“Reza,” cicit Lucy. Perempuan berkacamata bulat itu tatap wajah tampan Reza sacara takut-takut. Maksudnya, Lucy mau meminta maaf. Pasti Reza sakit hati. Sementara, Firza dan Nara masih tertawa sedari mereka di halaman sekolah sampai ke lorong. Melihat wajah menciut Reza yang bar-bar seketika jadi layu. Seperti anak kecil yang direbut permennya. Lelaki berkulit tan yang kini tetap bungkam itu melihat ke arah Lucy. “Apaan?” Tidak ada intonasi marah dan emosi yang tergambar dari raut wajah Reza. Hanya saja, volumenya mengecil. Ternyata ngegasnya orang pendiam itu ber-damage sekali. “Maaf ya Za, aku gak marahin kamu kok.” Lucy melongok ke arah Reza. “Gausah minta maaf Lucy. Air bilasan detergen memang perlu digituin sesekali,” celetuk Firza. “Air bilasan detergen, gigi lu somplak!!!”