22- Deg-degan

1059 Words
  "When I am with you, there's no place I rather be" -- Rather Be (Clean Bandit ft. Jess Glynne)     ~♥~♥~♥~       Begitu intro lagu Rather Be berputar, Azel, Mega, dan teman satunya yang bernama Keisa bersiap-siap. Mereka meliukan tubuh sesuai koreografi, dan kelima teman segrupnya yang lain menunggu di pinggir.   If you gave me a chance I would take it It's a shot in the dark but I'll make it Know with all of your heart, you can't shame me When I am with you, there's no place I rather be No, no, no, no place I rather be No, no, no, no place I rather be No, no, no, no place I rather be   Iqbal tidak bisa melepaskan pandangannya dari Azel barang sedetikpun. Ia tersenyum melihat Azel dengan lincahnya menari. Gadis itu begitu serius pada tariannya, sesekali tersenyum dan menyeringai kepada juri. Wah.. Sungguh diluar bayangannya Azel bisa seperti itu.   Satu kata yang Iqbal bisa ucapkan sekarang.   "Keren!"     Azel kini ditingggalkan kedua temannya, dan musik berganti menjadi Lose Control. Oh Iqbal tau lagu ini! Azel menari mengikuti irama musik. Musiknya terdengar romantis, dan gadis itu berhasil membius suasana. Azel kini menjadi pusat perhatian karena melakukan solo dancenya.   "Wahhh... Iqbal lo liat Azel itu?!" Ica heboh di duduknya, cewek itu berseru pada Iqbal. Irma menyenggol lengan Ica karena sudah berbuat malu.   "Iya, kak!" Tak disangka Iqbal yang berjarak 1 meter darinya menjawab.   Ica nyengir. Bukan pada Iqbal, namun pada cowok yang duduk di sebelah Iqbal, Adit. "Ehehehe..."   Dan alunan lagunya kembali berganti dengan lagu Korea yang Iqbal nggak tau judulnya. Semua teman Azel yang tadinya di pinggir, memasuki formasi.  Kini Azel mendapat bagian di belakang. Tapi mau Azel paling belakang sendiripun Iqbal tetap bisa menemukan keberadaan gadis itu.   Kalau bisa dibilang, dari dua penampilan sebelumnya, Iqbal paling suka dengan penampilan yang satu ini. Ya alasannya hanya satu. Karena ada Azel.   Noona, Fighting!!     ~♥~   "Azel, lo liat itu ada Iqbal disana?!" Mega berbisik di telinga Azel ketika menuruni anak tangga. Mereka sekarang menuju belakang panggung.   Azel menyisipkan rambutnya ke belakang telinga. "Iya liat tadi." Azel mengaitkan lengannya pada Mega. "Ada temannya Iqbal juga, sapa tuh namina, emm si Reyhan!"   Mendengar ucapan Azel, Mega merona. "Kok lo tau Reyhan?" tanyanya.   Azel menarik sudut bibirnya, menyeringai aneh. "Tjieeee!! Seneng ya sama dedek gemesh itu."   Mega menggeplak telapak tangan Azel yang menggandengnya. "Apaan sih! Lo juga kan!"   Sambil berderai tawa, Azel menarik Mega untuk menuju bangku penonton. Azel pengen njerit di depan teman-temannya karena sudah berhasil menaklukkan panggung tadi. Hihihi.   "Azel!! Omo!! Daebak!! Lo. Keren!" Ica langsung memeluknya saat gadis itu sudah ada di depannya. Azel dan Ica kini berteriak histeris sambil berpelukan.   "Sini, Ir!" Azel menarik tangan Irma. Lalu mereka bertiga kini berpelukan. Masih heboh. Dan malah semakin nyaring setelah ditambah suara Irma.   "Ih kalian berisik ya dasar. Untung keredam sama musik."   Danang ini emang tukang perusak suasana. Sayang banget deh sama adiknya ini sampe pengen nyentil!   Azel melepas pelukan mereka. Senang rasanya setelah meluapkan semuanya.   "Ini, Noona." Sebuah tangan terjulur memberinya air mineral. Azel tersenyum sumringah.   "Ih Iqbal!" Azel menggeplak lengan pemuda itu hingga meringis. "Kamu katanya nggak bisa dateng?! Hueee, tadi aku tuh mau nangis tau nggak pas liat kamu akhirnya dateng!"   Bukannya menanggapi, Iqbal malah terkekeh.   "Si Iqbal sengaja mau bikin kejutan buat Kak Azel katanya." Adit malah menyahuti. Cowok berambut hitam itu tersenyum. Kemudian menganggukkan kepalanya saat matanya bersiborok dengan mata Ica. Sudah tau bagaimana reaksi Ica selanjutnya? Ica langsung duduk di tempatnya, dan kicep.   "Kamu nyebelin ih, Bal!" Azel memberengut. "Yang kamu bilang bawa penyemangat itu.. ternyata diri kamu sendiri?"   Iqbal mengangguk. "Iya, aku bawa penyemangat nih." Ia menunjuk teman-temannya. "Plus dedek gemesh yang satu ini!" Dengan bangga ia menunjuk dirinya sendiri. Narsis!   "Hahahaha... "     ~♥~   "Makasih ya temen-temen udah datang!" Azel berseru di depan teman-teman sekelasnya. Melihat hampir seisi kelas XI IPS 3 datang, Azel terharu.   Cindy and the geng yang tepat di depannya menyahut dengan kompak.  "Iya, Zel! Sama-sama!"   Azel tertawa.   Cindy tiba-tiba menariknya hingga terduduk. "Eh Zel, lo kok deket sama gengnya Iqbal?" tanya Cindy penasaran.   "Iya Zel, kenapa bisa?" teman segengnya, Vera, ikut bertanya.   Mengerjap beberapa kali, Azel berpikir jawaban apa yang pantas ia berikan pada Cindy.   "Emmm... enggak tau. Deket aja."   Akhirnya hanya itu yang keluar dari bibirnya.   "Oh.. berarti lo punya nomer WA-nya?" Cindy menaik turunkan alisnya.   Duh.. Kalo mau minta nomer Iqbal mending nggak usah datang aja tadi. Dasar!   "Eh .. kalo mau minta ke Iqbalnya langsung aja ya!"   Cindy memerosotkan bahunya saat mendengar hal itu. Nggak tega sebenarnya. Kasian ya Iqbawl Lovers.. hihi..   ~♥~   Deg-degan rasanya menunggu hasil penilaian diumumkan. Azel dan teman segrupnya sudah nggak sabar ingin mengetahui pemenang lombanya. Mereka gugup. Bahkan ini jauh lebih mendebarkan dibanding sebelum maju tadi.   "Kita udah melakukan yang terbaik. Percaya aja, hasil nggak akan mengkhianati proses, okey?" Ketua grup menyemangati.   "Yang penting kita mengeluarkan usaha maksimal. Menang itu bonus, iya nggak?" Azel ikut berpendapat.   "Kalo usaha maksimal, hasil pasti maksimal. Bismillah."   "Cek Cek." Si pembawa acara mengetes microphone dan menyuruh agar semuanya memusatkan perhatian padanya.   "Pasti sudah penasaran kan sama juara-juaranya?!"   Kompak semuanya menyahut nyaring. "Iya!"   "Okey langsung saja ya akan kita bacakan hasil penilaian dari juri."   "Juara ketiga dengan nilai 179 , SMA HARAPAN!"   Tepuk tangan penonton menyambut perwakilan grup dance dari juara ketiga. Azel semakin deg-degan dibuatnya. Okey, semoga masih ada kesempatan menjadi juara kedua.   Azel semakin giat merapalkan doa.   "Selamat untuk SMA HARAPAN. Selanjutnya juara kedua dengan skor 194 dan ini selisih tipis dengan juara pertama. Yaitu......"   Backsound genderang semakin menambah rasa penasaran. "SMA PIYUS!"   Sekali lagi sorak penonton menambah meriah gedung ini. Azel menatap cemas pada perwakilan grup si juara kedua.   Mega yang mengetahui kekhawatiran Azel dengan perlahan mengelus bahu gadis itu. Ia menyungging senyum, menyemangati. Jika dibilang, kini ia sama cemasnya dengan Azel, namun ia harus bisa dengan tegar menyemangati lainnya.   Bagaimanapun, Azel yang paling berusaha keras disini. Ia menciptakan koreografi sendiri, dan paling semangat diantara lainnya. Tadinya Mega-lah yang ditunjuk untuk solo dance lagu Lose Control itu, tapi ia beralasan, kemudian menolak.  Dan tiba-tiba Azel menyanggupi, bahkan menciptakan koreonya. Sekali lagi Mega menatap Azel.   Azel menatap lantai. Awalnya ia menargetkan akan mengantongi juara tiga atau juara dua, ia tidak berani berharap terlalu tinggi. Karena tahun lalu grup mereka hanya memenangkan juara harapan. Lagipula tahun lalu  juara satunya itu keren banget. Azel bahkan nggak berani membandingkan koreonya dengan grup yang tahun lalu menang.   "Azel kamu nggak denger?!"   Mega merusak lamunannya. Cewek itu  kini tersenyum  menatapnya dengan mata berkaca.   Azel masih belum bisa menyadari keadaan di sekitarnya. Apalagi saat akhirnya semua teman segrupnya satu persatu memeluknya sambil bersorak.   "KITA JUARA SATU!"   Seketika Azel tersadar.     ~♥~    
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD