ayunda Naomi, terjebak dalam cinta seorang lelaki yang beristri

ayunda Naomi, terjebak dalam cinta seorang lelaki yang beristri

book_age18+
8
FOLLOW
1K
READ
dark
possessive
drama
tragedy
sweet
humorous
virgin
like
intro-logo
Blurb

Bayangan Semu

"Mas, Kamu gak akan ninggalin aku, 'kan?" tanyaku pada lelaki dihadapanku ini.

"Enggak, Sayang, mana mungkin Mas ninggalin kamu. Mas sayang sama kamu." ucapnya lalu meraih kening dan menciumku.

Kami berdua pun saling mengaitkan jemari senyumannya yang manis membuatku tak ingin jauh darinya.

_________________________________

Aku, Ayundira Naomi wanita beruntung karena dicintai lelaki sebaik Mas Aska, bukan hanya itu Mas Aska pun membiyayai hidup dan kuliahku.

Pagi itu, seperti biasa Mas Aska selalu datang ke Apartemen dengan mengenakan kemeja berwarna putih dan berpaduan jas berwarna biru. Aku suka, ya … aku selalu suka ketika dia memakai kemeja putih, dan Mas Aska tau itu.

"Pagi!" sapanya.

"Pagi, Mas …," balasku lalu memeluknya, rasa rindu terobati padahal baru semalam tidak bertemu.

Aku menggandengnya berjalan ke meja makan lalu menyiapkan sarapan untuknya. Satu potong roti bakar dengan telur setengah matang, segelas kopi s**u hangat. Breakfast kesukaannya.

"Gimana tidurnya, nyenyak?"

"Iya, Mas … Mas pulang jam berapa semalem?" tanyaku.

"Lupa, kalau gak salah jam sebelas."

Aku mengangguk mengerti, lalu kami melanjutkan sarapan. Lelaki itu tak banyak bicara, tumben. Tak lama kemudian setelah selesai makan Mas Aska menyuruhku untuk siap-siap ke kampus.

Aku berjalan ke kamar untuk siap-siap lalu mengambil tas yang biasa ku bawa kuliah dengan beberapa buku di dalamnya.

Aku dan Mas Aska turun lalu berjalan menuju loby. Selama perjalanan Mas Aska diam, tidak seperti biasanya. Bahkan Mas Aska tidak menanyakanku soal presentasi yang akan aku sampaikan nanti.

"Mas!" sapaku, tetapi tak ada jawaban darinya.

"Mas, kamu kenapa?"

"Eh … gak pa-pa, kenapa?"

"Ada masalah, Mas di kantor?"

"Enggak … udah jangan berfikir aneh-aneh," ucapnya lalu tangan kirinya mengusap rambutku.

Aku tau, pasti ada hal yang disembunyikan oleh Mas Aska. Aku sudah satu tahun bersamanya, aku tahu ketika dia bahagia ataupun tidak.

Kembali aku dengan semua pikiranku tentang hal ini, tentang rasa ini, rasa yang sebenarnya ingin aku buang tapi aku tak mampu.

"Ayundira Naomi! Sudah sampai kampus, apa kamu tidak mau turun?" ucapnya mengagetkanku.

"Eh … sudah sampai? Maaf, ya, Mas …."

"Kamu ngelamunin apa? Dari tadi Mas panggil diam saja,"

"Gak pa-pa, Mas … aku cuma …."

"Cuma apa?"

"Mas, kalau Mbak Anita tau gimana?" tanyaku.

"Mas yang akan tanggung jawab, kamu tidak usah memikirkan itu. Tugas kamu kuliah yang bener, raih cita-cita kamu, Sayang!" 

"Baik, Mas … terima kasih, Mas selalu ada buatku."

Lelaki itu tersenyum, aku pun pamit seperti biasa sebelum pergi Mas Aska selalu mencium keningku katanya cium semangat.

Askara Perwira lelaki yang memiliki alis tebal, mata tajam, hidung mancung, dan bibir tipis itu selalu membuatku bahagia, selalu memanjakanku dan selalu ada ketika aku sedang sedih maupun susah.

Kami menjalin hubungan sudah hampir satu tahun. Berawal dari Mas Aska menolong ketika aku dijual oleh Ayah tiriku kepada lelaki hidung belang dan ternyata lelaki itu adalah dia. Sedangkan ibuku sudah meninggal setelah pernikahan tiga tahun bersama ayah tiriku.

Mas Aska tahu ketakutanku, aku memohon dengannya agar tidak menyentuhku, saat itu aku menangis dan berlutut dihadapannya, ia pun iba padaku. Hingga saat ini ia tak pernah menyentuhku, selain hanya pelukan dan sedikit ciuman untukku.

Setelah saat itu, Mas Aska membawaku keluar dari tempat itu. Ia pun mememberiku tempat tinggal, dan penghidupan yang layak. Itulah awal kedekatanku dengannya, hingga ia mengungkapkan perasaannya padaku, dan dengan bodohnya aku menerimanya. Lelaki beristri.

Namun, semua itu bukan salahku, setelah tujuh bulan berkencan aku baru tahu bahwa dia suami dari wanita mandul yang kuketahui bernama Anita.

Disisi lain aku menyadari bahwa aku salah, aku mencoba pergi tetapi tidak bisa. Lelaki itu selalu tau di mana keberadaanku, dia akan melakukan apapun itu supaya aku tetap di sampingnya dan itu membuatku merasa bersalah dengan istrinya tapi juga membuatku tidak bisa jauh darinya.

Aku berjalan, masuk ke kelas dan mempersiapkan presentasi yang akan aku sampaikan nanti. Aku harus lulus, lalu bekerja kemudian mengganti semua uang Mas Aska. Aku harus pergi dari kehidupannya. 

"Pulang nanti, Mas jemput, ya … kita makan ditempat yang kamu suka. Semangat sayang presentasinya." sebuah pesan singkat dari Aska melalui applikasi berwarna hijau itu. 

'Andai kamu belum beristri, Mas! Aku pasti bahagia banget diperlakukan seperti ratu olehmu.' ucapku dalam hati.

Waktu presentasi segera dimulai, teman-teman yang lain pun sudah berkumpul di kelas dan tak lama kemudian dosen pun datang. Pak Kevin, dosen ganteng dan masih muda, dosen yang selalu didambakan mahasiswi kampus ini.

Menurutku, biasa saja. Tidak ada yang menarik masih gantengan Mas Aska-ku. "Aduhh, Ay … fokus! Hari ini presentasi, lu harus lulus!" Gumamku, menepok jidat. Bisa-bisanya aku memikirkan Mas Aska.

___

Akhirnya presenta

ic_default
chap-preview
Free preview
eps 2
Bayangan Semu. Bab 2 "Ay, menikahlah denganku." ucpapnya mantap. Mulutku membisu, aku tidak tahu jawaban apa yang harus kuberi. Perlahan aku melepaskan genggaman tangannya, kulihat sorot matanya seperti ada kekecewaan. Kami berdua saling diam dengan pikiran masing-masing. "Mas, kamu serius dengan apa yang kamu ucapkan?" tanyaku memecahkan keheningan diantara kami. "Aku serius, Ay … apa kamu pernah melihatku tidak serius?" "Bagaimana dengan Mbak Anita? Apa kamu akan meninggalkannya?" Akhirnya aku memberanikan mengatakan hal ini. Mas Aska hanya diam, aku tahu dia tidak akan meninggalkan Mbak Anita wanita yang dia nikahi lebih dari tujuh tahun itu. "Tidak perlu menjawab, Mas! Aku tahu jawabannya. Kamu tidak akan meninggalkan wanita itu, iya 'kan? Lantas untuk apa Mas ingin menikahiku? Mas menjadikanku istri kedua?" "Sayang, kamu tetap menjadi yang pertama buat Mas, daripada kita selalu bersama tapi tidak ada ikatan? Mas pingin lebih dari ini," "Maksudnya?" tanyaku tak mengerti. "Mas pingin punya anak darimu." Aku tak mengerti jalan pikirannya, anak? Hanya anak? Apa dia tak sungguh mencintaiku? Jadi selama ini dia baik sama aku karena dia menginginkan seorang anak? "Aku mau pulang, Mas." ucapku. Aku pun berdiri dan berjalan meninggalkan dia yang masih duduk. 'Bahkan kamu pun tak mengejar aku, Mas!' ucapku dalam hati. ___________________ Setelah sampai di rumah, aku bergegas masuk ke kamar mandi. Membasuh muka di depan cermin. Kembali aku mengingat kejadian satu tahun silam, pertemuan pertama dengan Mas Aska hingga saat ini. Dia baik, dia yang mengurusi kebutuhanku selama ini, dia tampan. Tapi … Aku menarik nafas dalam-dalam kemudian membuang perlahan. Tuhan … kenapa engkau menepatkan aku di posisi ini? Aku mencintai dia, sungguh! Tapi bagaimana dengan istrinya? Aku melangkah keluar, lalu mengambil segelas air minum kemudian duduk di ruang tamu. Aku mengambil HP, kulihat ada lima panggilan tak terjawab dan tiga pesan ternyata dari Mas Aksa. 'Sayang' 'Sayang kamu marah?' 'Sayang maafin aku ya,' Begitulah isi pesannya. Semarah apapun aku dia tidak pernah kembali marah padaku. Kuletakan HP di atas meja tanpa berniat membalasnya dan memutuskan mandi. Seusai mandi aku masuk ke kamar merebahkan diri di atas ranjang. Huuh ... hari ini sungguh melelahkan. Waktu sudah menunjukan jam delapan malam, rasa kantuk mulai menyerang. Biasanya Mas Aska selalu menemaniku sebelum aku terlelap. Tapi saat ini aku tidur sendirian. Tidak bisa dipungkiri, kalau aku mencintaimu. Sungguh … Pagi telah tiba, sinar matahari dari arah timur menembus jendela. Ku raih HP di atas nakas sebelah ranjang. Perlahan aku membuka mata dan ku lihat Hp menunjukan jam delapan pagi. Hari ini tidak ada mata pelajaran di kampus, aku berniat mencari kerja dan berusaha tidak merepotkan Mas Aska. Aku bangun dari tempat tidur lalu menginjakkan kaki di lantai yang dingin karena AC, bergegas aku melangkah ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah mandi dan memakai baju aku membuat sarapan, roti panggang dan segelas s**u coklat hangat. Kali ini aku makan sendiri benar-benar sendiri. Setelah makan aku menyiapkan beberapa dokumen, karena hari ini aku mau melamar kerja. Apapun itu aku harus mendapatkan pekerjaan, aku gak mungkin terus-terusan menyusahka Mas Aska dan jadi simpenan seperti ini. Aku berjalan menuju kamar, mengganti pakaian memakai hem putih dan rok span pendek. Mengikat rambut, make up tipis dan tak lupa memakai lipstik tipis biar tidak kelihatan pucat. Kuambil tas berwarna hitam kemudian memasukkan dokumen yang sudah ku persiapkan tadi ke dalam tas. Kemudian mengambil sepatu hils warna hitam. 'Semoga hari ini ada kabar baik' ucapku dalam hati. Aku keluar tak lupa mengunci pintu, dan berjalan menuju lift. "Pagi, Neng," sapa salah satu satpam. "Pagi juga, Pak." balasku melempar senyuman. Sesampainya di loby aku melihat mobil BMW X6 berwarna putih parkir di loby. Aku penasaran bukannya itu mobil Mas Aska? Aku pun menghampiri mobil itu, aku mendekatkan wajahku di kaca mobil, dan benar saja di dalam ada Mas Aska yang sedang tidur. "Mas," panggilku, sembari mengetok pintu jendela. Tak lama kemudian Mas Aska pun terbangun dan membuka pintu mobil. "Mas gak pulang?" tanyaku. Dia hanya menggeleng. "Kenapa? Ntar kalau dia cariin kamu gimana?" "Dia gak mungkin cariin aku, dia terlalu sibuk dengan dunianya," "Kamu mau kemana, sudah rapih gini?" tanyanya. "Aku mau cari kerjaan, daripada nganggur," ucapku. "Kerja? Siapa yang nyuruh?" "Gak ada," ucapku. Lelaki itu keluar dari mobil, lalu menggandeng tanganku dan berjalan ke Apartemen. "Mas, mau kemana?" "Semalam aku tidur di mobil, cuman nungguin kamu balas chat, tapi kamu gak balas chat aku, hari ini aku capek! Aku mau tidur, siapkan air hangat dan baju ganti!" "Mas, tapi aku mau kerja!" bentakku berusaha menolak. "Kamu kerja sama aku, sayang, di atas. Paham!" ucapnya. Dia terus menggandengku masuk ke Apartemen, tak peduli banyak orang yang melihat. Bahkan satpam tadi pun melihatku bersama Mas Aska, dengan berbagai pertanyaan. Mungkin. Setelah sampai Apartemen dia menyeretku ke ruang tamu. Aku tidak mengerti kenapa Mas Aska menjadi berubah seperti ini, jujur aku takut tatapan matanya seperti sedang menahan sesuatu. Entah, aku pun tak mengerti. "Mas! Kamu mau apa?" ucapku meringkuk di bawah sofa. "Saya gak akan berbuat macam-macam sama kamu, Sayang. Saya cuman minta kamu nurut sama saya, jangan kerja! Hanya itu! Kalau kamu mau kerja, kerjalah sama saya. Mengerti, Sayang?" ucapnya, lalu tangannya membelai rambutku. Baru kali ini aku melihat dia seperti itu, kadang baik, kadang cuek dan kadang seposesif ini. Aku yang tidak berani menjawab apalagi menatap matanya hanya bisa mengangguk. "Siapkan air hangat dan handuk untukku." perintahnya. Aku pun lansung menuruti, bangun dan cepat-cepat menyiapkan apa yang dia suruh. "Sudah ku siapkan, Mas." ucapku. Dia yang sedang duduk di sofa pun bangun lalu melepaskan jasnya dan berjalan ke kamar mandi, melewatiku tanpa menoleh sedikit pun. Aku berjalan ke dapur, menyiapkan s**u coklat hangat dan roti bakar. Dalam pikiranku bertanya-tanya, kenapa Mas Aska berubah seperti itu? Seperti harimau mau menerkam mangsanya … apa karena kemarin aku tidak menjawab pertanyaanya? Dan meninggalkan dia begitu saja? Aku yang sedang mengaduk coklat tiba-tiba seseorang memeluk pinggangku dari belakang. "Mas Aska!" jawabku kaget. "Saya kangen sama kamu, Sayang," ucapnya mencium tengkuk leherku. "Mas, kamu belum pakai baju! Pakai baju dulu sana!" perintahku. "Kenapa sayang? Kamu tidak suka? Saya pakai kimono seperti ini? Hmmm …?" "Bukan gitu, nanti kamu masuk angin kalau gak pakai baju," "Kalau aku masuk angin dan sakit, kamu yang jadi obat sayang," "Aku?" "Hmmm … sudah jangan bingung gitu, kita sarapan aja," "Aku sudah sarapan, Mas." "Kalau gitu temani saya makan" ajaknya, dia pun menarik kursi lalu mengedipkan mata memberi kode, menyuruhku duduk. Aku pun menurutinya, duduk di depannya. Rencana hari ini gagal untuk pergi melamar kerja. Sepertinya lelaki ini tidak mengijinkanku mendapatkan uang, biar aku selalu hidup di bawah tanggunganya. Menyebalkan. Tak banyak bicara saat sarapan tadi, setelah menemaninya makan dia lansung masuk ke kamar dan aku membereskan meja makan tak lupa mencuci gelas dan piring. "Sayang!!!" panggilnya. "Iya …" jawabku. Aku melangkah ke kamar, menghampirinya. "Ada apa, Mas?" tanyaku. "Sini," ucapnya, tangannya menepuk kasur sampingnya. "Mas, ini masih pagi" "Kenapa memang?" "Kamu gak ke kantor?" "Semua kerjaan di handle sama Rendy, saya mau berduaan sama kamu. Semalam saya tidur di mobil, badan capek semua, saya harap kamu mengerti dan sini tidur sama saya!" ucapnya penuh penekanan. Aku yang masih berdiri di depan pintu bingung harus bagaimana. Padahal bukan satu kali aku tidur dengannya tapi sering. "Sayang … sampai kapan berdiri di situ?" Aku menarik nafas kesal, lalu berjalan menghampirinya dan duduk di sebelah ranjang. Lelaki itu menarik lenganku sehingga aku jatuh di pelukkannya. "Temani saya tidur, sayang, saya lelah." ucapnya memelukku dari belakang. Aku hanya diam jantungku berdetak kencang, hari ini seperti beda dari biasanya. Tanpa ku sadari aku menikmati aroma wangi sabun dan tak lama kemudian terdengar suara dengkuran. Dia terlelap tidur dan di saat itu pula aku mencoba melepaskan pelukannya. Tapi sial, bukannya lepas malah semakin erat, mataku semakin ngantuk dan aku pun terlelap. . . Aku terbangun, tanganku meraba samping dan ku lihat Mas Aska sudah tidak ada di sampingku. Tanganku mengucek mata, lalu meraih HP yang ada di samping ranjang. Aku menekan tombol HP dan ku lihat ternyata sudah jam dua siang. Selama ini aku tidur? Aku mengibas selimut lalu duduk di pinggir ranjang, tanganku memijat kening yang terasa pusing. Aku bangun dan berjalan keluar, terdengar suara seperti orang memasak di dapur bahkan aromanya pun tercium. Aku melangkah ke dapur dan ku lihat Mas Aska sedang sibuk memasak, sejak kapan dia pintar memasak? "Mas," sapaku. "Hai, Sayang, sudah bangun? Laper gak? Tadi kamu tidur pulas banget, Mas gak tega bangunin kamu. Ini Mas masak nasi goreng semoga enak," ucapnya tanpa menolehku yang masih berdiri di depan pintu sedangkan tangannya masih sibuk memotong sosis. Aku menghampirinya dan berkata, "Aku bantu, ya, Mas?" "Kamu cukup duduk di sini aja, biar Mas yang memasak untukmu." Aku pun menuruti perkataanya, duduk sambil melihat dia yang sibuk memasak. Tanpa sadar aku mengulum senyuman, andai aja Mas kamu belum menikah aku pasti bahagia banget diperlakukan ratu seperti ini. Apa aku harus maju saja? Atau mundur? "Tara … Nasi goreng ala chef Aska Perwira sudah matang, silahkan dicoba Nyonya Aska," ucapnya, membawa dua piring nasi goreng, telur mata sapi dan dihiasi tomat. "Makasih, Sayang …" "Sama-sama Sayang, sekarang dicoba dan ini minumannya." Aku tersipu, meskipun ini bukan kali pertama dia memperlakukanku seperti ini tetapi rasanya seperti baru kali ini. Kalau setiap hari begini bagaimana bisa aku jauh darimu, Mas? Aku mulai memakan nasi goreng buatannya, rasanya seperti di restaurant, enak. Aku memuji masakkanya dan dia tersenyum kemudian mencubit pipiku. Gemas mungkin. Hampir sepuluh menit aku telah menghabiskan makanannya. Ya Tuhan … Aku ini lapar atau rakus? Seperti biasa setelah selesai makan aku membereskan piring dan gelas kotor lalu mencucinya. Sedangkan Mas Aska berjalan ke ruang tamu dan menyalakan televisi. Setelah semuanya bersih, perut kenyang aku menghampiri Mas Aska yang sedang asyik menonton. Aku duduk di sampingnya, lalu memeluk lengan kekarnya. Lengan yang selalu membuatku nyaman. Di saat sedang asyik berbincang terdengar suara bel berbunyi. Aku dan Mas Aska pun saling memandang. Karena setahu kami tidak ada yang tahu tentang Apartemen ini. Aku melangkah ke depan lalu aku mengintip di bolongan kecil yang ada di pintu. Betapa terkejutnya aku yang datang adalah Mbak Anita, istri sah Mas Aska. Aku berbalik arah kemudian menghampiri Mas Aska yan masih duduk santai di sofa. Sedangkan di luar sana Mbak Anita terus menekan tombol bel pintu. "Siapa? Kenapa gak dibuka? Berisik sayang." ucapnya. "Mbak Anita, Mas." ucapku ragu. Mas Aska terdiam lalu berjalan ke arah pintu. Aku yang tidak tahu harus berbuat apa mengikuti di belakangnya. Tangannya memutar kunci pintu kemudian membukanya. Wanita itu pun masuk, wanita yang terlihat elegan mengenakan dres warna merah dengan rambut yang terurai dan hilgs yang tidak terlalu tinggi membuatnya terlihat cantik. "Ternyata kau di sini, Mas! Bersama dia …" ucapnya tersenyum. Aku dan Mas Aska saling pandang dengan pikiran masing-masing. Aku dengan ketakutanku dan mereka berdua? Entah, aku pun tidak mengerti. Bayangan Semu. Bab 2 "Ay, menikahlah denganku." ucpapnya mantap. Mulutku membisu, aku tidak tahu jawaban apa yang harus kuberi. Perlahan aku melepaskan genggaman tangannya, kulihat sorot matanya seperti ada kekecewaan. Kami berdua saling diam dengan pikiran masing-masing. "Mas, kamu serius dengan apa yang kamu ucapkan?" tanyaku memecahkan keheningan diantara kami. "Aku serius, Ay … apa kamu pernah melihatku tidak serius?" "Bagaimana dengan Mbak Anita? Apa kamu akan meninggalkannya?" Akhirnya aku memberanikan mengatakan hal ini. Mas Aska hanya diam, aku tahu dia tidak akan meninggalkan Mbak Anita wanita yang dia nikahi lebih dari tujuh tahun itu. "Tidak perlu menjawab, Mas! Aku tahu jawabannya. Kamu tidak akan meninggalkan wanita itu, iya 'kan? Lantas untuk apa Mas ingin menikahiku? Mas menjadikanku istri kedua?" "Sayang, kamu tetap menjadi yang pertama buat Mas, daripada kita selalu bersama tapi tidak ada ikatan? Mas pingin lebih dari ini," "Maksudnya?" tanyaku tak mengerti. "Mas pingin punya anak darimu." Aku tak mengerti jalan pikirannya, anak? Hanya anak? Apa dia tak sungguh mencintaiku? Jadi selama ini dia baik sama aku karena dia menginginkan seorang anak? "Aku mau pulang, Mas." ucapku. Aku pun berdiri dan berjalan meninggalkan dia yang masih duduk. 'Bahkan kamu pun tak mengejar aku, Mas!' ucapku dalam hati. ___________________ Setelah sampai di rumah, aku bergegas masuk ke kamar mandi. Membasuh muka di depan cermin. Kembali aku mengingat kejadian satu tahun silam, pertemuan pertama dengan Mas Aska hingga saat ini. Dia baik, dia yang mengurusi kebutuhanku selama ini, dia tampan. Tapi … Aku menarik nafas dalam-dalam kemudian membuang perlahan. Tuhan … kenapa engkau menepatkan aku di posisi ini? Aku mencintai dia, sungguh! Tapi bagaimana dengan istrinya? Aku melangkah keluar, lalu mengambil segelas air minum kemudian duduk di ruang tamu. Aku mengambil HP, kulihat ada lima panggilan tak terjawab dan tiga pesan ternyata dari Mas Aksa. 'Sayang' 'Sayang kamu marah?' 'Sayang maafin aku ya,' Begitulah isi pesannya. Semarah apapun aku dia tidak pernah kembali marah padaku. Kuletakan HP di atas meja tanpa berniat membalasnya dan memutuskan mandi. Seusai mandi aku masuk ke kamar merebahkan diri di atas ranjang. Huuh ... hari ini sungguh melelahkan. Waktu sudah menunjukan jam delapan malam, rasa kantuk mulai menyerang. Biasanya Mas Aska selalu menemaniku sebelum aku terlelap. Tapi saat ini aku tidur sendirian. Tidak bisa dipungkiri, kalau aku mencintaimu. Sungguh … Pagi telah tiba, sinar matahari dari arah timur menembus jendela. Ku raih HP di atas nakas sebelah ranjang. Perlahan aku membuka mata dan ku lihat Hp menunjukan jam delapan pagi. Hari ini tidak ada mata pelajaran di kampus, aku berniat mencari kerja dan berusaha tidak merepotkan Mas Aska. Aku bangun dari tempat tidur lalu menginjakkan kaki di lantai yang dingin karena AC, bergegas aku melangkah ke kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah mandi dan memakai baju aku membuat sarapan, roti panggang dan segelas s**u coklat hangat. Kali ini aku makan sendiri benar-benar sendiri. Setelah makan aku menyiapkan beberapa dokumen, karena hari ini aku mau melamar kerja. Apapun itu aku harus mendapatkan pekerjaan, aku gak mungkin terus-terusan menyusahka Mas Aska dan jadi simpenan seperti ini. Aku berjalan menuju kamar, mengganti pakaian memakai hem putih dan rok span pendek. Mengikat rambut, make up tipis dan tak lupa memakai lipstik tipis biar tidak kelihatan pucat. Kuambil tas berwarna hitam kemudian memasukkan dokumen yang sudah ku persiapkan tadi ke dalam tas. Kemudian mengambil sepatu hils warna hitam. 'Semoga hari ini ada kabar baik' ucapku dalam hati. Aku keluar tak lupa mengunci pintu, dan berjalan menuju lift. "Pagi, Neng," sapa salah satu satpam. "Pagi juga, Pak." balasku melempar senyuman. Sesampainya di loby aku melihat mobil BMW X6 berwarna putih parkir di loby. Aku penasaran bukannya itu mobil Mas Aska? Aku pun menghampiri mobil itu, aku mendekatkan wajahku di kaca mobil, dan benar saja di dalam ada Mas Aska yang sedang tidur. "Mas," panggilku, sembari mengetok pintu jendela. Tak lama kemudian Mas Aska pun terbangun dan membuka pintu mobil. "Mas gak pulang?" tanyaku. Dia hanya menggeleng. "Kenapa? Ntar kalau dia cariin kamu gimana?" "Dia gak mungkin cariin aku, dia terlalu sibuk dengan dunianya," "Kamu mau kemana, sudah rapih gini?" tanyanya. "Aku mau cari kerjaan, daripada nganggur," ucapku. "Kerja? Siapa yang nyuruh?" "Gak ada," ucapku. Lelaki itu keluar dari mobil, lalu menggandeng tanganku dan berjalan ke Apartemen. "Mas, mau kemana?" "Semalam aku tidur di mobil, cuman nungguin kamu balas chat, tapi kamu gak balas chat aku, hari ini aku capek! Aku mau tidur, siapkan air hangat dan baju ganti!" "Mas, tapi aku mau kerja!" bentakku berusaha menolak. "Kamu kerja sama aku, sayang, di atas. Paham!" ucapnya. Dia terus menggandengku masuk ke Apartemen, tak peduli banyak orang yang melihat. Bahkan satpam tadi pun melihatku bersama Mas Aska, dengan berbagai pertanyaan. Mungkin. Setelah sampai Apartemen dia menyeretku ke ruang tamu. Aku tidak mengerti kenapa Mas Aska menjadi berubah seperti ini, jujur aku takut tatapan matanya seperti sedang menahan sesuatu. Entah, aku pun tak mengerti. "Mas! Kamu mau apa?" ucapku meringkuk di bawah sofa. "Saya gak akan berbuat macam-macam sama kamu, Sayang. Saya cuman minta kamu nurut sama saya, jangan kerja! Hanya itu! Kalau kamu mau kerja, kerjalah sama saya. Mengerti, Sayang?" ucapnya, lalu tangannya membelai rambutku. Baru kali ini aku melihat dia seperti itu, kadang baik, kadang cuek dan kadang seposesif ini. Aku yang tidak berani menjawab apalagi menatap matanya hanya bisa mengangguk. "Siapkan air hangat dan handuk untukku." perintahnya. Aku pun lansung menuruti, bangun dan cepat-cepat menyiapkan apa yang dia suruh. "Sudah ku siapkan, Mas." ucapku. Dia yang sedang duduk di sofa pun bangun lalu melepaskan jasnya dan berjalan ke kamar mandi, melewatiku tanpa menoleh sedikit pun. Aku berjalan ke dapur, menyiapkan s**u coklat hangat dan roti bakar. Dalam pikiranku bertanya-tanya, kenapa Mas Aska berubah seperti itu? Seperti harimau mau menerkam mangsanya … apa karena kemarin aku tidak menjawab pertanyaanya? Dan meninggalkan dia begitu saja? Aku yang sedang mengaduk coklat tiba-tiba seseorang memeluk pinggangku dari belakang. "Mas Aska!" jawabku kaget. "Saya kangen sama kamu, Sayang," ucapnya mencium tengkuk leherku. "Mas, kamu belum pakai baju! Pakai baju dulu sana!" perintahku. "Kenapa sayang? Kamu tidak suka? Saya pakai kimono seperti ini? Hmmm …?" "Bukan gitu, nanti kamu masuk angin kalau gak pakai baju," "Kalau aku masuk angin dan sakit, kamu yang jadi obat sayang," "Aku?" "Hmmm … sudah jangan bingung gitu, kita sarapan aja," "Aku sudah sarapan, Mas." "Kalau gitu temani saya makan" ajaknya, dia pun menarik kursi lalu mengedipkan mata memberi kode, menyuruhku duduk. Aku pun menurutinya, duduk di depannya. Rencana hari ini gagal untuk pergi melamar kerja. Sepertinya lelaki ini tidak mengijinkanku mendapatkan uang, biar aku selalu hidup di bawah tanggunganya. Menyebalkan. Tak banyak bicara saat sarapan tadi, setelah menemaninya makan dia lansung masuk ke kamar dan aku membereskan meja makan tak lupa mencuci gelas dan piring. "Sayang!!!" panggilnya. "Iya …" jawabku. Aku melangkah ke kamar, menghampirinya. "Ada apa, Mas?" tanyaku. "Sini," ucapnya, tangannya menepuk kasur sampingnya. "Mas, ini masih pagi" "Kenapa memang?" "Kamu gak ke kantor?" "Semua kerjaan di handle sama Rendy, saya mau berduaan sama kamu. Semalam saya tidur di mobil, badan capek semua, saya harap kamu mengerti dan sini tidur sama saya!" ucapnya penuh penekanan. Aku yang masih berdiri di depan pintu bingung harus bagaimana. Padahal bukan satu kali aku tidur dengannya tapi sering. "Sayang … sampai kapan berdiri di situ?" Aku menarik nafas kesal, lalu berjalan menghampirinya dan duduk di sebelah ranjang. Lelaki itu menarik lenganku sehingga aku jatuh di pelukkannya. "Temani saya tidur, sayang, saya lelah." ucapnya memelukku dari belakang. Aku hanya diam jantungku berdetak kencang, hari ini seperti beda dari biasanya. Tanpa ku sadari aku menikmati aroma wangi sabun dan tak lama kemudian terdengar suara dengkuran. Dia terlelap tidur dan di saat itu pula aku mencoba melepaskan pelukannya. Tapi sial, bukannya lepas malah semakin erat, mataku semakin ngantuk dan aku pun terlelap. . . Aku terbangun, tanganku meraba samping dan ku lihat Mas Aska sudah tidak ada di sampingku. Tanganku mengucek mata, lalu meraih HP yang ada di samping ranjang. Aku menekan tombol HP dan ku lihat ternyata sudah jam dua siang. Selama ini aku tidur? Aku mengibas selimut lalu duduk di pinggir ranjang, tanganku memijat kening yang terasa pusing. Aku bangun dan berjalan keluar, terdengar suara seperti orang memasak di dapur bahkan aromanya pun tercium. Aku melangkah ke dapur dan ku lihat Mas Aska sedang sibuk memasak, sejak kapan dia pintar memasak? "Mas," sapaku. "Hai, Sayang, sudah bangun? Laper gak? Tadi kamu tidur pulas banget, Mas gak tega bangunin kamu. Ini Mas masak nasi goreng semoga enak," ucapnya tanpa menolehku yang masih berdiri di depan pintu sedangkan tangannya masih sibuk memotong sosis. Aku menghampirinya dan berkata, "Aku bantu, ya, Mas?" "Kamu cukup duduk di sini aja, biar Mas yang memasak untukmu." Aku pun menuruti perkataanya, duduk sambil melihat dia yang sibuk memasak. Tanpa sadar aku mengulum senyuman, andai aja Mas kamu belum menikah aku pasti bahagia banget diperlakukan ratu seperti ini. Apa aku harus maju saja? Atau mundur? "Tara … Nasi goreng ala chef Aska Perwira sudah matang, silahkan dicoba Nyonya Aska," ucapnya, membawa dua piring nasi goreng, telur mata sapi dan dihiasi tomat. "Makasih, Sayang …" "Sama-sama Sayang, sekarang dicoba dan ini minumannya." Aku tersipu, meskipun ini bukan kali pertama dia memperlakukanku seperti ini tetapi rasanya seperti baru kali ini. Kalau setiap hari begini bagaimana bisa aku jauh darimu, Mas? Aku mulai memakan nasi goreng buatannya, rasanya seperti di restaurant, enak. Aku memuji masakkanya dan dia tersenyum kemudian mencubit pipiku. Gemas mungkin. Hampir sepuluh menit aku telah menghabiskan makanannya. Ya Tuhan … Aku ini lapar atau rakus? Seperti biasa setelah selesai makan aku membereskan piring dan gelas kotor lalu mencucinya. Sedangkan Mas Aska berjalan ke ruang tamu dan menyalakan televisi. Setelah semuanya bersih, perut kenyang aku menghampiri Mas Aska yang sedang asyik menonton. Aku duduk di sampingnya, lalu memeluk lengan kekarnya. Lengan yang selalu membuatku nyaman. Di saat sedang asyik berbincang terdengar suara bel berbunyi. Aku dan Mas Aska pun saling memandang. Karena setahu kami tidak ada yang tahu tentang Apartemen ini. Aku melangkah ke depan lalu aku mengintip di bolongan kecil yang ada di pintu. Betapa terkejutnya aku yang datang adalah Mbak Anita, istri sah Mas Aska. Aku berbalik arah kemudian menghampiri Mas Aska yan masih duduk santai di sofa. Sedangkan di luar sana Mbak Anita terus menekan tombol bel pintu. "Siapa? Kenapa gak dibuka? Berisik sayang." ucapnya. "Mbak Anita, Mas." ucapku ragu. Mas Aska terdiam lalu berjalan ke arah pintu. Aku yang tidak tahu harus berbuat apa mengikuti di belakangnya. Tangannya memutar kunci pintu kemudian membukanya. Wanita itu pun masuk, wanita yang terlihat elegan mengenakan dres warna merah dengan rambut yang terurai dan hilgs yang tidak terlalu tinggi membuatnya terlihat cantik. "Ternyata kau di sini, Mas! Bersama dia …" ucapnya tersenyum. Aku dan Mas Aska saling pandang dengan pikiran masing-masing. Aku dengan ketakutanku dan mereka berdua? Entah, aku pun tidak mengerti.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.9K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
4.2K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
292.4K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
167.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
212.2K
bc

Ketika Istriku Berubah Dingin

read
3.3K
bc

TERNODA

read
192.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook