Bab 101

1030 Words
Kelompok Novan menghela napas panjang. Mrs. Efri memanggil setiap kelompok untuk mengumpulkan tugas. Hampir semua kelompok di terima tugasnya, kecuali tugas kelompok Novan. “Ya ampun kalian ...” Mrs. Efri geleng- geleng sambil membolak- balikkan halaman. “Mrs nggak minta sebanyak ini. Ini mah ketebalan. Ya ampun, terlalu niat kalian ya.” Mereka meringis dan saling sikut satu sama lain. Mrs. Efri menghela napas panjang. “Ya sudah. Sebelumnya mrs minta maaf, mrs nggak bisa terima tugas kalian. Mrs juga capek kalau harus periksa sebanyak ini.” Mrs. Efri melempar tugas mereka ke meja. “Revisi. Kalian pangkas, sisakan jadi 15 halaman aja. Kalian ringkas lagi.” “Lima belas halaman? Bukannya itu terlalu sedikit mrs?” Tanya Efi. “Nggak, itu udah pas. Teman- teman yang lain rata- rata 10 halaman, 15 halaman itu udah banyak. Ah ya. Saya juga nggak mau ya di jilid kayak gini. Kalian jilid aja kayak biasa buat makalah. Kalau begini mah, kasian. Jadi boros,” jawab Mrs. Efri. “Kumpulkan besok. Paling lambat pagi lusa saya terima di meja.” Yudi menghela napas panjang. Beberapa anak melewati meja kelompok mereka dan tercengang melihat tugas yang tebal di atas meja. “Apa nih kalian buat? Kamus?” Tanya Tata sambil menahan tawa. Efi berdecak kesal dan melirik Tata dengan tatapan tajam. “Ini tugasnya mrs. Efri,” jawab Yudi. “Hah? Ini tugas mrs. Efri?” Tanya Gilang yang nimbrung entah darimana. Gilang dan Tata tercengang. “Tebal banget kek kamus.” Gilang berdecak. “Emang mau buat kamus sih kayaknya ini,” gumam Toro. “Terus? Karena tebal gini, kalian nggak jadi kumpul tugasnya?” Tanya Gilang. “Jadi!” Jawab Efi setengah membentak. “Tapi nggak di terima sama mrs. Efri!” “Karena ketebalan, jadi mrs. Efri suruh kami ringkasin lagi.” Novan menjelaskan. Gilang geleng- geleng. “Makanya Fi, jangan terlalu semangat.” Gilang merangkul Efi, yang keburu di tepis olehnya. “Kamu sih, terlalu perfeksionis. Jadinya begini kan. Nggak selamanya semakin tebal, semakin banyak contoh, semakin bagus.” “Diem kau, bacot!” Bentak Efi kesal. Ia bangkit dari duduk dan kembali ke tempatnya. Ia memarahi siapapun yang mendekat. “Kenapa tuh anak? PMS?” Tanya Yudi sambil melirik Efi dari kejauhan. “Udah biarin aja, lagi nggak pas anaknya,” relai Toro. “Mending kita revisi aja deh dulu. Ini banyak yang harus di kurangin.” Toro membolak- balik halaman demi halaman tugas mereka dan mengamatinya dengan seksama. “Fi, ini kami revisi sekarang ya tugasnya?” “Terserah!” Jawab Efi ketus. “Oke, terserah ya. Kalau ada yang kurang jangan salahin kami ya.” Toro kembali membolak- balikkan halaman, lalu merobek salah satu halaman yang ada. Kami tercengang melihatnya. “Heh, kok di robek?” Tanya Yudi. “Lah ini kan salah ya. Ya udah sekalian aja di robek, nggak kepakai juga,” jawab Toro santai. “Hah? Tugasnya kamu apain?” Efi menghampiri kami. Ia tercengang melihat tugas yang sudah di robek oleh Toro. “Toro?! Kamu apain tugasnya?!” Tanya Efi menggelegar. “Ya … aku robek …” Jawab Toro santai. Efi melotot menatapnya. “Kan salah ya, ya udah mending aku robek aja. Bakal di print ulang semua juga.” Efi diam. Ia tak mampu berkata- kata. Wajahnya memerah dengan matanya yang melotot. Efi merebut tugas itu dari Toro dan merobeknya dengan kasar, lalu melempar robekan kertas itu di wajah Toro. “Nih, kamu robek nih semuanya!” Bentak Efi. Semua mata kini menatap Efi dan Toro. “Nih! Kamu robek lagi! Nih!” Efi terus menghujam Toro dengan robekan kertas. Toro meringis. “Fi, heh Fi. Udah Fi … ampun Fi …” Ujar Toro. Efi melempar tugas yang sudah di robek ke lantai, lalu kembali ke bangkunya. Ia menangis sesengukan di sana. Beberapa anak perempuan menghampirinya untuk menenangkan Efi. Kelas mulai terdengar riuh rendah sambil menatap kelompok Novan. Saat ini tidak ada guru di kelas. Mrs. Efri sedang pergi keluar kelas sebentar, sedang ada urusan katanya. Jadi tidak ada yang bisa merelai keributan di kelas saat ini. “Heh, udah, udah, balik ke tempat masing- masing!” Pinta Andi di depan kelas sambil mengetuk papan tulis. Tidak ada yang peduli, kasak kusuk masih terdengar di penjuru kelas. “Wei, mrs. Efri balik!” Teriak Gilang dari pintu kelas. Seketika kasak kusuk itu berhenti. Mereka kembali ke bangku masing- masing. Gilang tertawa kecil melihatnya. “Nggak kok, nggak ada mrs. Efri. Aku nipu aja,” ujar Gilang di depan kelas. “Heleh!” Sorak seisi kelas. Gilang nyengir lebar dan kembali ke bangkunya. “Udah, udah, diam kalian. Duduk di tempat masing- masing. Nanti mrs. Efri datang,” pinta Andi di depan kelas sambil mengetuk papan tulis dengan kencang. “Andi? Kok papan tulisnya di gituin?” Tanya mrs. Efri. Andi menoleh. Mrs. Efri berdiri di depan pintu kelas, menatapnya dengan tatapan heran. “Mrs. Efri … ini … anu, tadi ...” Andi gelagapan. “Si Andi nih mrs. Efri, dia malah pukul- pukul papan tulis! Kencang pula itu!” Tata menimpali. “Eh, bukan gitu! Enak aja kamu nuduh Ta! Bukan gitu mrs. Efri, tadi kan …” Andi hendak membela diri. “Hah, sudah sudah. Kamu duduk kembali ke tempatmu sana!” Pinta mrs. Efri. Andi mengangguk dan duduk kembali ke tempatnya. Ia meringis pada Tata, yang di balas dengan nyengiran olehnya. “Baiklah. Anak- anak, mrs. Efri harus mengakhiri kelas ini lebih cepat, karena mrs. Efri harus antar anak mrs. Efri ke rumah sakit.” Mrs. Efri menyusun buku- buku di atas meja guru. “Tolong siapa nih, Gilang, Iwan, tolong bawakan tugas kalian ke meja saya.” Mrs. Efri menunjuk Gilang dan Iwan. “Sudah ya, mrs. Efri tinggalin. Kalian jangan ada yang keluar kelas, tolong Andi di perhatikan teman- temannya.” “Baik mrs. Efri,” balas Andi. “Oh ya, siapa tadi yang tugasnya mrs. Efri balikin? Oh, kelompok Yudi ya?” Tanya mrs. Efri. Yudi mengangguk. “Ingat ya apa yang mrs. Efri suruh tadi. Saya tunggu revisinya. Mrs. Efri balik dulu anak- anak. Morning, see you next time guys!” Mrs. Efri melambaikan tangan. “Bye bye, mrs. Efri.” *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD