itu atau tidak." ucap Ratih sok bijak. Ina hanya diam saja. Dia masih merasa sangat gelisah. Pikirannya kacau, dan smeua terkejut saat foto kekasihnya tiba-tiba terjatuh dari atas meja. Antara takut, dan jantungan saat mendengar suara keras itu. ------ Ina, coba lihat berita hari ini." teriak papanya. Dia berlari menghampiri Ratih dan Ina. "Berita, apa, sih. Pa?" tanya Ina malas. "Kamu lihat saja sendiri. Papa gak sanggup cerita semuanya." "Apa, sih, pah?" tanya Ratih istrinya. "Kalian lihat saja sendiri." Ina yang penasaran dia berlari lebih dulu pergi meninggalkan orang tuanya. Dan berdiri tepat di depan tv. Tubuhnya gemetar, lemas, melihat berita di tv. Tentang pesawat jatuh hari ini. Air kata mulai bercucuran keluar. "Enggak! Gak, mungkin. Gak mungkin itu pesawat dia. Gak mungkin" ucap Ina tak percaya. Dia menggelengkan kepalanya dan berjalan menarik ke dua kakinya menuju ke kamarnya. Dia bingung harus apa. Tubuhnya gemetar, bibirnya sedikit menganga tak percaya dnegan apa yang di dengar, dan dia melihatnya tadi. "Enggak… Eno.. Eno... Gak mungkin, aku gak percaya. aku gak percaya itu pesawat yang di tumpangi Eno... Gak, Eno sudah janji.. Dia pasti akan kembali. Dia pasti akan menikahiku 2 tahun lagi. aku yakin itu… Aku yakin.." tangisan Ina semakin pecah. "Itu gak mungkin dia. Gak mungkin, kan?" gumam Ina. Tak kuasa dia meneteskan air matanya. Mengacak-acak rambutnya frustasi. "Aku gak mau… Aku gak mau kehilangan kamu.. hikss.. Aku belum sanggup tanpamu, aku belum sanggup. Eno.. Jangan pernah pergi." Ina tak kuasa tubuhnya demikian lemas. Ia duduk di lantai, memegang kepalanya, berbaring di atas lantai . "Eno… Semoga saja kamu cepat menghubungiku." gumam ina. Dia teringat tentang ponselnya. Seketika beranjak bangun. dengan cepatnya, dan hembusan napasnya tak stabil. Ia mencoba membuka foto stary terakhir Eno. Menunjukkan tiket pesawatnya. Setelah tahu, Ina berlari keluar. Memastikan sendiri, jika itu bukan pesawat yang di tumpangi Eno. Ke dua tangannya gemetar memegang ponselnya. dan mencoba memastikan nomor pesawat yang di tumpanginya. Melihat kenyataan jika itu benar jika pesawat yang di tumpangi Eno. Tubuhnya semakin lemas. Napasnya mulai tersedak dan sesak. Hingga Ina tak sadarkan dirinya. Tergeletak di atas lantai. "Ina…" teriak Ratih, segera memegang tubuh Ina. Menepuk-nepuk pipinya. "Pah, Ina... Pah!" teriak Ratih panik. "Ina…" "Ina, sadarlah! Ina." ucap Ratih panik. "Pa, bawa Ina ke rumah sakit." ucap Ratih, ibunya. Semakin panik. Dan Delon papanya segera mengangkat tubuh Ina berlari masuk ke dalam mobilnya. Mobil mereka melaju dengan cepatnya ke rumah sakit. Melihat napas Ina tersendak-sendak. Dirinya semakin panik. Khawatir. Dan takut jika anak satu-satunya itu kenapa-napa. "Pah, sejak kapan Ina punya sesak napas." ucap Ratih, mengusap wajah anaknya. Wajahnya tak kalah khawatirnya. Mereka panik seketika. Belum juga kabar duka itu. Dan sekarang, anaknya yang tiba-tiba sesak napas. Sampai di rumah sakit. Delon membawa tubuh Ina berlari masuk ke ruang gawat darurat. Mereka tak bisa masuk saat dokter muali memeriksanya. Rasa cemas dan khawatir membuat mereka hanya bisa menunggu kabar dari dokter. Berjalan di depan IGD. Berjalan mondar-mandir, menghilangkan rasa cemasnya. Sampai dokter datang. Dan menghampiri mereka. "Anak bapak, ibu tidak apa. Dia tidak ada penyakit serius sama sekali. Dia hanya shok. Dan nanti juga dia akan kembali pulih." ucapan dokter itu seketika membuat Ratih menghela napasnya lega. "Sekarang saya bisa melihatnya, dok?" tanya Ratih. "Boleh. Tapi sepertinya dia jauhkan dari berita yang membuatnya terluka? Hatinya sepertinya sangat tertekan. Jadi dia harus butuh perhatian ekstra." "Iya, dok. Memang hatinya sangat tertekan sekarang. Pesawat yang di tumpangi suaminya kecelakaan. Dan dokter pasti tahu, tidak ada korban yang selamat." sambung papanya. "Jadi sekarang anda harus hindarkan dia dari televisi sebentar. Jika tidak ingin otak anak anda terganggu. Bisa-bisa dia ganguan jiwa. Karena hatinya sudah sangat terluka." "Apa itu sangat berbahaya, dik?" saut Ratih. "Iya.. " "Dia bisa terkena, broken heart syndrome, patah hati juga dapat mematikan karena gaya hidup tak sehat yang dilakukan oleh para penderita patah hati. Meningkatnya hormon stres dalam tubuh, ditambah dengan emosi yang tidak stabil, dapat memicu mutasi gen, sehingga sistem imunitas tubuh melemah." Patah hati alias patah hati pasti rasanya sangat menyakitkan. Patah hati merupakan peristiwa psikologis yang sifatnya traumatis. Sehingga tak jarang orang yang mengalami patah hati akan merasakan kesedihan yang luar biasa. Karena itu, jangan pernah menyepelekan namanya patah hati. Karena patah hati ternyata dapat membuat seseorang terkena penyakit yang sering disebut dengan sindrom patah hati atau sindrom patah hati. Sindrom ini dikenal juga dengan nama Tako-tsubo cardiomyopathy, yaitu salah satu bentuk kelainan yang terjadi pada sistem kardiovaskuler atau jantung. Sindroma patah hati pertama kali ditemukan pada awal tahun 1990-an oleh para peneliti asal Jepang.Dan ini tidak bisa di anggap remeh. Karena penyakit ini juga bisa mematikan. Sindrom ini dapat menyebabkan produksi hormon stres, sehingga mampu melemahkan fungsi otot jantung untuk sementara. Bahkan parahnya lagi, jantung dapat mengalami kerusakan, yang berujung dengan serangan jantung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD