5- Cinta Pertama Azel?

1071 Words
  ~♥~♥~♥~♥~   "Memories that are so long ago that it’s hard to remember I can’t explain why it hurts so much" -- Eyes (Jaypark)     ~♥~   "Ilham siapa sih?" Iqbal bertanya sekali lagi karena sejak tadi ia diabaikan. Azel malah melamun saat suara Iqbal menginterupsi pembicaraan mereka. "Woy! Ditanyain malah bengong." "Bukan urusan lo!" Azel mendelik ke arah Iqbal yang sekarang masuk ke dalam kamarnya. Iqbal mencebikkan bibirnya dan mengedikkan bahunya asal. Ia menghampiri Danang dan mencolek bahu cowok itu. "Ilham siapa?" bisik pemuda itu ke Danang. Danang ikut-ikutan mengedikkan bahunya dan melirik takut-takut ke arah kakaknya. Danang mengambil majalah Azel yang tergeletak di atas kasurnya dan mengamati cover depannya. Azel mengabaikan keduanya. Ia  mengotak-atik ponselnya kembali lalu tersentak sadar akan satu hal. Ia melirik ke arah Danang yang tengah asik membolak-balikkan halaman majalah miliknya. Azel bangkit dari duduknya dan mengambil paksa majalahnya, menggeplak kepala cowok itu, dan berteriak tepat di kupingnya.   "EH, YANG NYURUH KALIAN MASIH DI SINI SAPA, HAH?!" Azel berkacak pinggang menatap mereka yang langsung menciut tiba-tiba. "Pergi nggak!" Lagi-lagi Azel mengacungkan majalah itu ke arah Iqbal yang langsung keluar kamarnya dengan terbirit-b***t. "Gue juga kak?" Danang menunjuk dirinya sendiri dan memprotes pada Azel yang sekarang sedang mendorongnya keluar. "Ya jelaslah! Lo nggak liat di depan ada tulisan nama lo dilarang masuk. b**o!" Danang mendengus sebal ia mengaduh sekali lagi saat Azel kali ini berhasil menggeplak lengannya. "Iya-iya! Gue keluar," kata Danang. Cowok itu meringis sambil menutup pintu kamar Azel. Karena sedetik ia terlambat menutup pintu itu, Azel akan melemparnya dengan alarmnya. "Dasar cowok! Pengganggu ketenangan!"     ~♥~     Iqbal dan Danang masih bertahan di balik pintu kamar Azel. Keduanya mencuri dengar ke dalam kamar gadis itu, memastikan apakah Azel sudah berhenti mencak-mencak atau belum.   Mereka mengelus d**a mereka ketika dirasa aman. Danang duluan yang berinisiatif pergi dari sana. "Gue ke kamar dulu, Mas."   Baru satu langkah ia berjalan, Iqbal sudah menarik ujung kaosnya. Danang menghentikan langkahnya sambil mengernyitkan dahinya dalam-dalam. Cowok itu mengedikkan dagunya, bertanya pada Iqbal lewat tatapan matanya. "Kasih tau gue, siapa itu Ilham." Iqbal berbisik padanya. Pemuda itu melihat sekali lagi ke arah pintu Azel barangkali Azel tiba-tiba keluar dari kamarnya. Danang menepis tangan Iqbal dari kaosnya dengan pelan. Ia langsung merangkul Iqbal menyuruh Iqbal mendekat ke arahnya dan ditanggapi dengan Iqbal yang memasang wajah serius. Danang berdehem terlebih dahulu sebelum membuka suaranya. "Jadi gini ..." ada jeda yang sengaja Danang buat-buat. Iqbal yang sudah terlanjur penasaran tetap memasang wajah seriusnya. "Gimana?" tanyanya tak sabar.   Danang hendak membuka mulutnya tapi kemudian ia urungkan. Membukanya lagi lalu ditutup kembali. Ia sudah mirip ikan koi sekarang. Dan hal itu sungguh membuat Iqbal semakin geram. Padahal yang Danang lakukan sekarang itu adalah menimbang keputusan membocorkan rahasia terbesar Azel pada Iqbal atau tidak.   "Lo tanya sendiri deh," kata Danang singkat. Ia bergegas kabur dari rangkulan Iqbal dan menuruni tangga dengan cepat. Takut-takut Iqbal menariknya dan melemparnya dari atas balkon.   Iqbal menganga menyaksikan keterbiritan Danang yang meninggalkannya begitu saja. Pemuda itu menggelengkan kepalanya dan menggerakkan tangannya di udara. Meninju Danang.   "Untung calon adek ipar!" serunya. Ia berkacak pinggang sambil melihat pintu kamar Azel yang masih tertutup.   "Tapi gue penasaran siapa itu Ilham. Azel bilang dia itu cinta pertamanya?"   ~♥~   Reina tengah membereskan minifigure lego miliknya. Ia membenahi dan mengaturnya agar seperti keinginannya, lalu memajangnya di dalam lemari di kamarnya. Bahkan hobinya mengoleksi lego ini sampai terbawa hingga sekarang ia sudah memiliki dua orang anak. Reina sangat menyukai minifigure lego ini, apalagi Aldo juga menyetujui hobinya ini dan justru rajin membelikannya hadiah lego dari Singapura, tempat Aldo bekerja saat ini. Ah.... Mengingat Aldo entah kenapa ia jadi rindu dengan pria itu. Reina tertawa sendiri dibuatnya.   TOK TOK TOK!   Reina menoleh ke arah pintu kamarnya yang diketuk. Ada Iqbal yang berdiri di sana sambil tersenyum ke arahnya. Sangkin semangatnya ia mengurusi anak-anaknya, Reina sampai lupa jika pintu kamarnya belum tertutup. Kebiasaan yang bagaimana caranya bisa menurun pada putrinya. Reina balas tersenyum dan menyuruh Iqbal memasuki kamarnya. Iqbal melangkah sopan sambil membenarkan kacamatanya dan ikut menyejajarkan dirinya di samping Reina.   "Aku enggak ganggu Tante, kan?" tanya pemuda itu. Iqbal sebenarnya agak risih memasuki kamar utama itu, tapi ia sudah terlanjur penasaran dengan hobi Reina yang kelihatannya cukup menarik itu. "Enggak, kok. Tante malah seneng, kamu jadi nemenin Tante disini." Reina membiarkan Iqbal melihat-lihat koleksinya. Iqbal membulatkan bibirnya dan hampir menganga saat mengamati ratusan minifigure lego kepunyaan Reina. "Wow!" gumamnya. "Tante sejak kapan suka mengoleksi minifig?" Iqbal berbalik menatap Reina. Wanita itu sudah duduk di atas kasurnya dan tersenyum ke arah Iqbal. Iqbal jadi ingat Bundanya sekarang jika melihat Reina. "Udah lama. Dari jaman kuliah." Reina tampak mengenang. Kemudian wanita itu terkikik kecil. Iqbal masih memperhatikan Reina terkekeh sendiri dan ikut tersenyum saat Reina tersenyum canggung ke arahnya. "Sini, Bal." Reina menepuk tepian kasur di sampingnya. Iqbal mengangguk dan mengikuti atensi Reina. "Aduh.. jadi kangen Bunda nih, Iqbal." Iqbal tertawa kecil di akhir kalimatnya. Reina ikut tertawa. Reina menepuk kepala Iqbal kemudian mengelusnya. "Bunda kamu masih lama kan di luar Jawanya, udahlah ... kan ada Tante. Kamu boleh anggap Tante ini Bunda kamu."   Iqbal terhenyak. Reina benar-benar berbanding terbalik dengan Azel sekarang. Bagaimana mungkin wanita lembut seperti Reina ini melahirkan Azel yang judes dan galak begitu?   "Bener Tante?"   Reina mengangguk.   "Boleh manggil Tante Rei, Mama?" tanya Iqbal.   Reina mengangguk sekali lagi. Tanpa sadar Iqbal bersorak. "Yeay!"   Reina tertawa kecil melihatnya. "Kamu mirip banget sama Danang. Sifat ceria kalian ...."   Iqbal mengulas senyum sekali lagi. "Danang berarti kan seumuran sama aku nih Ma, kenapa dia malah disekolahin bukan di sekolah yang sama dengan Az—eh Kak Azel?" Iqbal menutup sebelah matanya saat ia salah menyebut.   Reina tampak berpikir sebelum menjawab. "Danang suka ngotak-atik. Dia nggak ada bakat di bidang materi kayak di SMA. Dia lebih suka praktek langsung seperti di SMK. Jadinya Mama sekolahin dia sesuai keinginannya." Iqbal hanya menganggukkan kepalanya. Sebenarnya ia masih penasaran dengan cowok bernama Ilham tadi, tapi ia malu untuk menanyakannya pada Reina. Ya. Kalau dia yang Azel maksud adalah teman masa kecil Azel dan Danang, berarti Reina pasti tahu tentang dia. Iqbal bukannya ingin mencampuri urusan Azel, tapi lagi-lagi rasa penasarannya yang begitu tinggi yang mendorongnya untuk memberanikan dirinya bertanya. "Ma, Iqbal boleh tanya satu hal nggak?" Reina menyenderkan kepalanya ke kepala ranjang sambil mengiyakan. Iqbal sekarang yang bingung harus mulai darimana. "Eum..." gumamnya. "Nggak apa-apa. Tanya aja." Reina tersenyum padanya. Seenggaknya senyuman itu sedikit memberinya kekuatan untuk bertanya pada Reina. "Ilham itu siapa?"     Reina membelalakkan matanya. "Kamu tau darimana tentang Ilham?"   Iqbal menggigit bibir bawahnya. "Tadi Iqbal nggak sengaja nguping pembicaraan Kak Azel sama Danang. Mereka nyebut-nyebut Kak Azel yang belum bisa ngelupain Ilham. Itu yang jadi tanda tanya besar di otakku sejak tadi."   Reina tersenyum. "Kamu udah tanya sendiri ke Azel?"   Iqbal mengangguk. "Tapi dia nggak ngasih tau."   Reina tergelak. "Ilham itu kakak kelasnya di SMA sekaligus teman masa kecil Azel yang udah bikin putri kesayangan Mama itu tergila-gila sangkin cintanya sama dia."   ~♥~                    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD